SENJA#11

259 30 3
                                    

Ntah kenapa tak ada alasan yang sempatku ucap, tapi malam ini adalah malam penuh senyuman bagiku. Betah diam di satu ruangan dan berbaring di atas kasur yang tak mau ditinggalkan, di temani dengan satu handphone yang selalu aku genggam.

Senja : "lo udah makan?"

Triana : "udah Sen hehe"

Senja : "jangan sampe telat makan, tapi gue bakal tetep ingetin lo makan ko wle"

Triana : "hmm boleh gue anaknya belum bisa mandiri sen hahaha

Senja : "makannya gue bakal ada di setiap detik lo wkwk"

Sepanjang malam yang ku lewati, kini penuh dengan senyuman antara aku dan Senja, mungkin Senja juga sedang melakukan hal sepertiku, senyum senyum sendiri. mengapa aku berbicara seperti itu? Karena ada satu hal yang aku tau tentang Senja, di saat dia balas chat dariku

Triana : "lagii dimana lo Sen?"

Senja : "ini gue mauu pulang abis kumpulan, kenapa?"

Triana : "gak sih cuma nanya aja, jangan nakal yaa"

Senja : "iyaa bu siap ga akan nakal lagi"

Triana : "kalo gue ga bales gue bobo oke?"

Senja : "masa mau tidur? Temenin gue yang"

Mataku cengo melihat akan hal kalimat itu, satu kata yang membuatku terkejut yaitu "yang".

Triana : "Gue ngantuk, gue temenin sampe ketiduran aja yah" ku jawab dengan mengabaikan kata itu

Senja : "Yaudah iya Tri wle"

Senja : "P"

Senja : "P"

Senja : "Tidur ya? Sleepwell bidadari kecilku. Kalo aku lupa, ingetin aku terus buat bilang aku sayang kamu"

...

Pagi hari disambut dengan hembusan napas yang keluar dari hidung penuh semangat, hentakan kaki yang kini berjalan menelusuri jalan sepi menuju sekolah, di sertai suara line yang terus berbunyi dari Senja.

Semalam aku tak sadar mendapat panggilan masuk dari Iryas yang tiba tiba 5 kali mencoba menelponku. Tangan ini reflek untuk mengetik menanyakan ada perlu apa sejak aku tidur.

Triana : "Yas semalem ada apa?"

Iryas : "gue pengen ngbrol semalem, lo udah tidur?"

Triana : "iyaa gue udah tidur, sekarang aja kalo mau"

Iryas : "lo serius nolak gue?"

Triana : "hmm gue rasa enakan jadi temen"

Iryas : "kalo lo gitu, oke gak papa tunggu gue nglakuin hal yang ga bakal bisa lo lupain"

Triana : "hah maksud lo apaan?"

Triana : "Yas maksudnya apaan?

Triana : "anjir lo tuh ya!"

Hatiku terasa panas hingga tak ada mood yang muncul untuk memegang handphone lagi. Ku masukan saja handphone itu ke dalam tas agar tak bisa teraba lagi oleh tangan, karena jiga teraba aku tidak bisa menahan untuk mengotak ngatiknya.

...

Ku duduk di kursi yang seharusnya aku duduk, bersama menot teman sebangkuku, ku raba bawah meja belajarku, karena kegiatan malak memalak di kelas akan segera ku lakukan, aku seorang bendahara kelas.

Aku terkejut saat melihat kertas putih penuh dengan pulpen merah berasal dari bawah mejaku, ntah itu misteri ataupun orang yang jail saja. Ku buka secara perlahan kertas itu.

To : Triana

GUE TUNGGU LO DI DEPAN KELAS LO SEKARANG ATAU NANTI ISTIRAHAT PERTAMA!

Ku colek menot agar melihat kertas yang aku genggam. Gelisah kini mulai terasa, aku takut jiga mendapat hal seperti ini. Mungkin aku harus keluar kelas sekarang agar jam istirahatku tak terganggu.

"woy!" Suara Iryas terdengar di jajaran kelas ku

"Iryas?" Ucapku pelan sekali

"Pengumuman woy! Cewe ini so cantik, dia nolak gue mentah mentah"

Keningku mengerut melihat dan mendengar kelakuan Iryas yang tak ada kerjaan, lu lihat anak anak ipa mulai keluar kelasnya untuk melihat kelakuan anak itu. Aku malu mukaku memerah, kaki ini gemetar tak ada kata yang sanggup ku ucap.

"Tri dia ngapain?" Tanya menot sembari merangkul pundaku

Kepala ku hanya bisa menggeleng, air mataku mulai menetes. Apa maksud Iryas melakukan ini padaku.

"Liat tuh anak itu nangis mungkin karena nolak gue, kalian pojokin cewe itu yah biar tau rasa"

Ku dengar kaca jendela di banting keras olehnya, tak ada guru yang melihatnya hingga tak ada orang yang membelaku kecuali teman teman dekatku.

"Heh tai apa apaan maksud lo?!" Teriak Ditya kepada Iryas

"Ga punya malu lo, lo harusnya malu di tolak bukannya kek gini!" Triani membelaku dengan serentak.

"Udah gak papa gue gak masukin hati ko" ku jawab dengan air mata yang mengalir

Ku tinggalkan tempat itu diam di dalam kelas. Menenangkan hati yang kini sedang tak karuan. Oh tuhan aku sakit hati, aku malu oleh Iryas.

...

Mataa ini terus bintitan terlihat merah saat sampai di rumah, di temani dengan teman teman yang setia menenangkanku.

"Tenonet... Tenonet... Tenonet"

Suara LINE ku kini terdengar, ku lihat telpon dari Senja. Tak sanggup ku angkat telpon itu karena dengan suaraku Senja pasti tau aku sedang menangis.

"Hallo kak?" Triani kini mengangkat telpon dari Senja yang di loadspeaker.

"Triana mana? Ko lo yang angkat"

"Ituu kak...."

"Kenapaa? Dimana Triana?"

"Ada di kamar kak dia nangis"

"Hah nangis?" Suara Senja kini meninggi mungkin karena mendengarku menangis.

"Iyaa kak Iryas yang bikin dia nangis"

"Mantannya itu? Dia di apain sampe nangis?"

"Jadi ceritanya gini kak, Iryas kemarin kemarin ngajakin Triana balikan, cuma Triana tolak secara baik baik, dia ga ngucapin hal kasar ataupun yang bikin Iryas takut. Tapi Iryas tadi pagi bikin Triana malu bilang di depan banyak orang kalo dia so cantik dan nyuruh pojokin Triana"

"Anjir serius lo? Berengsek"

Telpon itu seketika mati, mungkin senja emosi mendengarnya. Handphone ku sunyi kembali tak ingin ada yang menyentuhnya.

Rasanya tak mau mengenal handphone lagi, tak mau melihat handphone lagi, takut yang ku rasa. Jujur tak pernah ada cowo yang sejahat Iryas padaku sejak dulu.

PENASARAN? Terus baca ya hehe jangan lupa votemmentnya kasih saran  juga

Back In LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang