Dimas's POV
Aku berdiri dari tempat dudukku dan berinisiatif untuk mengambil saus tomat. Setelah mengambil, aku kembali ke tempat dudukku. Tiba-tiba seseorang menyenggolku dan saus tomat itu tumpah ke baju putih yang Zed pakai.Zed : "What the.. Apaan sih lu Dim?"
Dimas : "Astaga bro. Gue ga sengaja. Tadi gue di senggol"Zed hanya diam menatapku sinis.
Edo : "Kalian itu kenapa sih? Udah Zed maafin Dimas. Lagian Dimas ga sengaja kan? Udah udah gausah tengkar"
Alda : "Eh Zed gapapa? Pake baju putih lagi. Sini gue bersihin"Alda mengambil tisu basah dari dalam tasnya dan mengelap baju Zed yang terkena tumpahan saus tadi. Tanganku mengepal. Pemandangan apa ini? Okay. Zed selangkah lebih maju dari aku.
Dimas : " Bro, maafin gue ya"
Zed : *tersenyum kecut*
Edo : " Udah udah. Lagian udah bersih tu. Zed Dim udah ya."Alda's POV
Setelah membersihkan baju Zed, aku melihat Dimas dan Zed yang saling bertatapan sekarang. Mereka sama-sama memasang wajah serius. Aku takut akan terjadi apa-apa diantara mereka.Alda : " Aku akan meminta saus tomat lagi."
Edo : " Biarkan aku saja yang mengambil"
*berdiri*
Alda : " Ta..tapi."Canggung. Aku melihat Zed yang sedari tadi sibuk mencoba menghapus noda saus di kausnya. Lalu aku menengok Dimas yang sedang menunduk. Sedangkan aku hanya bisa diam dan tidak tau harus membela siapa. Pengecut.
Beberapa saat kemudian, kakakku kembali. Aku sudsh tidak tahan dengan atmosfer ini lagi.
Alda : " Bisakah kita pulang sekarang? Aku masih ada tugas yang belum aku selesaikan"
Sontak perkataanku membuat Dimas dan Zed menatapku. Aku menatap mereka secara bergantian.
Alda : "Ada apa?"
*sambil natap Dimas dan Zed bergantian*Dimas hanya menggelengkan kepalanya sedangkan Zed masih menatapku.
Edo : "Baiklah. Ayo"
Aku segera berdiri dan menjinjing tas kecilku.
Zed's POV
Memalukan. Tapi seenggaknya Dimas yang salah bukan aku. Aku mengingat perlakuan Alda padaku tadi. Saat ia mengelap bajuku. Aku mencium bau mint pada rambutnya. Aku tidak bisa mengalihkan fakta bahwa aku suka padanya.Zed : "Bro gue pulang dulu"
Dimas : "Okay. Ati-ati bro"Segera aku menuju parkiran. Wajahku tidak berhenti memasang senyuman sumringah. Setidaknya aku sudah selangkah lebih maju dari Dimas.
Edo's POV
Aku memasangkan seat belt adikku. Lalu menginjak gas. Aku melirik Alda yang sedang asik bermain hp.Edo : "Apa kau tidak menyadari sesuatu?"
Alda : "Menyadari apa?
Edo : "Lebih baik kau tidak menyadarinya"
Alda : "Kak kamu aneh. Sepertinya Mama dan Papa masih tidak bisa pulang minggu ini. Hanyaa kita saja yang dirumah. Itu sungguh membosankan."
Edo : "Bagaimana kalo kita liburan?"
Alda : "Are you kidding? Aku abis ini ujian kak. Kakak gimana sih?"
Edo : "Oh iya. Eh waktu itu, waku malam saat kita kecelakaan ada sesuatu yang ingin kau sampaikan. Tentang Dimas dan Zed. Aku hanya penasaran"Alda's POV
Astaga. Aku bahkan tidak tau harus menjawab apa. Kenapa kak Edo mengungkit itu lagi? Aku menatap kakakku lalu berpaling.Edo : "Kok keliatannya kamu kaget banget aku nanya itu?"
Alda : "Hah? Sebenernya, ituuu... Hmm itu kak.. Aduh gimana ya ngomongnya.. Eh udah sampe kapan-kapan aja ya"Aku segera membuka seat belt dan membuka pintu mobil. Kami sudah tiba dirumah. Sunyi.
Sekarang yang bisa aku lakukan adalah mengunci diriku di dalam kamar.
Tingtong
Shita menelponku.
"Hey nyet. Gue kangen sama lo"
"Baru juga tadu ketemu udah kangen ae. Ngapain lu nelpon gue?"
"Gue itu sebagai teman yang baik mau mengingatkan. Bahwaa......"
Shita terdiam.
"Kalo misalnya besok ulangan biologi. Haha. Gue baik kan ngingetin lo?"
"Gue sih b aja. But thank u ya"
Aku menutup telepon dari Shita. Aku baru inget kalo besok ulangan.
Zed's POV
Hari ini hujan deras. Aku pergi ke dapur untuk membuat coklat hangat. Tidak banyak yang bisa aku perbuat dirumah segede ini. Benar saja karena hanya aku dan pembatuku saja yang tinggal disini. Orang tuaku bekerja di luar negeri. Aku merasa kesepian. Terbesit sebuah ide dalam pikiranku. Apakah aku harus menelponnya? Baiklah aku akan menelponnya. Aku segera menuju kamar untuk mengambil iPhoneku.Tuuttuut~
"Halo? Kenapa?"
Suaranya aja udah bisa ngehibur.
"Lagi sibuk ga?"
"Hem. Kenapa? Aku besok ulangan jadi aku harus study hard malam ini"
"Baiklah kalo begitu. Lebih baik aku tutup"
"Bentar deh. Ngapain nelpon aku? Gajelas banget nih anak. Haha. Mau nyanya apa emang?"
"Gaada sih. Cuman pengen nelpon aja. Iya emang aneh aku. Yaudah selamat belajar. Yang rajin ya."
Alda's POV
Zed baru saja menelponku. Setelah itu aku melihat keluar jendela. Nampaknya diluar sedang turun hujan. Aku turun dari kamarku untuk melihat kegiatan kakakku di ruang tv. Dia bermain game. Aku ikut bergabung. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumah.Alda : "Aku akan membukanya."
Kakakku mengangguk. Aku menuju pintu. Saat pintu terbuka, aku sangat terkejut. Zed berdiri di depan pintu membawa 2 kantong plastik.
Alda : "Sedang apa kau disini?"
Zed : "Bolehkan aku masuk?"Tanpa seijin dariku ia berjalan mendahuluiku. Dasar nih anak orang. Aku menggelengkan kepalaku dan menutup pintu kembali.
Edo's POV
Sepertinya aku mendengar suara Zed di depan. Memang sepertinya itu Zed. Ia duduk di sofa sambil memberikan kantong plastim yang ia bawa sedari tadi.Zed : "Tuh gue beliin makanan buat lu dan "
*nengok Alda*"Dan chiken fillet" Zed melanjutkan.
Alda hanya tersenyum mendengarnya.
"Zed Zed. Mau dapetin hati adek gue lu?" Kataku hampir berbisik.
"Bisa ae lu. Lu ngerasa ga sih kalo Dimas juga gitu ke Alda?" Bales Zed dengan nada berbisik.
"Ngerasa gue. Kayaknya lu berdua bakalan ngadain world war 3 buat dapetin adek gue"
Zed hanya tersenyum dan ikut bermain game bersamaku.
Komen dan votenya ditunggu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Space Between Us
Fiksi RemajaAku adalah orang yang tak mengerti cinta dan kamulah orang yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya.