Trouble (a)

173 12 6
                                    

SEKALI  saja Brianna tidak membuat ku naik pitam, mungkin peristiwa hari ini tidak mungkin terjadi. Lagi-lagi dan lagi, bitchy (oh, astaga maaf kan aku terlalu kasar) itu keluar dari kelas Sastra menuju ke arah ku, memaki-maki ku dengan alasan 'kampungan atau  ya hal bodoh'

Dia berbicara seperti ini dengan raut menjijikan, "Jangan terlalu senang, nona. Kau pikir kau akan mendapatkan peran Alice? Tidak akan pernah. Aku yang akan mendapat peran itu, segera. Dan kau akan ditempatkan di barisan barakuda, haha. Seperti yang sudah diketahui, kau layak mendapat peran figuran. Atau yang lebih pantas adalah tidak menampakan wajah sama sekali." Oh- ayolah, kawan. Bahkan aku tidak merasa terpancing sama sekali. Aku tersenyum, seakan perkataan nya adalah suatu pujian.

"Ya, kau benar. Seharusnya aku tidak menampakan wajah ku pada pementasan akhir tahun. Tapi sungguh sangat disayang kan bahwa Mrs. Elize memilih ku, mungkin malam sebelum nya dia terlalu banyak minum." Lantas dia mengangguk setuju, "Mrs. Elize yang malang." Ucap nya kemudian, di iringi raut kesedihan.

"Dan sepertinya kau memang akan segera menggantikan posisi ku," aku menggantungkan kalimat, memberikan jeda untuk melihat reaksi nya. Dia tersenyum bangga.

"Sekarang pergilah ke tempat tidur mu, lalu detik itu juga kau akan segera me-realisasikan nya."  Ucap ku tersenyum puas, seketika wajah nya berubah SEPERTI menjadi sekumpulan zombie dalam film World War Z, MENGERIKAN.

Aku membalikan tubuh ku, sudah cukup bermain-main dengan gadis tak waras itu. "Maksud mu aku akan mendapat kan nya dengan bermimpi, huh? Kau yang seharusnya sadar bahwa kau benar-benar tak' pantas." Ucap nya yang terdengar seperti bla-bla-bla atau jika di gambarkan dengan audio visual, suara nya tampak terdengar seperti se-ekor semut yang melahirkan. Memang semut melahir kan? Terdengar tidak lucu, dan memuakan. Ya seperti itulah suara asli nya, memuakan.

"Kau melupakan satu hal, jangan pernah meremehkan ku. Kau tahu apa yang lebih buruk dari melihat celana dalam Rico? Atau melihat wajah Elsa yang berlumuran saus saat pesta Paskah? Atau  Grace yang mendapat bangkai tikus di loker nya? Dan Benny, dengan bau busuk feses yang menempel di celana, setelah itu dia berlari secepat The Flash, lalu dengan sangat lama nya, ia mendekam di toilet sekolah?"

Begitu oceh nya, urgh. Dan untuk informasi saja, bahwa nama-nama yang ia sebutkan itu merupakan korban bully-ing dari tindakan kampungan. Rico, dia adalah seorang Gay.  Jadi, waktu itu salah satu teman dari bitchy yang satu ini menyukai Deon, dan menurut informasi yang aku ketahui, bahwa Rico dan Deon sudah memiliki hubungan special—u knew what i mean lah.

Lantas pada pesta Halloween, genk kampungan itu benar-benar mengerjai Rico. Mereka menaruh lem perekat—aku tidak tahu jenis nya, yang jelas bahwa lem itu sangat kuat hingga Rico yang menduduki nya tidak bisa berdiri, kemudian datanglah Deon untuk membantu menarik nya, bukan hanya Deon yang menarik nya, tapi beberapa teman Deon ikut membantu. Mereka menarik paksa, dan ya kalian tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Suara 'crackkkkk' benar-benar mendominasi, riuh suara jeritan tawa para peserta yang hadir.

Rico dengan wajah merah padam nya sudah berhasil berdiri, lalu melihat kostum Pumpkin pada bagian bokong nya benar-benar robek. Terlihat jelas bahwa ia menggunakan celana dalam polkadot gradasi purple-pink.

Mereka tertawa— kecuali aku, dan sobat ku, Rey. Kami berpendapat bahwa itu sama sekali tidak lucu, bahkan yang paling memuakan adalah saat Deon ikut tertawa bersama mereka! Terlebih lagi dengan teriakan lantang bitchy itu yang membuat malu Rico, dengan meneriaki "Hei lihat, Rico memakai dalaman feminin. Kalian tahu siapa selain wanita yang berpakaian feminin?"  teriak nya pada kerumunan, lalu teman nya yang juga paling tidak aku suka, Tristy menimpali dengan suara cempreng ala chipmunk "Gay!!" begitu jerit nya.

Suara tertawa semakin heboh saja, aku fikir Bitchy & teman norak' nya itu tidak pernah melihat acara televisi atau mungkin tidak punya televisi atau yang lebih buruk lagi adalah rumah mereka belum di saluri listrik.  Sehingga dengan kebodohan mereka itu tidak tahu bahwa Hei, ayolah! UU tentang pernikahan sejenis sudah di sah kan. Ini Amerika, atau mungkin mereka amnesia sehingga mereka lupa?

"Yaitu menyebarkan aib mu,"  Dia mulai berbicara, membuat lamunan tentang Rico hilang entah kemana.

Siapa peduli? Aku tidak takut dengan ancaman bodoh mu itu.

"Ayah mu seorang penjudi dan pemabuk berat, lalu ibu mu benar-benar jalang. Ibu mu sering bergonta-ganti pacar, dan aku pernah bertemu di club Hipee' 7 Streets. Kemudian Sony—kakak mu yang sekarang sedang menjadi buronan polisi karena dengan berani nya dia mengedarkan narkoba di kalangan pelajar, wow.. semua keluarga mu benar-benar bermasalah, ya? Dan tidak ada gunanya lagi kau mempunyai keluarga,"

Aku berbalik arah sekarang, dan maju sekitar 20 cm dari tempat dia berdiri, menatap wajah nya yang tampak seperti voldemort.

"Atau menyebut mereka adalah keluarga. Bahkan mereka tidak menganggap mu. Kemana mereka saat pentas seni tahun lalu? Atau saat kau harus menerima medal kemenangan pada pementasan musim panas? Bukan begitu, nona Sofie Miller Court?"

Aku menatap nya datar, dia tertawa. Lalu dia mengambil nafas pelan, dan berbalik arah.

Brughhhhhhhh

Dengan sekali tendangan aku berhasil membuat dia tergeletak di lantai, lalu membuat tubuhnya terjungkal ke depan. Aku berhasil menendang bokong nya. Tidak ada sorak sorai yang seharusnya meneriaki kemenangan ku, koridor disini sangat sepi, tidak ada tanda-tanda yang melihat kami, oh keberuntungan.

"Kau b-be-benar-benar akan mendap—pat mas- masalah, Sofie!" ucapnya yang terbata-bata, bahkan dengan kondisi yang memilukan dia masih berbicara seperti itu. Aku tertawa, tentu saja.

"Oh," ucap ku singkat, dengan raut yang masih pura-pura berfikir, aku berjalan mendekati wajah nya yang sudah terlihat ada darah segar mengalir dari hidungnya.

"Aku rasa kau terkena penyakit amnesia, kau fikir aku takut? Bukan-kah kau sudah dengan lengkap nya menjelaskan beberapa masalah dari keluarga ku?  Kau tahu sendiri bahwa memang aku adalah salah satu dari mereka, yang artinya, aku sudah terlalu sering mendapat masalah, jadi—aku tidak perlu takut, karena hidup ku sejak awal sudah bermasalah, iya kan?" balas ku, dia hanya bisa mendengarkan, seperti nya dia mulai termakan perkataan nya sendiri.

"Dan sepertinya informasi yang kau dapat kan belum terlalu lengkap, sekedar informasi tambahan. Aku sering melihat Ayah dan Ibu ku bertengkar, jadi untuk keperluan bertarung, aku lebih memilih jurus Ibu, dia benar-benar penendang wanita ter- hebat. Dan sebenar nya, tanpa mengurangi rasa hormat pada Ayah, dia juga sebenar nya sangat ahli menampar," ucap ku panjag lebar, dia terlihat ngeri menatap ku.

"Tapi sepertinya, tendangan benar-benar recommended. Jika aku menampar mu, itu akan membuat gusi mu lepas, jadi lebih baik membuat tubuh mu terjungkal ke depan dan hidung mu terbentur ke lantai. Ah iya, tebakan mu benar, keluarga ku tidak peduli dengan ku. Dan itu menurun pada ku, jadi lebih baik kau bersih kan saja darah mu sendiri." Ucap ku lagi, dan melangkah pergi dari hadapan nya yang masih betah berlama-lama berbaring di lantai.

Cheers!!! Hymn For The Weekend—play.

Tapi ketika aku akan benar-benar melakah pergi, ada satu orang yang rupa nya betah berlama-lama menyaksikan drama picisan ini. Mungkin dia tidak akan macam-macam, atau bisa saja kalau—Boby, yang di cap pendiam rupanya adalah paparazi yang siap melahap mu hidup-hidup dengan gosip yang segera disebarkan?

BOBY - what are you waiting for? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang