Alda's POV
Setelah aku duduk disebelah Zed, aku mencoba memasang selt bet. Tetapi aku sangat kesusahan jika memasangnya dengan 1 tangan.
"Let me help you" ujar Zed yang kemudian memasangkan selt betku. Setelah itu dia memasang selt bet yang ada dibangkunya sendiri lalu menancapkan gasnya.
Aku tersadar. Zed menggunakan jaket hitam yang selalu ada dipikiranku setelah kecelakaan tersebut.
Zed : "Hey, kita mau kemana?" memecah keheningan
Alda : "Terserah kau saja"
Zed : "Oh c'mon Alda. Kamu yang mengajakku keluar. Jadi kau yang menentukan tempatnya."
Alda : "Tidak, aku tidak punya tempat tujuan. Bukankah kau sering keluar dengan kakak Edo? Pasti kau tahu tempat yang cocok"
Zed : "Okelah. Tapi biaya ditanggung dirimu Alda. Oke?" jawabnya dengan tertawa
Alda : "Hahaha, okelah Zed." Aku ikut tertawa karena bualannya.
Ternyata Zed mengajakku kesebuah salah satu restoran besar termahal dengan berbagai macam khas menu mulai dari benua Asia hingga Eropa. Oh God. It will take my money so much.
Zed turun dari mobil lalu membuka pintu untukku. Kemudian kita masuk ke dalam restoran.
Edo's POV
Okay. Aku tidak bisa bermain - main dengan Zed yang sekarang sedang keluar bersama Alda. Kemana mereka? Apakah ada sesuatu? Tidak mungkin Alda mengajak cowok keluar hanya untuk membalas kebaikannya. Aku reflek saja menarik Shita untuk ikut denganku membututi Zed dan Alda menggunakan mobil my Dad.
Edo : "Sorry Shita. Mungkin kamu terkejut. Tapi tolong bantu aku. Aku hanya ingin memastikan apa yang mereka lakukan"
Shita : "It's okay kak. Cepat kejar mereka sebelum kita kehilangan arah"
Edo : "Ayolah Shita. Panggil saja namaku. Hanya Alda yang memanggilku "Kak" . Hahaha" jawabku mencairkan suasana yang tegang
Shita hanya terdiam. Matanya melotot mengikuti arah mobil Zed pergi. Sepertinya dia juga bersemangat.
"Belok kanan, Kak!" Seru Shita
"Hey bukankah aku sudah bilang. Panggil saja namaku. Edo. E - D - O" timpalku sambil mengikuti arahan Shita
Kita berhenti di restoran terkenal di kota yang sangat mahal. Wow? Zed mengajak Alda makan disini? Sedangkan aku tidak pernah sekalipun datang kesini bersama Zed. Pintar sekali kau memikat hati adikku, Zed. Sebalku dalam hati.
Aku segera membuka kunci mobil lalu keluar dari mobil bersama Shita.
"Ini" Shita menyodorkan kacamata hitam dan topi kepadaku
"Hah? Untuk apa" jawabku penuh pertanyaan
"Ayolah, Kak! Kita ini sedang mengintai mereka. Bukankah kita harus berpenampilan lain agar mereka tidak mengenali kita?" Ujar Shita yang sedang munggunakan kacamata dan topi.
"Okelah, tapi tolong berhenti memanggilku kakak"
Aku memakai kacamata dan topi yang diberikannya. Tiba tiba Shita menarik lengan jaketku.
"Ayo! Cepat!"
Oh my God. Teman Alda yang satu ini sangat bersemangat. Haha. *tawaku dalam hati*
Alda's POV
Daritadi aku memperhatikan jaket hitam yang dikenakan oleh Zed. Ya, itu jaket yang menyelimutiku saat kecelakaan. Aku ingat. Sama persis. Lamunanku terpecah ketika Zed memesan makanan.
Zed : "Alda kau pesan apa? Aku sudah memesan shusi 2 porsi agar kau bisa mencobanya juga"
Alda : "Oh iya aku pesan.." belum sempat aku menyebutkan pesananku, Zed sudah mengetahuinya
"Chicken Filet, bukan?" sautnya dengan senyum PD nya.
Alda : "Bagaimana kau tahu?" Jawabku kaget. Setahuku hanya Kak Edo dan Shita yang mengetahui makanan favoritku
Zed : "Gampang saja, aku melihatmu makan chicken fillet dengan lahap saat di rumah sakit. Padahal saat itu kondisimu sedang parah tetapi kamu memakannya dengan lahap. Aku yakin 100% mungkin kau tidak bisa hidup tanpa ayam"
Oh god, itu sangat memalukan. Tetapi aku tidak peduli. Aku terbahak bahak karena pekataan Zed.
Edo's POV
Restoran ini sangat terkenal dan bertempat di tengah kota, wajar saja sangat ramai. Aku dan Shita segera mengikuti mereka. Kamu juga mengambil tempat duduk 3 kursi dibelakang mereka sehingga bisa mengamati dengan mudah.
Edo : "Hei, kau berani bertaruh padaku apa yang akan dipesan Alda?"
Shita : "Yaelah. Pasti juga chicken fillet"
Edo : "Wow, amazing. Tahu juga kau"
Shita : "Please deh kak. Aku dan Alda sudah berteman sejak lama. Bagaimana mungkin aku tidak tahu makanan kesukaanya?"
Belum sempat aku menjawab perkataanya. Shita memanggil pelayan dan memesan beberapa makan. Oh God, aku memang lapar, tetapi ini restoran mahal, aku tidak membawa cukup uang!
"Hey, banyak sekali yang kau pesan! Siapa yang akan membayarnya!" Kataku
"Kaulah, Edo. Aku tidak peduli. Perut kenyang hatipun senang" Jawab Shita
Shit. Alda sepertinya kau memiliki teman yang aneh.
Zed's POV
Sushi dan Chicken Fillet yang kita pesan sudah datang. Saat sedang makan, tiba tiba Alda memulai percakapan.
"Hei apakah itu jaketmu?" Tanya Alda
Saat aku hendak menjawab jika jaket ini milik Dimas, Alda memotong
"Saat aku kecelakaan, aku sempat teringat aku dibawa masuk oleh seseorang, dan orang tersebut menyelimutiku dengan jaket yang sama dengan yang kau kenakan. Itulah alasanku mengapa aku mengajakmu keluar. Karena aku tahu kau yang menyelamatkanku dari sakit dan dinginnya pada malam itu. Terimakasih" Ungkapnya.
*Tunggu, bukankah Dimas yang melakukan itu semua? Aku hanya mengantarkanya ke rumah sakit* pikirku
Oh Dimas. Im so sorry. Aku harus berbohong kepada Alda bahwa aku yang menyelamatkannya. Mungkin ini salah satu cara agar aku bisa lebih dekat dengannya.
"Iya, sama sama. Tidak perlu berlebihan seperti itu" jawabku senyum sambil melanjutkan makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Space Between Us
Teen FictionAku adalah orang yang tak mengerti cinta dan kamulah orang yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya.