dua belas

522 78 18
                                    

JENNIE!!!" teriak Bobby. Seisi kantin langsung mendelik ke arahnya.

Tiba-tiba ketiga cowok alias Bobby, Yoyo, dan Chanu menghampiri bangku yang di tempati Jennie dan kawan-kawannya.

Bobby yang tadinya pecicilan seketika diam melihat sesosok Jisoo yang menjadi idolanya ada di depan mata. Chanu yang menempati tempat duduk Rose santai. Yoyo berhadapan dengan Lisa masih tetap fokus ke layar handphonenya.

"Kita nimbrung yah di sini, soalnya tempat duduknya penuh." ucap Bobby pandangannya masih ke arah Jisoo.

"Bukannya lo emang pengen di sini yah bob biar deket Jisoo?" jawab Yoyo dengan tampang polosnya membuat Bobby tak bisa berkata sedikitpun.

Memang alasannya untuk duduk di tempat itu karena ada sesosok Jisoo yang mengalihkan dunianya.

"Oh.. jadi Bobby naksir kak Jisoo." sindir Jennie meninggikan suaranya.

"Jadi, lo kejedot di kursi tadi ngedenger kita mau makan mie acil bareng kak Jisoo." timpal Lisa.

Jisoo hanya tertawa mendengar perkataan kedua temannya itu dan langsung membuka handpone chat yang masuk.

Ingin rasanya Bobby menyumpel mulut teman-temannya itu agar diam.

Bobby harus jaga image yang kalem biar Jisoo terpesona sama Bobby. Boro-boro kalem, yang ada Bobby enggak mau diem karena dekat dengan bidadari eak. Kapan lagi kan duduk bareng gitu.

Bip bip bip bip bip bip

"Apaan tuh? Bom?" tanya Chanu sambil mencari sumber suara.

"Alarm gue. Eh gue cabut duluan yah udah jam tiga nih, mau ke perpus." pamit Jennie sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar kantin.

Rose datang dengan tampang celingak-celinguk, "Lah? Jennie mana?" tanya Rose sambil memegang jus jambu di tangan kananya.

"Perpus, lama amat lo. kayak ngantri BLT." sindir Lisa.

****

Jennie sudah bersiap sedia semangat empat lima untuk mendengarkan penjelasan dari Hanbin, buku sudah tertata rapih beserta buku perpus yang ia cari sewaktu sebelum duduk di kursi perpus.

Tangannya memegangi pulpen untuk menuliskan sesuatu sambil menunggu Hanbin. Kini perpus lumayan ramai karena banyak mahasiswa yang belajar di sana apalagi kating-kating yang memfokuskan untuk membuat laporan skripsi.

Sebelum Hanbin ke perpus, Jennie membaca buku-buku akuntansi biar nanti kalo di tanya sama Hanbin enggak malu-maluin. Satu lembar, dua lembar, bahkan sampai sepuluh lembar halaman telah di baca olehnya.

Jennie terus melihat jam dinding berwarna putih yang memajang di dinding telah menunjukan pukul tiga lewat empat puluh lima menit. Itu artinya Jennie sudah menunggu Hanbin dengan waktu empat puluh lima menit.

Mungkin hari ini adalah hari menunggu bagi Jennie dari pagi sampai sekarang ia telah diganggu oleh hal yang berbau 'menunggu'. Emang hal yang membuat gampang menyerah itu menunggu, di mana kesabaran yang paling di uji. Sudah terbukti oleh seorang penyanyi, Tulus aja yang menunggu seribu tahun lamanya akhirnya pamit juga.

BerHaRap ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang