Chapter 10 - Rencana

95 12 16
                                    

Perlahan-lahan kesadaran Haruhi pulih. Ia merasa merasa seperti baru saja muncul kepermukaan setelah melakukan loncat indah. Ia merasa sangat tenang dan damai dalam mimpinya. Tak sekalipun ada kegelisahan.

Sesuatu melekat di keningnya.

Kelopak matanya terbuka. Telunjuk panjang seorang pria sedang menelusuri batang hidungnya. Telunjuk itu kemudian menelusuri pipi dan terus bergerak ke arah rahangnya. Dengan cahaya yang cukup terang yang terpancar dari lampu tidurnya, ia samar-samar bisa mengenali lelaki yang sedang berbaring di sebelahnya.

Laki-laki itu berkonsentrasi penuh saat menelusuri wajah Haruhi. Matanya terpejam. Laki-laki itu, berbaring miring, bahunya begitu menjulang sehingga menutupi pandangan Haruhi ke pintu kaca.

Ingatan Haruhi tentang apa yang terjadi di antara mereka sedikit samar. Ia tidak ingat bagaimana laki-laki ini masuk ke apartemennya. Atau apa yang dikatakan lelaki itu padanya.

Tapi eksistensi laki-laki ini nyata.

Ujung telunjuk laki-laki itu memutari dagu Haruhi dan merambat naik ke bibir Haruhi. Dia mengelus bibir bawah Haruhi dengan ibu jarinya.

"Kau cantik," bisik laki-laki itu.

Logatnya halus, tapi tegas disaat bersamaan. Haruhi sedikit tersipu dengan pujian atau apalah itu yang disampaikan laki-laki itu.

Sebuah ciuman mendarat di dahi Haruhi yang masih tersipu dan hal itu juga pula yang menambah intensitas warna rona di wajah Haruhi.

Tapi hal itu tak berlangsung lama.

Sebuah dering ponsel mengacaukan suasana. Yang dapat dipastikan bukan milik Haruhi.

Lelaki itu bergerak sangat cepat sampai Haruhi terlonjak. Berdiri dan menjawab teleponnya.

"Ya?" suara yang baru saja mengatakan Haruhi cantik berubah menjadi geraman samar. Haruhi menggigil seketika itu.

"Kita bertemu di rumah Reiji. Aku akan sampai dalam 20 menit."
Lelaki itu mematikan telepon, dan bersiap pergi dari apartemen Haruhi.

"Tunggu, siapa namamu?" tanya Haruhi.

Lelaki itu diam sesaat, sambil memandang wajah Haruhi.

"Shuu." Kata lelaki itu sambil mendekat ke arah Haruhi dan duduk di atas kasurnya.

"Aku harus pergi. Aku mungkin tidak bisa kembali malam ini. Tapi akan kuusahakan sebisaku."

Haruhi sebenarnya tidak ingin Shuu pergi. Ia masih ada banyak pertanyaan untuk lelaki ini.
Haruhi mengulurkan tangannya. Ingin menyentuh Shuu, tapi menariknya kembali karena keraguan masih meliputi.

"Tidak apa-apa, sentuhlah aku," kata Shuu, mendekatkan tubuh, memberi Haruhi kesempatan untuk menyentuh bagian manapun yang ingin gadis ini sentuh.

Haruhi menempelkan telapak tangannya di atas dada Shuu. Kulit laki-laki ini hangat, jantungnya terasa berdetak mantap.

"Aku ingin tahu sesuatu, Shuu." Nama laki-laki ini terasa nyaman saat Haruhi mengucapkannya. "Apa yang kau lakukan disini?"

Shuu tersenyum simpul, seakan menyukai keingintahuan Haruhi "Aku disini untuk menjagamu, Kirio Haruhi."

"Haruhi, aku biasa dipanggil Haruhi."

Shuu mengangguk. "Baiklah, Haruhi."

"Laki-laki yang menyerangmu semalam," kata Shuu. "Apakah kau mengenalnya?"

"Tidak," jawab Haruhi lirih sambil memeluk dirinya.

"Apakah polisi-polisi itu baik padamu?"

"Mereka sangat perhatian padaku."

Mysterious LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang