[2] Radit

78 15 0
                                    

Vote please?

***

Meminum susu dengan terburu-buru, lalu aku berdiri berpamitan kepada Ibu dan Ayah untuk berangkat Sekolah.

Aku bangun kesiangan tadi. Gara-gara si Aldi yang semalam mengajakku main Ps. Padahal aku tidak mengerti game itu. Ya mau gimana lagi, biasanya Aldi mainnya sama Bang Arlan, Kakak kami berdua.

Setelah mengajakku main sampai jam sebelas malam, dengan santainya dia bilang...,

"Sok banget mau main Ps sama gue, pegang stick aja kagak tau! Kalah mulu kan lo!" Ucapnya sambil memberiku tatapan meremehkan. Dasar kampret! Sebenernya yang ngajak main siapa sih? Aku hanya dapat mengucapkannya dalam hati, karena pada saat itu aku sudah sangat mengantuk.

Dengan jalan yang amat-sangat tidak santai, aku terus melihat jam pada pergelangan tanganku. 15 menit lagi pagar Sekolahku pasti ditutup, aku harus segera sampai!

Aku tidak boleh berlari, karena aku tidak boleh berkeringat. Mandi saja tidak khusyuk, ditambah bau keringat? Tidak, terimakasih.

Sedikit lagi sampai!

Beruntung sekali, pagar Sekolah belum ditutup. Dengan cepat aku berjalan ke Kelasku.

"Hei Rin! Telat ya?" Seru seseorang di belakangku.

"Iya nih Na, lo juga?" Balasku sambil sedikit memelankan jalanku, agar ber-iringan dengan Geana.

"Iya. Gue begadang semalem, nonton drakor bareng adek. Jadi kesiangan, lo?" tanyanya.

"Gue juga begadang, Na. Tapi bedanya gue main Ps." Jawabku. "Eh buruan, ntar Pak Ruri udah dikelas!" Lanjutku sambil menarik tangannya, dan berlari kecil ke Kelas.

Pak Ruri belum ada di Kelas ternyata. Jadi aku dan Geana langsung masuk dan duduk di meja kami masing-masing.

"Kok bareng sama Nana, Rin?" Tanya Nata sambil mencolek lenganku.

Aku menatapnya sekilas, "ketemu di koridor tadi, sama-sama telat Ta," jawabku seadanya. Nata hanya mangut-mangut tanda mengerti.

***

"Ayo Ta, ke Kantin. Gue laper banget nih!" Seru Geana sambil mengelus perutnya.

"Yaudah ayo!" Balas Nata, lalu melihatku. "Ayo Rin, ikut kita ke Kantin," lanjutnya sambil menggandeng tanganku.

Sekali-kali ke kantin, gak papa lah ya? Lagi pula gue gak bawa bekal hari ini. Aku mengangguk.

Kami berjalan ber-iringan ke kantin. Jika kita bertiga jalan bersama, lalu aku ada di tengah mereka, kita jadi terlihat seperti tangga. Geana memang lebih tinggi dariku, dan Nata lebih pendek dariku.

Geana itu, berkaca mata, dia juga memakai behel digigi atas dan bawahnya. Kulitnya paling putih diantara kita bertiga.

Kalau Nata, dia memiliki wajah yang unyu-unyu. Dengan tinggi yang hanya sekitar 150 cm dan gigi kelinci, dia akan semakin terlihat unyu-unyu.

Setelah sampai di Kantin, ekspresi pertamaku adalah cengo, dengan mata sedikit lebar, dan mulut yang sedikit terbuka. Jelek sekali!

Aku tak menyangka bahwa kantin di sini akan seramai ini. Kalau di SMPku dulu memiliki 3 kantin dengan tempat yang berbeda. Jadi tak sampai seramai ini.

Nata menyadarkanku saat dia membawaku kemeja paling pojok. Disana juga sudah ada seorang cowok yang sedang mengangkat tangan sambil memanggil nama Nata dan Geana.

"Hei! Ta, tadi gue ketemu adek kelas yang kemaren tuh. Sumpah ya, dia songong banget! Pengen gue tabok muka sok gantengnya!"

"Tuh kan! Apa gue bilang!"

Okarin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang