sembilan

7 0 0
                                    

Ini tuh alurnya maju mundur tanpa saya tulis miring. Jadi pahamilah.


**

A day to remember. A night to remember.

Setiap kali, dirinya mengingat saat itu, rasanya ada yang menghangat di dasar hatinya tersebut. Goresan luka pun mulai terasa. Bahkan, tulangnya pun rasanya seperti benar-benar remuk.

**


Masih memakai seragam berwarna coklatnya, bukannya pulang dan berganti pakaian terlebih dahulu, cewek itu justru menghabiskan waktunya di tempat ini. Tempat yang diramaikan oleh semua kalangan. Memandang bocah yang tengah bermain dengan canda-tawa membuatnya tersenyum. Di telinganya sudah terpasang headseat berwarna hitam. Cewek itu bersenandung pelan, mengikutialunan musik melalui ponselnya.


Dedaunan berjatuhan, menurut saja saat ditiup angin. Mengikuti kemana angin membawanya pergi.

"Bener ternyata. Lagi apa lo?" Cewek itu menoleh ke arah cowok yang menyapanya. Ternyata teman akrab Adriel sedari masih kecil. Cowok itu temannya saat SMP.

"Eh, Reno. Sendirian?" Cowok itu kini sudah duduk di samping Putri.

"Jeh.. dia balik tanya," protesnya mencairkan suasana. "Gw bedua kok." Reno tersenyum. Sedangkan cewek berkuncir kuda itu mencari-cari keberadaan seorang yang dimaksud oleh Reno. "Kan sama elo Put." Dia terkekeh.

"Abis dari mana? Kok bisa disini? Kebetulan banget," ucap Putri melepas headset.

"Indomart," jawabnya sambil memperlihatkan kantong keresek putih. "Nih," Reno menyodorkan susu kotak rasa stroberi.

"Eh? Makasi."

"Iyah, tadi, sebelum masuk indomart gue liat elo sendirian. Jadi gue nyamperin deh, rada sempet ga yakin sih kalo ini beneran elo," jelasnya memandang lurus. "Btw, apa kabar? Gue lupa kapan terakhir kita ketemu, padahalkan dulu kita di sekolah yang sama. Walaupun beda gedung."

Ah iya juga, saat Putri berada di Menengah Atas Bakti Husada, Reno berada di Kejuruan Bakti Husada, namun kesibukan tak pernah mempertemukan mereka sekalipun.

"Dan lo kok sendiri aja?" Reno mulai menoleh. Setelah sekian lama tak pertah bertemu dengan cowok itu, saat bertemu Reno justru memberikan Putri banyak pertanyaan.

Kurang lebih tigatahun lalulah pertemuan terakhirnya. Saat acara perpisahan masa putih birunya.

"Baru ketemu lagi dan lo ngasi pertanyaan banyak secara sekaligus. Jadi gue harus jawab yang mana dulu nih," ujarnya bingung. "Gue kabar baik. Lo sendiri apakabar?"

"Kabar baik juga. Lo penyendiri banget deh kayanya."

"Ah masa sih? Penyendiri bukan berarti ga punya temen ya. Bukan juga berarti gue nutup ruang buat orang yang mau kenal gue."

"Terakhir kali kabar yang gue dapet tentang lo, lo lolos ikut seleksi pertukaran pelajar. Setelah balik dari negri orang, pengalaman apa yang bisa lo ceritain? Gimana perasaan lo?"

Reno tau prinsip Putri yang tak ingin pacaran demi fokus belajar. Membuat sahabatnya sempat patahati karenanya. Ia salut dengan cewek itu, keren sekali bisa membuktikan ucapannya.

"Walau ketinggal karena mesti ngulang kelas, tapi sejujurnya gue bangga sih. Gue dapet pengalaman belajar yang engga gue dapetin dipengurikuluman Indonesia." Putri mulai bercerita akan pengalamannya yang beruntung dipilih sebagai siswa yang diikut sertakan dalam rangka pertukaran pelajar selama setahun. "Cara belajar di sana yang waw banget itu, bikin gue ngerti kenapa orang luar negri cerdas-cerdas akan SDMnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Detik dan Detak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang