dua

64 29 6
                                    

Komen yang banyaklah untuk part ini geng.. itung-itung ngibur gue yang kini lagi gabut. Btw happy reading😊


**

Menjelang sore sekalih, awan sudah terlihat gelap. Meskipun begitu, keempat sejoli itu masih setia bersama. Setelah menjadi saksi bahwa sekolahnya kalah pada pertandingan dalam rangka Turnamen Olahraga Persahabatan kategori Basket yang diadakan oleh Bakti Husada CUP pada kesempatan kali ini, tak membuat keempat dari mereka kecewa akan kekalahannya.

"Turnamen basket tadi seru banget deh. Terus tadi juga Kak Adriel maennya keren dah. Ga nyesel gue nonton. Yah meskipun akhirnya tuan rumah kalah."

Putri tau, temannya itu naksir Adriel. Tapi dia tak ingin ikut campur.

Pertandingan sempat memanas saat ada aksi senggol body, namun setelah pertandingan berakhir semua pemain bersalaman, sebagai tanda persahabatan dan permintaan maaf atas segala yang terjadi dilapangan saat permainan berlangsung.

Skor duabelas sembilan yang berbedaan tipis itu membuat ultras pihak tuan rumah menghela nafas sedikit kecewa.

"Yap, apalagi si Khafi anak kelas sepuluh itu. Waktu dia ngeshot, beh tiga point langsung," seru Putri membulatkan mata.

"Perasaan ada yang lebih keren dari permainannya tuh cowok deh. Lu bahas dia mulu. Lo naksir tu cowok ya?" tanya Ridho menyelidiki.

"Dih apaan sih, sotoy banget," elak Putri tak terima. Mereka tak tau, pasalnya Khafi itu adalah sepupu jauh Putri. Si anak broken home itu memang keren sekali. Meski orangtuanya telah berpisah tapi dia tetap menjadi kebanggaan keluarga besarnya. Menyabet juara pertama Olimpiade Matematika saat SMP, lalu baru beberapa minggu kemarin ia mengikuti olimpiade Kimia dan tidak sia-sia. Cowok itu membawa penghargaan lagi untuk sekolahnya. Membuat harum citra sekolahnya.

"Naksir mah naksir aja Put," celetuk Audry heboh.

"Buktiin dong kalo lo ga naksir dia," tantang Angga tersenyum miring.

"Oke, apa mau lo?" tanya cewek itu pada Angga.

"Kecengin si Benjamin, hasilnya kirimin ke grup." Tak hanya Putri yang melotot mendengar nama itu. Audry pun sama kagetnya. Panggilannya Ben. Cowok itu, ganteng bin tajir namun sulit didekati kaum hawa. Lagipula mana mungkin cewek kalem bin kutu buku macem Putri bisa mendekati cowok kelas duabelas yang kabarnya sering keluar masuk BK karena  terlibat tawuran antar sekolah itu? Terlebih lagi ia masuk daftar cowok badboy nomer satu di sekolahnya. Lalu setau Audry pula, Putri tak punya pengalaman mendekati cowok duluan, macem begitu pula.

Ah mungkin kalau pemikat Putri punya, dia kan ajaib. Pikir Audry menghilangkan risaunya.

Hhh... yang goodboy aja bikin sakit, apalagi yang badboy? Putri menghela nafas berat. Ragu. Lalu ia berkata, "Kalo gue berhasil?"

***

Setelah kepergian tiga temannya, cewek itu bingung harus bagaimana mendekati Ben kakak kelasnya itu.

Hari ini ia pulang dengan angkutan umum. Semakin hari Dian abangnya semakin sibuk saja. Menunggu bis sekolah entah nomor berapa, cewek itu berjalan ke arah halte.

"Putri," panggil seorang.

Rehan, cewek itu merupakan salah satu temannya di sekolah yang lama. Setengah berlari cewek itu mendekati Putri

Detik dan Detak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang