Chapter 2 - Pertolongan dan Kematian

208 27 6
                                    

Saat memasuki Red Light, Shuu tersenyum meremehkan saat kerumanan menjauhinya. Rasa takut dan ingin tahu, dari wajar maupun tidak, ia menghirup aroma yang menguar dari orang-orang itu.

Ternak, mereka semua ternak, batinnya.

Ia mendekati Reiji, diseberang kerumunan itu. Ia bisa melihat binar kesedihan dari tatapan dari salah satu brother-nya. Nampak sekali jika dia amat membutuhkan suatu bantuan. Atau banyak?

"Dimana Subaru?" tanya Shuu saat dia sudah berada dihadapan Reiji.

"Dia sudah kembali. Terima kasih kau mau datang."

Shuu duduk di depan Reiji, menunggu dia bicara lebih lanjut sambil memandangi kerumanan orang yang haus akan hiburan.
Reiji menghela napas sebelum bicara. " My Lord---"

"Jika kau menginginkan sesuatu dariku, jangan memanggil dengan sebutan itu," ujar Shuu sedikit menekan, karena sedikit banyak panggilan itu membuatnya muak.

"Baiklah. Sebelum itu aku ingin kau berjanji untuk memenuhi permintaanku ini," pinta Reiji sambil mengatur irama jantungnya. Berhadapan dengan Shuu seperti ini terkadang membuat siapapun gemetar, tidak terkecuali para brother yang lain.

"Tidak biasanya kau meminta seperti itu. Jangan basa-basi Reiji aku masih ada hal yang harus aku kerjakan," kata Shuu sambil menyilangkan tangannya.

Menarik napas sekali lagi, Reiji memantapkan keputusannya. "Aku punya seorang putri."

"Sejak kapan?" tanya Shuu lamat-lamat.

"Baru-baru ini. Mungkin."

"Siapa ibunya?" kejar Shuu mulai tak sabaran.

"Kau tidak mengenalnya. Dia.... ah, dia sudah mati." Kata Reiji dengan raut kesedihan yang sangat tampak dan aroma yang menguar di sekelilingnya, aroma luka dan kesedihan bercampur dengan bau amis manusia, alkohol, dan hal-hal yang tak perlu dijelaskan.

"Berapa umurnya?" Usut Shuu. Nampaknya ia mulai tahu arah pembicaraan ini.

"Dua puluh satu."

Shuu mendumel perlahan. "Jangan memintaku melakukannya, Reiji."

"Aku terpaksa. My Lord, darahmu---"

"Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi. Kau ingin aku bungkam untuk selamanya, hm?"

"Kau belum mengerti. Dia---" menjeda ucapannya beberapa saat untuk menenangkan dirinya.

"Dia setengah manusia. Jadi kemungkinan besar dia tidak akan selamat jika menjalani masa transisi. Aku mohon, dengan bantuan darahmu, akan memperbesar kesempatan anakku berhasil melewati masa transisinya. Aku tidak memintamu untuk menjadikan dia sebagai moglie(7) ataupun menjaganya. Aku hanya berusaha menyelamatkannya. Dia satu-satunya keturunanku. Dan aku... mencintai ibunya."

Jika sedang bicara dengan orang lain, pasti Shuu akan mengeluarkan beberapa kata mutiaranya: enyahlah dan persetan. Bagi Shuu posisi manusia bagi dirinya hanya saat mereka meminta ampun padanya saat dia akan mencabut nyawa mereka.

Tapi Reiji adalah saudaranya. Yah, walaupun hanya saudara angkat, dia mungkin saja bisa membantu Reiji. Tapi, tidak dalam hal ini.

"Aku tidak bisa melakukannya. Bahkan untukmu." Kata Shuu sambil memegang pundak Reiji. Setelahnya, dia meninggalkan klub.

Saat sampai ke sudut gelap di belakang Red Light, dia sadar dia dikuntit. Dari aromanya seperti bunga lavender. Ah, benar-benar suatu keberuntungan untuknya, dia butuh menghibur diri dengan membunuh manusia tanpa jiwa ini. Destroyer(10) begitulah beberapa vampir menyebutnya.

Saat sampai di sudut paling jauh dari lorong itu, Shuu mulai melepaskan senjatanya, shuriken baja mengkilap yang cukup mematikan jika dipegang oleh orang yang tepat. Shuriken itu layaknya bintang yang berkilau tertimpa cahaya remang. Dengan cepat menancap di bahu destroyer itu.

Destroyer tidak hanya diam melihat lukanya, dia mulai melepaskan tembakan kearah Shuu, tapi dia kurang cepat karena Shuu sudah berada di depannya dan destroyer itu langsung ambruk dengan luka menganga di bagian dadanya. Tertembus oleh tangan sang raja vampir.

Melihat dari rambut hitam itu, destroyer ini masihlah baru. Sebenarnya Shuu sedikit kecewa dengan pertarungan ini. Ini terlalu mudah, batin Shuu.

Sesaat setelah destroyer itu mati, dia mulai mengurai dan hilang tanpa bekas. Shuu membersihkan tangannya dari darah hitam destroyer itu. Saat menatap sekeliling, dan tidak ada orang sama sekali. Dia menghilang ditelan kegelapan.


-----Kembali ke dalam klub-----

Reiji sudah mulai bosan berada disini. Bahkan dengan beberapa godaan dari perempuan penghibur disana, dia sama sekali tidak tertarik dan memilih melewatkan godaan tersebut.

Reiji meninggalkan bar dan berjalan menuju Range Rover Evoque Si4-nya, yang terparkir yang terparkir di lorong sebelah kiri bar. Dia cukup malas untuk menguraikan diri untuk sampai di rumahnya.

Dan mobil mewah cukup menggoda untuk dicoba malam ini.

Saat dia mulai masuk ke arah kursi pengemudi, dia menyadari langit mulai menurunkan hujannya. Mugkin dia harus segera bergegas. Memasukkan kunci kekontak dan memutarnya, mobil tidak lantas menyala. Ia mencoba memutar lagi kuncinya dan mendengar bunyi klik yang berirama.

Bom, terikat di bawah mobilnya dan disambungkan kesistem elektriknya, menyala. Meledaklah mobil itu bersama dengan pengemudinya.

Ketika tubuh Reiji terbakar dalam ledakan, pikiran terakhirnya melayang pada putri yang belum dia temui dan mungkin tidak akan pernah dia temui.



#TBC

#Author note

Selesai part ini, disini menceritakan usaha Reiji meminta bantuan Shuu untuk menolong putrinya sekaligus akhir hidup untuk Reiji. Seluruh Sakamaki Brothers disini memang bersaudara tapi tidak memiliki hubungan darah, jadi mereka diangkat menjadi saudara oleh Shuu dan diberikan nama keluarga "Sakamaki". Disini reader tidak muncul dan beberapa Sakamaki juga belum muncul. Kemungkinan di part selanjutnya. Disini sudah muncul beberapa istilah yang sudah saya tuliskan di daftar istilah(Bagian 1) hal agar tidak membuat reader bingung.

Oke terima kasih.....

Mysterious LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang