penasaran atau perasaan?

3.3K 208 11
                                    

Natan pov

"Nataaaaan rambut gue panjang dooooong kaya rapunzeeeel..." ucap Nata menggoyang-goyangkan kepalanya masih mabuk diatas kasurnya samping gue. Rambutnya yang di gerai ikut bergoyang mengikuti kepalanya.

"Iya Nat... Lo kaya rapunzel..." gue menjawab asal sambil membetulkan letak bantal dikepala gue.

Tadinya gue berniat meninggalkan Nata, tapi melihat kondisinya dia yang mabuk parah, gue tetap diam diapartemennya. Meladeni setiap racauan dia yang nggak jelas. Walaupun gue hanya menjawab seadanya.

Waktu sudah menunjukan jam 2 pagi tapi Nata masih terlihat sangat semangat, sama sekali tidak terlihat lelah atau mengantuk seperti gue. Nata masih meracau nggak jelas. "Tan, kalo burung cowok...ukurannya sama semua atau nggak? Ada nggak sih... yang sepanjang belalai gajah? Hehe" tanya Nata cengengesan.

Gue lebih memilih menutup mata gue daripada harus menjawab pertanyaan ngaco Nata. Nata emang pe'a. Tapi itu salah satu kesukaan gue yang ada didalem dirinya. Menurut gue Dia bukan pe'a lebih tepatnya limited edition

Suara TV yang menyala tapi gue anggurin perlahan menghilang mengikuti alam bawah sadar gue. Pada saat gue mulai terhanyut dalam mimpi, gue merasakan seperti ada yang menggelitiki wajah gue. Gue membuka mata,  "apaan nih anjir?!" gue berteriak ketika melihat rambut Nata terurai menutupi semua wajahnya pas banget diatas gue.

Gue merasakan bulu kuduk gue berdiri, gue bangun dari tidur, berdiri di tepi kasur menjaga jarak. Sementara Nata masih diposisi terduduk dan rambutnya masih terurai kedepan.

Gue memalingkan wajah, nggak berani melihat Nata seperti itu. Rambutnya awut-awutan, wajahnya tidak terlihat sama sekali apalagi tadi  dia sudah berganti pakaiannya dengan daster berwarna putih polos. "Nat, Sumpah nggak lucu! rambut lo rapihin itu! gue balik nih ya kalo lo nggak ngerapihin rambut lo!" kata gue panik sedikit membetak. Bulu kuduk gue kembali berdiri.

Tiba-tiba Nata menangis. Menangis seperti sangat kesakitan. Menangis menyayat hati dan bulu kuduk gue kembali berdiri. Njiiiiiiiiiiiiiiirrrrrr suasana jadi mencekam begini. Mana dia nangisnya serem banget. Gue bingung harus gimana. Gue berasa pengen lari ke apartemen gue. Tapi nggak mungkin meninggalkan Nata dalam kondisi seperti ini.

Apa mungkin dia kesurupan?

Tangisan Nata semakin kencang, "rapunzeeeel dicuekiiiiiiiiiiin." ucapnya merengek.

Gue melirik kearahnya, kali ini wajahnya sudah terlihat, gue menghela nafas lega. "Nat, jangan main kaya gituan ah. Ngeri!." kata gue. Nata malah mengacak-acak rambutnya dan rambutnya dia buat menutupi wajahnya lagi seperti tadi. "Nat nggak lucu! Gue balik nih ya." kata gue mengalihkan pandangan nggak mau melihat Nata.

"anjir!" Gue kaget loncat kebalakang, ketika mendapati Nata sudah berada didepan gue masih dalam kondisi seperti tadi.

Ini anak beneran pengen gue tinggalin sendirian kali ya?! Gue nggak suka sama hal-hal yang berbau horor. Tapi Nata seperti sengaja menakut-nakuti gue! Saklek emang nih cewek.

Gue berdiri tegak, menunjukan sisi kejantanan gue, menunjukan kalo gue nggak takut. Walaupun sebenernya gue agak takut sedikit. Dengan ragu  gue merapihkan rambutnya. Jantung gue berdetak lebih kencang, kali ini bukan karena perasaan gue kepada Nata. Tapi lebih karena takut, takut kalo ternyata itu bukan Nata.  Melainkan sosok kuntilanak yang kesepian.

Gue merapihkan rambut panjangnya yang terurai kedepan pelan-pelan kebelakang. Menyelipkan rambutnya disela telinganya. Gue menghela nafas lega ketika yang gue lihat adalah sosok Nata  dengan matanya yang beler dan bibir nyengir tanpa merasa berdosa, bukan sosok makhluk lain yang mukanya hancur atau gosong. "Besok lo potong rambut napa. Kepanjangan ini..." kata gue kepadanya sambil merapihkan rambutnya yang kusut memakai jari-jari gue.

HE KNOW'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang