8.Ooeemjii si Gentooong...

10 0 0
                                    

Mama mengapit tanganku mengajak menaiki 6 anak tangga yang menuju teras di depan pintu kembar raksasa berwarna putih senada dengan warna pilar dan tembok rumah.

Saat aku akan mengetuk pintu. Pintu kembar raksasa itu pun terbuka satu. Dan keluar laah seorang wanita yang memiliki kecantikan lembut berkebaya kartinian berwarna gold dengan rambut yang juga dicepol simple seperti mama.

"Alhamdulillah kalian berdua sudah nyampee" seru wanita tersebut sambil memeluk mama dan bercipika cipiki.

"Ini putrimu keylila itu ya Puur.. Cantiikk seperti yang kubayangkan" puji wanita itu dan langsung memeluk serta mencium pipiku juga seperti yang dilakukannya terhadap mama.

"Iya ini Keylila yang dulu masih SMP pas mbakyu melihatnya saat takziah almarhum mas Andrianto" jawab mama santun dan juga mengucap nama belakang papa.

"Anggun, kalem dan cantik.. Layak untuk ditungguh selama 9 tahun ini sama si gentong" ujar wanita didepanku yg diikuti tawa mama dan tawa laki2 yang terlihat jauh didepanku turun dari tangga rumah  hendak akan menemui kami.

"Buukk. Wiiz jok digudo ae calon anak wedokmu kui ndang (sudah jangan digoda trus calon anak perempuan mu itu, ayooo) disuruh masuk kedalam toh" suara lantang tapi lembut laki2 dari dalam rumah dan aneh nya aku merasa suara itu familiar sekali ditelingaku.

Masaa ampyuuunn.. Blom habis rasa tanyaku dengan ucapan tante ini dengan kalimatnya "di tunggu 9 tahun oleh si gentong" ditambah lagi ucapan laki2 ini dengan "calon anak wedokmu kui"

Ditambah lagi bisik wanita si empunya rumah dengan tetap merangkul dari sebelah kanan dan memapahku masuk kedalam rumah "kamu boleh memanggilku bude Mira ato membiasakan diri memangilku bunda mira juga gak apa2 kok nduuk"

Apaan2 inii...

HIiiihh... aku jadi kalut alias shock dengaan apa yang aku dengar barusaan.

Mama yang berjalan dikiriku hanya melihat ekspresi binggungku dengan datar seolah olah hal ini memang harus terjadi.

Perlahan kami memasuki kedalam ruang tamu yang berisi sofa hitam ber ukir benang emas sangat mewah di tambah lagi lemari etalase kaca besaar berisi koleksi guci2 dari LN sepertinya. Dan lagi ada lukisan kaligrafi yaang besar di temboknya yang juga berwarna hitam dengan tinta emas.

Maju lagi aku bisa melihat ruang keluarga dengan sofa lebar serta nyaman berwarna krem dengan lampu ruangan warna kuning redup yang menimbulkan kesan hangat dan akrab. Serta home theater yang super Lux di depan sofa. Aku jadi membayangkan pasti seru kalo nonton dvd via home theater itu.

Yaaaaa... aku tertipuu.. dont jugde the book by its cover..

Ternyata penampilan bangunan depan rumah yang dingin membosankan berbanding terbalik dengan suasana didalam rumah yang menampilkan kesan hangat juga akrab penghuni yang ada didalam rumah.

Saat kami ber tiga hampir sampai di ruang makan yang memiliki mejaa kayu klasik dengan kursi berjumlah 8 buah.

Langkah ku terhenti hingga tante Mira yang memapahku pun kaget dan ikut menghentikan langkahnya.

Duaaaaarrrrrttt Akhiirnyaaa ...

Bom itu pun meledaaaak.....

Saat jarak aku dan laki2 paruh baya itu hanya 2meter dihadapanku baru aku ngeeh kalo dia atasanku dengan kata lain Pak. Harjono pemilik perusahaan tempat aku bekerja saat ini.

"Sugeng daluh dek Pur.. Pripun kabar e njenengan kalian si mbah (selamat malam dek pur.. bagaimana kabar mu dan juga kabar yang ti)" tanya pak Harjono dengan bahasa jawa halus dan menyalami tangan mama.

Miracle TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang