23

5.6K 102 1
                                    

"Aline, kamu udh keluar dari rumah sakit? Kamu udah enakan belum?" Tanya yingtai

"Udah lumayan, karena mungkin udah banyak tidur kemaren. Tapi agak susah jalan." Jawabku.

"Oh, baguslah. Oh ya line aku tadi ditelfon rumah sakit katanya ada obat yg bisa bikin kamu agak baikan, jadi katanya ada satu papan obat itu di kasih dokter, ntar--" ucapan yingtai terpotong oleh bodyguard yg datang mengahampiriku.

"Loh, bukannya aku kesini naik mobil yah? Aku bisa pulang sendiri kok." Ketusku.

"Nyonya, kata sopir tadi nyonya naik mobil kesini, jadi Mr. Robins menyuruh saya untuk menjemput anda. Katanya kalau anda melakukan hal yg dianggap tidak benar, saya bisa datang menemui anda." Kata bodyguard itu.

"Okay, tdi gw hampir telat. Jadi gw ngebut ke kampus. Pulang gih, gw bisa pulang sendiri." Ujarku lagi.

"Tdk bisa nyonya, kebetulan Mrs. Robins memanggil anda untuk ke mansion." Mataku segera menghadap kearahnya.

"Baiklah. Mobil gimana?" Tanyaku

"Itu sudah dibawa sopir, anda bisa pergi sekarang. Saya akan mengantar anda." Ucap bodyguard itu.

"Okay, yingtai lanjut nanti yah." Kataku. Aku segera berdiri dari bangku.

"Tunggu, obatnya giman--"

''Nyonya ayo!" Kata bodyguard itu. Aku mengikutinya keluar kampus. Aku heran kenapa dia bisa masuk padahal dia bukanlah mahasiswa ataupun dosen. Lupakan, sekarang aku harus menghadap ibu mertua.

Aku menempuh perjalanan selama 20 menit, dan aku sekarang sudah di halaman besar mansion megah ini. Aku menekan bel dan pintu dibukakan oleh rain.

"Rain, ibu dimana?"

"Nyonya sedang berada di ruang keluarga sebelah barat." Sekarang aku dibingungkan, penthouse saja belum hafal apalagi mansion ini?

"Mau saya antar nyonya?" Rain seolah membaca raut wajah kebingunganku. Akhirnya aku sudah melihat batang hidung ibu mertua sekarang.

"Ibu" gumamku, ibu dari posisi membaca buku menjadi menatap kearahku.

"Nak, ayo duduk sini!" Ibu mengode agar aku duduk di sampingnya. Aku duduk di sofa empuk ini. Dan ibu menunjukkan sebuah majalah.

"Sayang, ibu mau pakaian yg cocok untuk pernikahan diana dan tom, yah ini seharusnya ini pekerjaan bibi farah tapi mungkin ibu bisa membantunya, nanti jika ibu sudah memilih pakaian yg cocok, ibu akan menunjukkannya ke bibi farah." Ucap ibu. Aku mengangguk, ibu mulai membolak balik halaman majalahnya.

"Kurasa ini cocok untuk diana dan tom. Ini pasti sangat pas ditubuh diana." Ujarku

"Benar juga, ibu akan menunjukkannya ke bibi farah." Ibu melipat halaman itu.

"Oh ya, aku dengar harry akan ke seattle. Menginaplah disini malam ini yah nak." Saran ibu.

"Enggak bu, aku bisa menginap di penthouse." Tolak aline

"Kamu sendirian disana kan? Sebenarnya ibu mau kalian tinggal terus di mansion. Karena ibu kesepian semenjak tuan dave koma. Sudah lama, mungkin sekitar dua bulan." Ucap ibu, aku belum melihat wajah ayah.

"Bu, aku belum pernah melihat wajah ayah. Emm, besok sesudah pernikahan diana aku mau kesana bu, aku ingin lihat bagaimana wajah ayah yg sesungguhnya." Ujarku. Ibu menatapku cemas.

"Tidak usah nak, lagipula besoknya kamu pergi ke mumbai kan? Kamu pasti capek nak." Kata ibu.

"Kalau begitu sekarang. Kita ke rumah sakit yah bu." Bujuk aline.

Married My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang