Nata pov
"Coba kalo lo disuruh milih. Kehilangan Geri atau kehilangan Natan?" tanya Weni. membuat jantung gue seakan berhenti dari aktivitasnya. Gue diam memikirkan jawaban pertanyaan dari weni yang nggak bisa gue pecahkan. Terlalu sulit. Lebih sulit dari soal alogaritma.
"Kenapa gue harus milih?"
"Ya gapapa. Gue pengen tau aja, lo lebih milih siapa." tanya Weni keukeuh.
"Natan itu sama kaya kalian. Percintaan sama persahabatan itu nggak bisa disamain. Gue nggak bisa milih. Gue butuh Natan, karena dia temen gue sama kaya kalian. Gue butuh Geri, karena hati gue sakit kalo nggak ada dia."
"Tapi yang gue liat, elo sama Natan bukan kaya temen biasa." Weni menatap gue, "Dari awal lo ketemu sama Natan, lo udah tertarik ngeliat dia sebagai laki-laki yang bisa menuhin keinginan lo yang penasaran tentang seks. Terus karena ternyata Natan nggak bisa ngewujudin keinginan lo, lo nyari orang lain. Tapi, satu hal yang bikin lo nggak bisa pergi dari Natan. Tanpa sengaja... Lo berdua deket sebagai temen dan elo udah ketergantungan sama dia. Rasa yang lo punya pun belum sepenuhnya menghilang, perasaan lo sama Natan cuma meredup, karena ada Geri yang perlahan ngeredupin perasaan lo sama Natan. Tapi karena elo lebih sering sama Natan, perasaan lo ke Natan nggak bener-bener menghilang. Makanya lo ketar-ketir waktu Natan mergokin lo ciuman sama Geri, lo takut kehilangan dia. Iya kan?" Weni menarik nafas, "Satu hal yang harus lo pastiin. Perasaan lo ke Natan murni sebagai temen atau lo punya perasaan lebih dari sekedar temen."
Gue menangis. Gue menangis tersedu-sedu. Tapi gue nggak tau menangis karena apa. Sumpah gue nggak tau. Mendengar perkataan Weni membuat hati gue sakit, sakitnya karena apa pun gue nggak ngerti.
Apa gue masih mempunyai perasaan kepada Natan? Kalo gue masih punya perasaan ke Natan, kenapa gue ngerasain sakit ketika Geri menghilaaaang?
Apa mungkin gue jatuh dua hati?Aaaaaah nggaaaak ngertiiiii. Gue nggak ngerti sama hati gue sendiriiiiiiii. Kenapa hati gue nggak jelas begini?!!!
***
Natan pov
"Lo udah baikkan?" tanya gue kepada Nata.
Setelah bertemu klien dan klien gue sudah memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan gue, gue buru-buru balik. Gue melajukan kecepatan mobil dengan kecepatan penuh. Tanpa sadar gue pengen buru-buru ketemu dengan Nata.
Gue menatap perempuan di depan gue yang sangat ingin gue temui sedang terduduk diatas kasur sendirian sambil memeluk lututnya, tatapannya kosong. Sepertinya dia belum sadar dengan kehadiran gue. Dia masih terdiam tanpa melirik gue sedikit pun. Gue menatap matanya, mencoba membaca apa yang sedang dia lamunkan.
"Apa mungkin gue jatuh cinta sama dua-duanya?"
Alis gue mengkerut, mencerna kata-kata fikirannya. Nata jatuh cinta sama siapa lagi selain sama Geri?
Gue tersenyum getir, bahkan gue nggak tau kalo Nata mempunyai lelaki lain yang menjadi pertimbangannya.
Gue menarik nafas dalam, mungkin gue satu-satunya laki-laki yang nggak dia lihat. Walaupun gue berada didepannya, walaupun sejengkal pun gue nggak berniat pergi, dia tetap melihat kearah lain. Melihat kearah yang tidak ada gue disana.
Gue memejamkan mata, menelan semua perih yang dia kasih buat gue. Menyadarkan diri berkali-kali. Menguatkan diri gue sendiri bahwa ini resiko yang harus gue terima.
"Oiiiii. Lo udah baikaaaan? Di tanya diem aja." gue sedikit berteriak, berusaha mengatur suara gue sebiasa mungkin. Lalu duduk disamping kasur.
"Hah... U... Udah..." ucap dia gugup, "hati gue kenapa nggak jelas gini sih? Kenapa gue jadi gugup gini didepan Natan? Apa bener kata Weni kalo perasaan gue ke Natan nggak menghilang tapi cuma meredup? Tapi kenapa gue tetep ngerasain sakit Geri pergi padahal Natan ada didepan gue? Apa karena sebenernya gue nggak pengen salah satu dari mereka pergi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HE KNOW'S
RomantikIni untuk 18 tahun keatas yaaaa. *** Tanpa Nata menceritakan apa yang ada dipikirannya, Natan selalu tau apa yang ada didalam pikiran Nata. Disaat Nata menceritakan kepada Natan teman sekaligus bosnya, bahwa dia penasaran tentang berhubungan seks...