21++
Adegannya agak jorok. Bagi yang nggak suka di skip aja. Hehe****
Natan pov
Tangan gue dengan sigap menahan tangannya, membuatnya kembali terduduk diatas kasur, dengan keteguhan hati, persiapan mental, dan meyakinkan diri sendiri semua akan baik-baik saja. Gue menarik nafas panjang. "lakuin— itu sama gue."
Entah keputusan gue bener atau engga, gue belum tau. Sebenernya bukan ini yang gue mau. Gue mau menjaga kesuciannya sampai Nata menemukan pasangan yang sah, walaupun bukan dengan gue.
Tapi, meskipun bukan dengan gue melakukannya, Nata tetap akan melakukan dengan pria lain. Dan gue, nggak bisa diem aja. Gue nggak bisa membiarkannya dirusak sama pria yang belum tentu mau tanggung jawab.
Melakukan ini adalah keputusan yang berat. Gue harus mengulang kesalahan yang sama. Gue takut Nata seperti Tia, haus akan seks. Mencari dan mencari lelaki lain hanya karena penasaran. Manusia pada dasarnya mempunyai keingin tahuan yang tinggi. Belum melakukan, ingin mencoba melakukan. Sudah melakukan, ingin mencari pengalaman lain.
Sebelumnya Tia cewek polos yang nggak mengerti tentang hubungan seks. Sama kasusnya seperti Nata, hanya karena seorang lelaki yang tidak bisa merasa puas karena perempuannya masih suci dan memilih melakukan seks dengan perempuan lain, membuat Tia menjadi penasaran.
Waktu itu gue menolak. Tapi Tia memohon kepada gue untuk melakukan seks dengannya. Sama persis kejadiannya, dia nekat ingin melakukan seks, walaupun bukan dengan gue. Akhirnya gue mengikuti keinginannya. Setelah melakukan seks dengan gue, Tia mencari orang lain. Mencari kepuasan yang lain dibelakang gue. Padahal gue sudah menjadi pacarnya waktu itu, walaupun bukan atas dasar cinta. Entah apa yang Tia cari, sampe pada akhirnya dia hamil. Gue mau tanggung jawab. Karena memang gue kira yang dia kandung anak gue. Tapi ternyata ketika tanpa sengaja gue membaca pikirannya, anak yang dia kandung bukan anak gue.
Gue tetep mau menikahinya, walaupun yang dikandungnya bukan anak gue, pada saat itu gue tetep memilih tanggung jawab. Karena memang gue yang membuatnya rusak. Hanya saja, dia tiba-tiba menghilang. Tia hanya meninggalkan sepucuk surat, yang intinya—bahwa gue nggak perlu tanggung jawab, yang bukan tanggung jawab gue. Gue sudah mencarinya kemana-mana, dari temen deketnya dan keluarganya. Tapi, gue nggak bisa menemukannya, semuanya bungkam, tidak ingin memberitahu gue. Semenjak itu, gue merasa bersalah. Bersalah karena sudah merusaknya. Gue merasa bersalah, karena gue orang pertama yang mengenalkannya tentang seks.
Dan sekarang gue harus melakukannya lagi. Gue rela ngelakuin kesalahan yang sama demi Nata. Membiarkannya melakukan seks dengan pria lain suatu hal yang nggak bisa gue lakuin.
"Gue serius, Tan." ucap Nata.
"Gue juga serius. Lakuin itu sama gue."
"Kenapa harus sama lo? Lo bilang nggak mau ngelakuin kesalahan yang sama?"
"Gue nggak bakalan ngelakuin kesalahan yang sama."
"Maksudnya?" Nata mengerutkan alisnya.
"Kesalahan gue dulu, nggak langsung nikahin dia. Gue nggak mau itu terjadi lagi. Makanya, Gue mau, setelah kita ngelakuin ini, lo harus nikah sama gue." gue mengatur nafas gue, "Gue nggak akan ngebiarin lo ngelakuin sama cowok lain selain sama gue. Satu-satunya cara biar elo nggak kaya gitu— lo harus nikah sama gue."
Nata tertawa. Gue mengerutkan jidat melihatnya tertawa. Gue lagi nggak bercanda. Tapi dia mendengar perkataan gue seperti ada yang lucu, seakan-akan gue hanya melontarkan kata-kata yang tidak ada artinya. Padahal gue serius. Gue memang ingin menikah dengan Nata. Murni karena memang hati gue yang udah jatuh cinta dengannya bukan hanya sekedar tanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE KNOW'S
RomanceIni untuk 18 tahun keatas yaaaa. *** Tanpa Nata menceritakan apa yang ada dipikirannya, Natan selalu tau apa yang ada didalam pikiran Nata. Disaat Nata menceritakan kepada Natan teman sekaligus bosnya, bahwa dia penasaran tentang berhubungan seks...