Azusa mengambil radio panggil dan meminta markas mengirim polisi yang sedang berjaga ke halaman dekat apartemen Haruhi untuk mengambil sejumlah senjata dan uang yang ia temukan di jaket Shuu. Sembari mengemudi, ia membagi perhatian, satu ke jalan raya dan satu lagi ke kaca spion. Sang tersangka menatapnya balik, senyum simpul tergurat di wajahnya yang tampan.
Azusa tidak sabar ingin segera mengeluarkan laki-laki ini dari mobilnya.
Dalam waktu kurang dari lima menit ia sampai di area parkir kantor kepolisian. Ia membiarkan mobilnya sedekat mungkin dengan pintu belakang gedung. Ia keluar dan membuka pintu belakang.
"Mari kita lakukan ini dengan manis, oke?" kata Azusa sambil memegang lengan laki-laki itu.
Laki-laki itu berdiri. Azusa mendorongnya.
Tapi si tersangka berjalan ke arah yang sebaliknya, menjauhi kantor polisi.
"Salah arah." Azusa menguatkan tubuh, bertumpu pada tumitnya, dan menarik lengan laki-laki itu kuat-kuat.
Si tersangka tidak terpengaruh. Dia terus berjalan, menyeret Azusa bersamanya.
"Kau pikir aku tidak berani menembakmu?" tanya Azusa sambil mengeluarkan pistol.
Kemudian semua berakhir.
Azusa belum pernah melihat seseorang bergerak secepat itu. Pada satu saat lengan laki-laki itu ada di balik punggung; dan pada saat berikutnya, borgol yang mengikat tangannya sudah tergeletak di tanah.
Dan dengan gerakan yang ringkas, senjata Azusa dilucuti, lehernya dicengkeram dengan sangat erat, dan ia diseret ke tempat gelap.
Kegelapan menyelimuti mereka. Saat Azusa berusaha melawan, ia menyadari dirinya berada di gang kecil yang terletak di antara kantor polisi dan gedung perkantoran. Lebarnya hanya sekitar satu setengah meter, tapi panjangnya mencapai delapan belas meter. Tidak ada penerangan. Tidak ada jendela.
Ketika tubuh Azusa diputar dan dibanting ke tembok, hanya sedikit udara yang sempat ia hirup dengan tergesa-gesa. Tubuhnya terangkat dari tanah, laki-laki itu mencekik leher Azusa hanya dengan satu tangan, sesuatu yang mustahil.
"Anda seharusnya tidak ikut campur dalam masalah ini, Officer," kata laki-laki itu dalam geraman yang dalam dan beraksen. "Seharusnya kau pergi dan biarkan wanita itu mendatangiku."
Azusa mencakar cengkeraman yang sekuat besi itu. Tangan besar yang mengunci lehernya sedang memeras nyawanya. Ia tersedak, sangat membutuhkan udara. Pandangannya mengabur, kesadaran mulai terlepas dari kendalinya.
Ia tahu dengan pasti dirinya tidak akan bisa lepas dari yang satu ini. Ia akan keluar dari gang itu dalam kantong mayat. Seperti yang dijanjikan laki-laki itu.
Satu menit kemudian ia menghentikan perlawanan, kedua lengannya terjatuh dan tergantung lemas. Ia ingin sekali bertarung. Ia punya semangat bertarung. Tapi sudah tidak bertenaga.
Dan mengenai kematian? Ia bisa menerimanya. Ia akan mati saat melaksanakan tugas, sekalipun bertindak seperti idiot karena tidak meminta bala bantuan. Walau begitu, ini kematian yang lebih baik dan lebih cepat daripada terbaring di rumah sakit, pelan-pelan digerogoti penyakit menjijikkan. Dan lebih terhormat daripada bunuh diri.
Dengan mengerahkan tenaga terakhir, ia mencoba memusatkan pandangannya pada wajah laki-laki itu. Ekspresi wajah yang balik menatapnya menunjukkan bagaimana laki-laki itu benar-benar mengusai keadaan.
Dia pernah melakukan hal ini, batin Azusa. Dan dia sangat nyaman melakukan pembunuhan.
Ya Tuhan, Haruhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Lovers
VampireSeseorang yang datang mengubah hidupnya yang biasa, membawanya pada kegelapan tanpa akhir dunia mereka. Akankah dia bisa melewati ketakutannya atau tenggelam dalam kesakitannya. Kisah cinta antara dua dunia yang sangat berbeda, pertarungan berdarah...