Jennie kini duduk di pojokan kafe dengan mengesap kopi yang ia pesan. Suasa sore hari ini tampak mendung seperti perasaan Jennie sekarang. Entah sampai kapan perasaan galau itu mulai mereda, mudah-mudahan sampai hujan ini berhenti.
Semenyebalkan ini rasanya, doi bukan pacar sih tapi Jennie udah sayang duluan. Dan patah hati duluan. Huft
Seorang pelayan cowok membuka tali celemeknya, artinya ia sudah selesai bekerja. Tak sengaja melihat ke arah pojok yang ternyata dikenalnya, tahu kalau Jennie sedang galau. Dihampirinya Jennie, yang ternyata cewek itu tidak sadar ada yang telah duduk dihadapannya.
"Awet banget ya hujannya?" cowok itu bertanya sambil meniru gaya Jennie menopang dagu.
Jennie menjawab dengan pasrah, belum sadar bahwa dirinya sekarang duduk dengan cowok yang ia kenal, sedaritadi. "Iya," Sambil membuang nafas.
"Lo lagi galau?" tanyanya lagi dengan gaya yang sama.
"Iya," Jawab Jennie lagi-lagi membuang nafas pasrah. Kali ini Jennie sadar dan langsung menoleh ke hadapannya.
"Lah?! Sejak kapan lo di sini, Bob?" tanya Jennie heran, tiba-tiba ada makhluk astral yang tak diundang.
"Sejak Naruto kawin sama Sizuka, Doraemon berubah jadi serigala berbulu domba." Bobby menjawab dengan tampang yang ingin ditabok.
"Ngaco lo! yang ada elo kali berubah jadi biawak."
"Gapapa jadi biawak asal Jisoonya rela melihara gue." jawaban Bobby membuat Jennie ingin mengumpat seketika. "Jangan galau, Jen. Berat. Kamu gak akan kuat biar doi aja." tambahnya.
"Doinya aja kayaknya gak galau, Bob. Gue sepihak doang yang terlalu ngarep." Ucapannya membuat tangan mungil itu mengambil cangkir dan meminum kopi dinginnya yang sejak tadi didiamkan.
"Itu kan elo belum tau perasaan dia kayak gimana sama lo, jangan berfikiran sepihak tanpa lo buktiin yang bener. Ibaratnya kayak soal akuntansi, debit kreditnya harus balance. kalau lo ngerti sama teliti pasti balance."
"Kalau gak balance?"
"Ya, kalau gak balance berarti lo salah perhitungannya." Jawab Bobby dengan serius. Jennie menatap Bobby juga serius. Bukan nggak ngerti apa yang Bobby ucapin, tapi nggak nyangka seorang Bobby bisa berkata serius.
Soal akuntansi mengingatkan Jennie di perpustakaan, dengan Hanbin. Untuk pertama kalinya diajarkan olehnya.
Yang selalu mengacak-ngacak rambut Jennie dengan tiba-tiba.
"Tumben lo bener, Bob."
"Iyalah, makanya Jisoo mau sama gue."
"Emang lo udah jadian sama kak Jisoo?"
"belum sih, mauin aja kali, Jen. Hahaha"
"Bege, kirain gue udah. Gerceplah lo jadian, lagian kak Jisoo juga udah nyalain lampu ijo buat lo."
"Siapa sih yang mau sama pelayan kayak gue, dibandingkan Seungyoon yang jauh banget kehidupannya sama gue."
"Lo itu tulus, mandiri, Bob. siapa sih yang nggak mau sama cowok yang bisa ngasilin duit sendiri, yang rela bela-belain nganterin binder pas hujan. Gue yakin kak Jisoo lebih milih lo daripada Seungyoon." Jawab Jennie meyakinkan Bobby.
Bobby menghela nafas, mencerna perkataan Jennie. Dan harus yakin bahwa soal perasaan hati itu nggak bisa dibeli dengan apapun, karena ketulusan dan sikap Bobby sudah membuat hati cewek lebih respect kepadanya.
"Semoga ya, Jen."
"Gue semogakan, Bob. Pasti!"
"Tadi, ngapa lo gue panggil gak nyaut?" tanya Bobby penasaran dengan tingkah Jennie tadi siang.
"Hah?! kapan? emang lo manggil?" yang ditanya malah balik nanya.
Kalau Jennie bukan cewek, udah Bobby toyor duluan kepalanya, untung Bobby kalau lagi serius nyadar diri, "Elah, sok budeg lo. Jelas lo liat gue tadi bege!" katanya dengan agak kesal.
"Ah, perasaan lo kali. Orang gue tadi buru-buru mau ngambil buku." bohong Jennie yang kini raut wajahnya terbaca oleh Bobby.
"Alesan ae lo," elak Bobby yang kini beralih memakai jaket bombernya. "Balik yok, udah reda noh hujannya. Besok kan gue mau siap-siap ketemu ayang Yaya." Ajaknya sambil bersiap untuk pulang.
"Cih, ayang pala lo peang."
"Eiya, Jen. kopinya gausah dibayar."
"Serius nih, Bob?" tanya Jennie. ini pertama kali Jennie dibayarin Bobby, dapet gratisan dari seorang yang bernama Bobby Dezankly.
"Lagi serius nih gue."
"Wah! Thanks ya, Bob. btw, Nanti kalo lo lagi galau atau lo lagi serius ajak gue ke sini lagi ya, Bob. kan enak. Hehehehe" jawaban Jennie membuat Bobby ingin menarik kata-katanya yang tadi.
Dan Bobby tau, siapa yang sedang Jennie galauin.
Jadi, selama ini Bobby tuh jadi pelayan kafe gaes, kerja parttime gitu. Ini percakapan Bobby yang sangat berguna, karena Bobby lagi serius. Karena Bobby seorang komti yang kadang tau permasalahan teman-teman kelasnya. Karena Bobby masih punya hati, kalau nggak punya berarti dia tidak bernyawa atuh ya :((
Betewe, setting kafenya itu ada di depan kampus gue, tapi sesungguhnya gue beloman pernah mampir ke sana sampai sekarang wkwkwk
Yha aku lebih memilih wedang bajigur kantin daripada ngafe hehe
Dah ah, nanti aku apdet lagi ampe beres ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
BerHaRap ✔
FanficJennie hanya bisa menunggunya di sini dengan hanya berharap. Berharap yang mengharuskan suatu saat dia harus datang ke sini menemui Jennie. Tidak peduli kapan yang penting dia harus datang! ©2016/2018, kimseyhai