Natan pov
Hari minggu ini gue menghabiskan waktu di apartemen. Mengistirahatkan tubuh gue, beserta fikiran gue. Gue masih bergelut diatas kasur walaupun sudah menjelang siang. Mengingat ciuman Nata dan Geri semalam, selalu mendatangkan sakit di hati gue. Dan gue belum menemukan obat rasa sakit yang gue rasain.
Sempat berfikir melakukan seks dengan perempuan lain mungkin akan meredakan rasa sakit. Cuma gue menepiskan fikiran itu. Yang ada gue makin sakit ketika membayangkan lawan main gue adalah wajah Nata walaupun bukan dia.
Terdengar suara tombol password apartemen gue. Gue menghela nafas, gue yakin banget yang datang Nata.
Benar dugaan gue. Nata masuk sambil menangis. Gue bangun dari tidur. Duduk diatas kasur melihat Nata berdiri, menutup matanya yang berlinang air mata.
"Lo kenapa?" tanya gue heran.
"Geri... Ngilang." jawab Nata sambil sesenggukan.
Gue menarik tangannya agar duduk disamping gue, "ngilang gimana? Di gondol tuyul?" tanya gue sedikit ngelucu walaupun jayus.
"Geri ilaaaaaaaaang." Nata meraung, nangisnya semakin kejer. Kali ini gue ngeliat dia bukan seperti nangis tersedu-sedu di bukit moko. Tapi dia lebih terlihat seperti anak kecil meraung-raung membuat sakit kuping.
"Iya ilang kemanaaaa?" tanya gue sedikit menahan kesabaran karena Nata belum menjelaskan maksudnya Geri menghilang.
"Dia ilang. Whatsaap gue di blokir... Line di blokir... Bbm gue didelcont..."
Gue menarik nafas. Kayanya demen banget Nata bikin gue sakit. Semalem ciuman depan gue, sekarang nangis-nangis gara-gara Geri ngilang. Apa gue harus ngilang dulu baru dia tangisin kaya gini?
Padahal gue udah dapet cara buat bikin dia jatuh cinta. Dengan cara bersikap biasa aja ketika dia berinteraksi dengan Geri. Buktinya semalem ketika gue bersikap cuek, Nata malah merasa kehilangan. Merasa aneh ketika gue bukan melarangnya malah membiarkannya.
Setelah gue mengatakan "buat apa gue marah. Bibir punya lo, yang ngelakuin juga elo. Bukan hak gue juga ngelarang lo." Nata pergi meninggalkan gue tanpa berkata apa-apa lagi. Mungkin dia baru sadar, kalo dia merasa kehilangan ketika kepedulian gue hilang. Sebenarnya bukan karena gue tidak peduli, tapi gue sengaja melakukan itu agar Nata sadar bahwa mungkin dia memiliki perasaan yang sama. Iya, mungkin. Kenapa mungkin? Karena gue belum bisa memastikan kalo Nata mempunyai perasaan yang gue rasain.
Gue memijit jidat gue yang terasa sedikit pusing. Disaat gue sudah menemukan cara, si Geri malah ngilang. Bangsat emang tuh cowok, udah dapet ciuman langsung pergi gitu aja. Tolol.
"Apa karena dia... Udah nyium gue makanya dia ngilang?" tanya Nata kepada gue, air matanya terus berjatuhan.
Gue mengacak-acak rambut gue ikutan pusing. Gue nggak tau harus bersikap gimana. Gue bersyukur Geri pergi tapi gue juga ngerasa gondok sendiri. Bersyukur karena gue nggak ada saingan, gondok karena pikiran Nata sekarang teralihkan semuanya ke Geri.
Setelah semalem dia memikirkan gue dan sekarang dia kembali memikirkan Geri, bikin gue kacau sendiri. Nata kacau gue ikutan kacau. Nata bingung gue ikutan bingung. Bingung, harus dengan cara apalagi bikin Nata jatuh cinta sama gue?
"Kok... Lo diem aja sih? Lo seneng kan Geri ngilang? Seneng kan ternyata ucapan lo bener, cowok kalo udah dapet bakalan pergi gitu aja?"
Gue menatap Nata kesal, "siapa suruh lo nyium dia?"
Nata menghapus air matanya, "gue punya utang."
"Utang apaan?" tanya gue heran.
"Utang cium."
KAMU SEDANG MEMBACA
HE KNOW'S
RomanceIni untuk 18 tahun keatas yaaaa. *** Tanpa Nata menceritakan apa yang ada dipikirannya, Natan selalu tau apa yang ada didalam pikiran Nata. Disaat Nata menceritakan kepada Natan teman sekaligus bosnya, bahwa dia penasaran tentang berhubungan seks...