Dream?

417 10 1
                                    

Chassa POV

Aku membuka mataku perlahan, dan melihat keadaan sekelilingku, aku melihat tempat yang tidak asing dengan aroma therapy. Aku menyadari saat ini aku berada di rumah sakit dan sedang diinfus. Tidak ada siapa - siapa dikamar ini. Aku berusaha bangun dari posisi tidurku, tetapi tubuhku masih terasa begitu lemas.

"Kau sudah sadar Cha?"
Suara lembut seorang wanita yang tidak asing membuatku menolehkan kepala kearah pintu toilet kamar inap rumah sakit ini.

Wanita yang menjadi rival ku beberapa minggu terakhir ini.

"Mau aku panggilkan dokter dulu?" Tanyanya dengan lembut dan penuh perhatian.

"Nope" jawabku singkat dan lesu.

"Aku panggilkan Dave ya" jawabnya dengan senyum yang sangat manis.

Aku baru menyadari Tiffany memiliki mata yang sangat cantik, dan senyum yang sangat menawan. Wajar saja Dave menyukai wanita ini. Ia sangat anggun berbanding terbalik sekali denganku.

Aku tersenyum kecut, lalu ia keluar dari kamarku. Tak lama kemudian, Dave masuk ke dalam kamarku dengan wajah murung.

Aku hanya menatap Dave lesu.

"You okay?" Tanya Dave cemas.

Aku hanya menganggukkan kepalaku.
"Dokter bilang kau memaksakan tubuhmu bekerja tanpa diimbangi asupan energi. Kau sudah tidak makan hampir 3 hari?" Tanya nya penuh kekhawatiran.
Aku tidak mengerti sepenuhnya apa yang terjadi saat ini. Kenapa aku ada disini, kenapa bisa ada Tiffany dan Dave disini? Kenapa Tiffany membiarkan calon suaminya berada disisi wanita lain? Apakah Dave dan Tiffany tidak saling mencintai? Apa ini hanya mimpiku karena terlalu lelah?

****

Tiffany POV

Aku memasuki rumah milikku dan Dave dengan senyum lega. Rumah ini tampak mewah dan sangat nyaman sekali. Memang benar pekerjaan Chassa tidak mengecewakan!

Aku melihat Dave berdiri diambang pintu tanpa bergerak, aku ingin memanggilnya saat tiba - tiba Dave bergerak menjauh dati ambang pintu dan terdengar obrolan antara Dave dan seorang wanita. Mungkin Chassa?

Aku tau ada sesuatu yang lain antara Dave dan Chassa. Mereka seperti melindungi diri masing - masing. Dan terlihat cemburu saat satu dari yang lain dekat dengan orang lain. Aku tersenyum kecut. Aku memang menyukai Dave dari dulu. Tetapi bila Dave tidak menyukai ku dan hanya menyetujui pertunangan kami karena orang tuanya bukankah itu akan lebih menyakitkan untukku?

Aku tidak ingin bersanding dengan Dave tanpa cinta.

Seperti ada sesuatu yang meremukkan hatiku saat mendengar perhatian Dave yang tersirat kepada Chassa pada obrolan mereka.

Aku tidak mau mendengar obrolan mereka terlalu banyak, aku memutuskan untuk melihat - lihat rumah ini saja.

Aku berjalan menuju keluar halaman belakang sejenak. Tak lama aku berjalan ke arah ruang utama dan tidak lama kemudian Chassa berlari menuju arahku dan menabrak tubuhku. Tubuhnya yang kecil dan pucat tampak terpental dan terjatuh ke lantai, begitupun aku langsung terduduk seketika.

Dave tampak berlari mengejar Chassa dan aku berusaha berdiri lagi. Kakiku terasa sedikit nyeri karna menahan paksa tubuhku terjatu dengan heels 10 cm yang kugunakan. Aku ingin menolong chassa yang tertidur dilantai karna menabrak tubuhku. Apa dia tiba - tiba pingsan?

Dave tidak menoleh ke arahku sedikitpun, ia langsung menarik badan Chassa kepangkuannya, ku sadari betapa pucat wajah dan tubuh wanita ini. Aku berdiri dan berusaha membantu Dave untuk membawa Chassa ke rumah sakit terdekat. Dan saat itula Dave tampak baru menyadari kehadiranku, ia memberikan tatapan sedih dan seperti merasa tidak enak kepadaku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman simpul.

Semua terjadi begitu saja, saat ini lelaki yang ku cintai sedang terlihat khawatir sekali terhadap wanita yang berada dipangkuanku ini. Bahkan Dave menyetir tidak seperti biasanya. Kami akan membawa Chassa ke rumah sakit terdekat. Dave sama sekali tidak mengeluarkan sedikitpun ucapan untuk memberikan penjelasan padaku.

-----

"Biar aku saja yang menjaga Chassa, kau tidak mau pulang dulu Dave?  Kau terlihat lelah sekali, sudah makan?" Aku memberikan perhatianku seperti biasa kepada Dave.

Dave memberikan tatapan yang tidak ku mengerti apa maksudnya.

"Tif, sorry 'bout what just happened.."

Aku tersenyum simpul, "it's okay Dave."

Aku memeluk Dave singkat, "you've to call her parents, have you?"  Aku mengingatkan Dave untuk menelpon orang tua Chassa, lalu meninggalkannya masuk kedalam kamar Chassa di rawat.

Sudah 1 jam sejak di infus dan diperiksa dokter Chassa tidak sadarkan diri. Aku meninggalkannya ke toilet sebentar dan setelah itu aku melihat Chassa sudah sadarkan diri.

"Kau sudah sadar Cha? Mau aku panggilkan dokter dulu?" Tanya ku khawatir.

Chassa hanya menjawab tidak dengan singkat .

Aku tersenyum dan mengatakan "aku panggilkan Dave ya"

Tanpa menghiraukan jawabannya. Aku langsung keluar dari kamar ini dan mendapati Dave masih duduk dengan tatapan nanar ke lantai. Aku menyentuh pundaknya lembut.

"Dave, you have to see Her"
Ucapku lembut tak ingin membuatnya lebih khawatir lagi.

"Tiff.. sorry" ucap Dave merasa bersalah.

"Dave, it's okay, nothing goes wrong when it's about love" aku menenangkan Dave dengan ucapanku tulus sebelum meninggalkannya pergi.

"Hope to see you soon tomorrow, take a rest too, okay?"
Aku berjalan dan meninggalkan Dave yang masih berdiri mematung didepan pintu kamar.

****

Best friend or Lover?Where stories live. Discover now