Part XII

10.3K 563 6
                                    

Rama Pov

Aku membawa Dea yang tergeletak pingsan setelah dengan ceroboh nya dia meminum wine. Sungguh dia cerboh dan maunya dia dibujuk.

Aku membaringkan dia di kasur lalu melepaskan sepatunya.
"Aku marah, bahkan dia tidak membujukku ketika aku pergi. Apa aku salah terlalu cemburu? Apa salah jika aku takut suamiku direbut orang lain? Apa salah?"

Dea terus mengigau sambil menangis, aku tidur disampingnya dan memeluk dia dengan erat.

Flashback On

"Hmmm yaudah." Dea langsung melepaskan gandengannya.
"Mau kemana? " tanyaku ketika dia mulai berjalan kearah pintu padahal kita baru datang.
"aku mau pulang aja kak." dia semakin sensitif, apa mungkin mau menstruasi? Iya dia biasa bersikap seperti itu.

Tapi semenjak kejadian Maya dia semakin pencemburu. Aku suka dan aku senang karena itu adalah bentuk rasa sayang dia. Tapi dibalik itu semua dia selalu curiga dan menuduhku lalu dia akan marah.

Aku berniat akan menyusulnya dan ketika aku akan berjalan
"Mr. Arkin?"

"Iya." aku menoleh ke Sumber suara.
"Apa kabar? " tanya orang yang memanggilku yang ternyata Mr. Lim dia adalah partnerku ketika di Hongkong.

"Akh baik, kenapa anda bisa berada disini?" tanyaku heran karena setahuku yang hadir di sini adalah orang yang bersangkutan dengan wisuda disini.

"Jelas aku disini, karena kekasihku baru saja lulus sepertimu. Waktu acara wisudanya aku tidak hadir karena ada kerjaan jadi aku hadir malam ini. Oh iya aku hampir lupa selamat atas gelar doktor anda." dia langsung menepuk pundakku.

"Oh iya sama-sama." aku merasa canggung, karena yang aku tahu dia sudah menikah dan kini dia bilang menemani kekasihnya yang kebetulan diwisuda juga. Siapa? Aku tidak perduli yang aku pikirkan Dea, apa benar dia pulang? Bagimana caranya karena dia akan pulang naik apa?

"Apa ada masalah?" tanya Mr. Lim.
"Oh aku sedang mencari istriku aku khawatir karena dia pamit ke toilet tapi dia belum kembali."

"Kau sudah menikah?" dia sedikit terkejut, itu wajar karena aku memang tidak mengundangnya dan pernikahan ku dengan Dea juga tidak dilaksanakan secara mewah meski kami dari keluarga menengah atas.

Tidak terlalu mewah, tapi acara di laksanakn 3 hari berturut-turut.😞

"Iya, sekitar 2 tahun yang lalu." jawab ku sambil menggaruk tengkukku.
"Wow, kau kejam tidak memberi kabar padaku?" dia terlihat kecewa.
"Maafkan aku, semuanya mendadak karena aku akan melanjutkan studi jadi pernikahan kami dipercepat. Lagipula anda jauh dan aku tau betapa sibuknya tuan Lim ini." dustaku, akh tidak. Tidak seluruhnya aku berdusta karena memang aku menikahi Dea buru-buru karena mendapat beasiswa. Ya meski insiden itu akhirnya papah mertuaku benar-benar serius dengan ucapannya.

"Baiklah aku maafkan, next time kalau kau ada acara apapun. Sejauh apapun akukan datang kalau kau yang mengundangnya." aku hanya mengangguk sambil tersenyum seadanya.

Setelah berbincang beberapa menit aku langsung mencari Dea entah kenapa perasaanku tidak enak.

Sekitar beberapa menit mencari Dea, aku melihat seorang gadis yang sedang duduk bersama seorang lelaki. Aku menyipitkan mata memastikan orang itu benar dia dalah Dea.

Aku terkejut ternyata itu Dea, tapi dia seperti tidak enak badan apalagi ketika dia akan berdiri dia langsung oleng dan lelaki itu memegang tangan Dea. Apa Dea mabuk? Aku langsung mengepal tangan darahku terasa panas ketika ada lelaki lain menyentuh gadisku. Aku mendekat dan Bugg tinjuku mendarat di rahang lelaki itu.

Mr. Husband (Sequel Mr. Bunglon Is Mine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang