delapan belas

454 76 10
                                    



Kenapa Jennie harus membicarakan Jaewon di depan Jisoo kalau nyatanya hati dan pikirannya mengarah ke Hanbin. Tapi, nggak ada salahnya kalau Jennie penasaran aja gimana Jaewon, karena cowok itu dari awal selalu tau semua tentang Jennie, sampai tiap hari tak ada kata-kata yang tak tersangkut di chat line Jennie.

Ibaratnya, chat Jaewon itu kayak Official Account yang nggak pernah cukup buat sekali pesan. Sekalinya dibales bakalan panjang lebar. Padahal handphone Jennie lagi sepi sekarang, nggak mungkin 'kan Jennie anggurin gitu aja, apalagi seorang Jaewon yang udah pernah ngasih martabak malem-malem pake go-food.

Jadi, nggak salah lagi kalau Jennie udah mulai terbiasa sama Jaewon. Walaupun Jennie sebenernya biasa-biasa aja, malah Jennie berharapnya bisa mempepet Hanbin dikala dia bersama cewek lain. Kalau bisa sih, Jennie sekarang udah menampik nyamperin Hanbin yang ada di depannya, bergelayot manja dengan cowok itu. Ya, masa sih seorang Jennie Verdina harus kayak gitu, apa kata orang nanti.

"Enak nggak?" tanya Jaewon yang sedari tadi memperhatikan Jennie mengunyah tirramissu yang ia bawa.

Kini Jennie duduk bersama Jaewon di salah satu tempat duduk dekat dengan ruang sekre, kalau bukan Jisoo yang nyuruh buat ngambil Flashdisk yang sempat ia pinjam, Jennie ogah deh ke ruangannya, padahal kan bisa diambil nanti. Taunya, itu akal-akalan Jisoo aja biar Jaewon bisa ketemu Jennie.

Jennie nggak bisa nolak, cepet luluh kalau soal makanan apalagi yag sekarang ia makan adalah tirramissu yang lezatnya nggak kalah dengan toko-toko kue langganannya. Setelah kemarin nanya yang tiba-tiba ke Jisoo, Jaewon jadi semakin bisa dekat dengan Jennie dengan embel-embel tirramissu.

Ah, lemah banget sih, Jen. 

"Wah, ini sih enaknya lebih dari toko kue," jawabnya dengan kagum menghabiskan setengah tirramissu yang ia makan, membuat Jaewon senyum kegirangan.

"Itu nyokap gue yang buat, kata Jisoo lo suka banget sama tirramissu, dan kebetulan nyokap gue suka bikin kue-kue gitu." Jelasnya dengan bangga, Jennie mengangguk mengiyakan sambil mengunyah lagi potongan-potongan tirramissu.

"Hebat, kenapa nggak buka toko kue aja?" tanya Jennie, seolah semakin penasaran dengan prestasi ibu Jaewon itu.

Jaewon sambil memerhatikan Jennie melahap tirramissunya yang udah mau habis, "rencananya sih gitu, semoga aja."

Jennie menutup tupperware berwarna biru itu setelah menghabiskan tirramissu yang ia makan. "Nanti pasti gue beli tirramissu nyokap lo, kalau bisa gue borong." Ucap Jennie dengan sedikit candaan, "ini gue cuci ya tempatnya." Katanya lagi sambil mengangkat tempat makan itu.

Jaewon langsung mengambil itu dari tangan Jennie, "gausah, gue kan nyuruh lo makan bukan nyuci."

Jennie diam sesaat, "...lo nggak masuk?" tanyanya dengan tenang sembari mengadahkan pandangan ke seluruh tempat yang ada di sana, karena tempat itu lumayan agak sepi. Dan yang dilihat Jennie di depannya udah pergi, entah sejak kapan.

"Nggak ah,"

"Lah, Kenapa?" tanya Jennie bingung, pertanyaan itu seolah antara ngusir atau Jennie nggak mau lama-lama sama Jaewon.

"Lagi ada lo, masa gue tinggalin." Jawabnya membuat Jennie tertawa kecil, nggak tau mau bereaksi kayak gimana.

"Yauda, kalau gitu gue yang ninggalin lo, masih ada urusan, lagian gue kesini mau ngambil FD malah disuguhin tirramissu, enak lagi. Thanks banget deh ya! hehe" ucap Jennie yang sekarang berdiri melangkah perlahan meninggalkan Jaewon sendirian. Perkataann Jennie itu berhasil membuat Jaewon senyum.

***

Cowok berperawakan jangkung itu mengesap jus mangga, ia nggak sendirian ditemani Bobby yang notabene teman Sdnya. Hanbin emang lumayan akrab sama Bobby. Di kantin yang lumayan ramai ini Bobby selalu nimbrung tempat duduk di mana aja yang ia mau. Kalau ada yang kenal, Bobby nggak sungkan buat dateng, apalagi sekarang cowok bergigi kelinci itu duduk dengan Hanbin.

"Katanya lo ngisi acara inau?" tanya Bobby sebelum melahap batagor yang udah ada disendok.

Hanbin mengangguk mengiyakan, "Liat ye, Bob." suruhnya dengan sedikit mengancam.

"Pasti, gue bakalan dateng pagi-pagi demi nunggu belahan jiwa." Jawabnya sambil tertawa memperlihatkan gigi kelincinya itu.

"Sekalian aja lo ngepel, Bob. lumayan kan siapa tau dapet nasi kotak." Timpal Donghyuk yang daritadi memperhatikan perkataan Bobby dan geram pengen komen satu-satu ucapan teman kosannya itu.

"Iya, lo yang nyapunya." Kata Bobby nggak mau kalah, membuat Donghyuk melemparkan tisu bekas ke muka Bobby.

"Tumben, biasanya lo selalu belajar bareng sama Jennie, Bin." Perkataan Donghyuk membuat Hanbin langsung menoleh.

"Jennie? Jennie kelasan gue bukan?" tanya Bobby penasaran. Pasalnya, komti kelas MK-D ini tau kalau Jennie suka ke perpus, tapi nggak tau kalau tujuannya ke perpus itu buat belajar bareng sama Hanbin.

Belum sempat dijawab oleh Hanbin, Donghyuk udah nyamber duluan, "iya, yang sekelas sama Lisa hehehe" sambil nyengir kuda. Membuat Bobby melemparkan tisu lagi ke muka Donghyuk.

"OY JENNIE!" teriak Bobby, yang melihat Jennie berjalan ke arah kantin. Jadi, posisi Bobby tuh menghadap ke pintu luar, setiap ada mahasiswa yang masuk pasti ketauan, beda sama Hanbin yang membelakanginya.

Hanbin refleks nengok, bertatap mata sesaat dari kejauhan dengan Jennie. Jennie pura-pura tak mendengar dan langsung membalikkan badan, nggak jadi ke kantin. Membuat Hanbin mengerutkan dahinya bingung.

"Lah, bocah budeg apa ya," kata Bobby juga heran ngeliat Jennie langsung ngebalikin badan, "yauda deh, gue cabut yak. Giliran jaga nih." Katanya sambil melangkah pergi dari kantin.

"Jaga lilin?" kata Donghyuk.

"Jaga hatinya." Jawab Bobby sambil tersenyum lebar yang membuat Donghyuk dan Hanbin merasa jijik. 













Dan kenapa Jennie harus menghindar, di saat Hanbin ada di sana. Jennie tau, yang manggil namanya itu bukan Hanbin melainkan Bobby. Tapi, kalaupun Jennie berharap yang teriak itu Hanbin, emang Jennie mau nyaut dan ngehampirin gitu aja?



Yang Jennie tau sekarang, bahwa Hanbin yang dia harepin udah punya cewek. Nggak mau ganggu, padahal hatinya masih tetap nunggu. 



Hanbin juga merasa heran dengan sikap Jennie yang selalu menghindar. Atau Feeling Hanbin benar, apa yang dilihat di dekat ruang sekre itu adalah kenyataan. Bahwa Jennie juga udah punya pawang. 

BerHaRap ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang