It's Love (2)

15 2 0
                                    

Alda's POV

Sakit. Itu yang bisa mendeskripsikan bangun tidurku kali ini. Aku tidak bisa menggerakan seluruh badanku. Aku hanya bisa melihat peralatan rumah sakit mengelilingiku dan juga seseorang yang tidak asing bagiku. Ya itu Zed temen kak Edo. Aku bisa merasakan tangannya menggenggam erat tanganku.

Zed : "Hai. Apa kau sudah bangun?"

Alda : "Hmm ya sepertinya begitu. Auw" *rintihku dengan memegang kepalaku yang diperban*

Zed : " Sakit ya?"

Alda : "Sakit. Sangat sakit. Apa yang sebenarnya terjadi padaku?"

Zed : " Apa kau tidak mengingatnya?"

Alda : " Aku hanya mengingat seseorang yang mengangkatku keluar dari mobil dan memberiku jaket seperti yang kau kenakan. Tapi aku tidak tau siapa dia dan aku hanya bisa mendengar 3 orang lelaki yang sedang berdebat. Apa kau tau dimana kakakku?"

GREK *seseorang membuka pintu kamar*

Ternyata kakakku yang penuh dengan luka gores disekitar tangan dan mukanya. Dia berlari menghampiriku dan memelukku.

Edo : " Apa kau baik-baik saja?"

Alda : " Aku merasa baik-baik saja setelah melihatmu. Tetapi apa yang sebenarnya terjadi?"

Edo : "Baiklah aku akan disini bersamamu. Aku akan menceritakannya saat keadaanmu mulai membaik."

Dimas : "Bagaimana keadaanmu?"

Alda : "Sakit"

Dimas? Apakah itu dia? Apakah dia yang bertanya padaku? Aku merasa sehat sekarang. Ah bisa saja diriku ini.

Edo's POV

Segera ku berlari menuju kamar VIP Bougenville nomor 214. Aku lega melihatnya sudah sadar. Semua keringatku bercucuran, perban dan luka yang menutupi beberapa bagian tangan dan mukaku.

Edo : " Apa kau baik-baik saja?"

Alda : " Aku merasa baik-baik saja setelah melihatmu. Tetapi apa yang sebenarnya terjadi? "

Edo : "Baiklah aku akan disini bersamamu. Aku akan menceritakannya saat keadaanmu mulai membaik "

Aku tidak ingin menceritakan kejadian yang menimpa kita. Aku tidak ingin membuat kondisinya down. Aku belum juga memberi tau kedua orangtuaku tentang hal ini. Aku tidak ingin merepotkan mereka yang sedang berada di luar kota saat ini. Namun aku memutuskan untuk menelpon mereka karena mereka perlu tau tentang keadaan adikku.

.

.

*pergi keluar untuk menelpon orangtuanya*

Mereka akan datang besok karena jadwal mereka penuh hari ini. Untunglah orang tuaku bisa meredam emosinya di telpon. Tapi mungkin mereka akan mengintrogasiku atas kejadian ini, aku yakin.

Zed : " Edo, lo masih bisa main basket kan? Sini coba gue liat luka lo" saut Zed secara tiba tiba

Edo : " Really? Gue kuat gak kayak lo, lemah!"

Zed : " Nge gas banget bro"

Edo : " Lo duluan kan yang mulai haha"

Zed : "Salahin aja gue terus"

Edo : " Bro makasih ya lu udah mau bantu gue sama adik gue"

Zed : " Its okay bro. Itu gunanya teman"

Dimas's POV

Yang sedang kulakukan saat ini adalah duduk disamping kasur Alda. Menemaninya karena Zed dan Edo sedang berada di luar. Mungkin Edo berusaha mengabari orang tuanya. Muka Alda terlihat masih pucat dan banyak goresan luka di tubuhnya. Dia tidak berani melihatku. Dia hanya menatap keluar jendela.

Dimas : " Apa yang sedang kamu pikirkan sekarang?"

Alda : " Ah? Hmm aku tidak memikirkan apa-apa"

Dimas : " Kau merenung sedari tadi"

Alda : " Karena aku hanya bisa merasakan perih pada lukaku."

Dimas : " Cepatlah sembuh" ucapnya dengan datar.

*berjalan keluar*

Alda's POV

Bisa jadi itulah kesempatan sekali seumur hidup. Benar, berbicara empat mata dengan Dimas. Mengapa aku tidak bisa menatap wajahnya? Mungkin karena aku gugup.

Jam menunjukkan pukul 4 pagi. Sedangkan aku masih bisa mendengar suara mereka diluar. Sejak kapan mereka disini menemaniku?

Oh shit, aku teringat. Hal yang paling kubenci adalah makanan rumah sakit. Aku tidak ingin makan bubur karena aku merasa baik-baik saja. Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarku.

*krek*

Kak Edo datang membawa 1 kantong bungkus plastik berisikan makanan. Dia sangat mengerti bahwa aku tidak suka makan makanan rumah sakit. Dia membawa nasi dan chicken fillet dan itu adalah makanan kesukaanku. Pantas saja semua orang ingin mempunyai kakak seperti dia. Cool, pengertian dan penyayang. Siapa yang enggak mau punya kakak seperti dia?

Tingtong

Shitanyet
"Alda lu beneran masuk rumah sakit?"

05.30

Alda
"Masak sih gue boong?"
05.31
R

Shitanyet

Yaampun. Lu kenapa? Gue khawatir banget sama lu!
05.33

Ciee tumben banget lu ngekhawatirin gue. Gue kecelakaan kemaren malem. Gue dirawat di RS dekat swalayan di kamar VIP Bougenville no. 214. Kangen gue sama lu, cepetan kesini sebelum sekolah!
05.37

R

Okelah nyet gue kesana sekarang.
05.40

Shita's POV

Aku segera bergegas menuju rumah sakit dimana Alda dirawat. Setelah sampai, aku segera memakirkan mobilku. Mencari kamarnya tidak sulit. Tapi kenapa aku melihat 3 orang laki-laki yang sedang berdiri di depan ruangan itu? Apakah mereka penjaga atau mencoba untuk menyulik Alda? Tapi kenapa salah satu dari mereka penuh luka? Aku mencoba mendekati mereka karena aku harus bertemu Alda.

Edo : " Shita bukan?"

.

"Apa-apaan ini? Kenapa dia tau namaku?" *ngomong dalam hati*

.

Edo : " Kok bengong?"

Shita : "Eh iya. Aku Shita. Ka.. Kamu... Si... "

Edo : " Aku Edo kakaknya Alda dan 2 orang ini adalah temanku. "

Shita : " Oh iya hehe "

Edo : " Yaudah sana udah ditunggu Alda"

Aku segera masuk ruangan. Disitu ada Alda yang terbaring dengan memakai baju rumah sakit serta tangan kirinya yang perban. Aku langsung memeluknya

Alda : " Sakit nyet kena tangan gue yang patah"

Shita : " Hah? Tangan lo patah?" *sambil megang tangan Alda yang patah*

Alda : " Iyee. Jangan dipegang. Gausah panik. Btw, lu...."

Shita : " Sssttt. Gue baru tau kalo kakak lu sebenernya cool bangett anjir!!!!"

Alda : " Emang. Kayak adiknya kan cool? "

Shita : " Ihh lu itu" *nepuk tangan Alda yang diperban*

Alda : " Wah, sakit bego."

Shita : " Uh iyee sorry gue gak sengaja hehe. Jadi mana dari antara 2 orang itu yang bikin lu jatuh cinta?"

Alda : "Ssttttt. Astaga lu Shit keras banget ngomongnya"

Shita : "Jawab pertanyaan gue, cowok yang memakai jaket kulit atau cowok yang menggunakan kemeja putih berlumuran darah?"

Alda : " Anjir lu nyet"

Alda's POV

Tunggu, aku tidak salah dengar kan? Apa yang barusan Shita ucapkan? Dimas menggunakan kemeja putih berlumuran darah? Aku tidak mengetahuinya karena aku tidak berani melihatnya. Apa dia ada saat kecelakaan terjadi?

Space Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang