Us

205 10 0
                                    

Chassa POV

Aku memandangi pantulan tubuhku dicermin, merapikan pakaian yang kugunakan hari ini. Hari ini cuaca diluar sangat cerah, aku menggunakan blouse berwarna soft pink dan memadukannya dengan celana palazzo berwarna coklat muda untuk menyesuaikan kecerahan hari ini. Hari ini aku harus kembali ke realita. Aku harus kembali bekerja, mengejer ketertinggalan yang tertinggal setelah 14 hari absen dari kantor dan dari tugas ku diproject Dave dan Tiff. Rey memberiku libur selama 10 hari untuk beristirahat setelah sakit yang ku alami. Sehingga, aku memanfaatkan libur tersebut, dan memutuskan untuk berlibur ke Bandung sendiri selama 7 hari untuk menyegarkan pikiranku.

Ku poleskan makeup tipis sebelum berangkat ke kantor pagi ini agar tidak terlihat pucat, aku membiarkan rambutku tergerai hari ini. Untuk pertama kalinya, aku tidak menguncir rambutku. Aku ingin merasakan suasana baru hari ini. Ku lihat benda kecil yang melingkar ditangan kiriku. Pukul 7.30 pagi. Hari ini aku akan kekantor dan ke rumah Dave dan Tiff setelah jam makan siang.

"Ca ada yang jemput" teriak mama dari luar kamar.

"Iya ma" jawabku singkat, lalu berlalu turun kebawah.

Rey sudah duduk di ruang tamu rumahku sambil memandangi foto-foto masa kecil hingga aku menyelesaikan kuliahku.

"Sudah jangan dipandang terus, nanti naksir loh" ucapku menggoda Rey.

Rey hanya terkekeh mendengar ucapanku. Kami berpamitan dengan mama, dan segera melaju menuju kantor.

Sejak hari ia menjenguk dan menemaniku di rumah sakit,  serta menjemput dan mengantarku pulang setelah checkout. Aku dan Rey menjadi semakin dekat. Ia mengantar dan menjemputku dibandara saat aku pergi berlibur. Ia sering menelpon untuk menanyai kabarku disana. Dan selalu beralasan "kalau ada apa-apa, aku bisa rugi dikantor, client ku bisa marah kerjaanya belum kelar". Rey menjadi semakin perhatian denganku, entah aku yang terlalu perasa atau ada apa yang merasukinya. Aku tahu dan paham, Rey adalah sosok yang hangat dan sangat lembut dengan wanita, tetapi ini lebih dari Rey yang biasanya.

"You look good today" ucap Rey terdengar tulus. "I see you for the first time today with that hairstyle."

Baru kan ku bilang. Gumamku dalam hati.

"Iya, sudah bosan" ucapku malas menanggapi nya.

"Udah sarapan?" Tanya Rey.

"Udah" jawabku singkat tak ingin menanyainya juga.

"Aku belum" jawabnya lagi datar dan polos.

Aku tertawa mendengar jawabannya, Rey adalah lelaki yang sering menggodaku dengan ucapan-ucapan aneh dan absurd nya. Sebenarnya Rey adalah orang yang polos. Walaupun Dave bilang Rey suka bermain dan berganti wanita, tetapi dia tetaplah orang yang sangat baik dan jujur.

"cafe dulu ya. Aku traktir" ucap Rey yang terdengar memaksa aku untuk mengiyakan ajakannya. Aku hanya mengangguk mengiyakan ajakannya.

———

Kami akhirnya memutuskan untuk berhenti di salah satu cafe untuk sarapan, karena Rey juga ingin mengerjakan beberapa pekerjaannya diluar kantor katanya. Rey hanya memesan satu slice cake dan satu gelas hot green tea latte. Sedangkan aku memilih hot signature chocolate.

Rey tidak memerdulikan ku yang duduk dihadapannya. Ia sibuk dengan ipadnya. Aku hanya menatapnya karna tidak tahu mau melakukan apa. Karna ia memintaku menemaninya lah aku terpaksa duduk dicafe sepagi ini dengannya.

"Cha, kamu mau tahu nggak kabar mereka?" Tanya Rey padaku yang hanya diam menatapnya. ia tetap tidak mengalihkan pandangannya dari ipadnya.

Aku hening mendengar pertanyaannya. Jujur saja aku setengah mati penasaran dengan keadaan Dave, tetapi diriku yang lain mengatakan tidak ingin mengetahui apapun tentang mereka. Selama 2 minggu belakangan, aku berusaha menjernihkan pikiranku dari hubungan mereka. Berusaha menjauhkan perasaanku terhadap Dave, berusaha menjadi professional dalam pekerjaan. Aku sudah 80% memantapkan diriku, aku memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin dan akan menjauh dari hubungan mereka. Tetapi hatiku yang lain masih ingin mengetahui kabarnya, bertemu dan memperbaiki yang terjadi diantara kami. Tapi aku tidak ingin menjadi seseorang yang egois. Saat mengetahui Tiffany memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahan mereka, aku ingin tahu apa yang dilakukan Dave selanjutnya. Aku yakin, Dave tidak menghubungiku bahkan menjenguk atau menanyakan kabarku, karena ia ingin menjaga perasaan Tiffany. Dan aku harus menerima itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 13, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Best friend or Lover?Where stories live. Discover now