Haruhi bersandar pada kursi, merentangkan lengannya lebar-lebar. Layar komputernya berpendar.
Hm, internet memang sangat membantu.Menurut pencarian yang dilakukannya secara online, Azabu Mansion 149 dimiliki pria bernama Shikamura Tenzo. Dia membeli properti itu pada tahun 1965 seharga $300.000 mungkin jika di kurs ke nilai Yen, itu nominal yang tak main-main.
Ketika mencari nama Shikamura dengan menggunakan mesin pencari Google, ia menemukan sejumlah orang dengan inisial T sebagai nama kecilnya, tapi tak satupun diantara yang tinggal di Tokyo. Setelah beberapa saat memeriksa database pemerintah dan tak menemukan sesuatu yang berarti, ia meminta Akira—Rekan kerjanya—melakukan Hacking.
Hasilnya menunjukkan bahwa Mr. Shikamura menjalani kehidupan yang bersih, jenis lelaki yang mentaati hukum, laporan kreditnya bersih. Dia tidak pernah bermasalah dengan polisi. Juga tidak pernah menikah. Dan dia anggota kelompok nasabah pribadi bank lokal, artinya dia memiliki uang dalam jumlah besar. Tapi hanya itu yang didapat Akira.
Setelah mengira-ngira, Haruhi membayangkan Mr. Shikamura yang baik dan terhormat itu pasti berusia sekitar tujuh puluhan.
Mengapa orang seperti dia bergaul dengan pengacau yang datang ke tempat Haruhi pada tengah malam?
Mungkin alamat itu keliru.
Nah, itu baru mengejutkan. Laki-laki berpakaian rapi dan berkelas memberikan informasi keliru? Sepertinya aneh, pikir Haruhi sinis.
Tapi tetap saja, informasi yang dimiliki sejauh ini baru Azabu Mansion 149 dan Shikamura Tenzo.
haruhi menelusuri arsip-arsip Tokyo Courier Journal dan menemukan beberapa artikel yang berhubungan dengan rumah itu. Mansion-nya termasuk daftar Bangunan Bersejarah Nasional karena gaya Ghotik-nya yang menawan. Dan ada juga beberapa cerita serta halaman editorial mengenai perbaikan yang dilakukan di rumah itu tak lama setelah Mr. Shikamura memilikinya.Selama bertahun-tahun asosiasi sejarah lokal pasti sangat ingin memasuki rumah itu untuk perubahan apa yang terjadi, tapi Mr. Shikamura menolak setiap permohonan yang diajukan. Dalam surat yang ditunjukkan ke penulis, gejolak frustasi para penggila sejarah bercampur dengan persetujuan—yang diberikan dengan rasa enggan—atas keakuratan restorasi eksterior bangunan bersejarah itu.
Ketika membaca ulang sebuah halaman editorial, Haruhi memasukkan sebutir permen ke mulutnya dan mengulum rasa manis yang ada. Perutnya terasa masam lagi. Dan ia lapar. Kombinasi yang sempurna.
Mungkin ini frustasi. Intinya, ia tidak mendapatkan informasi apapun, ia masih berada di titik yang sama seperti saat memulai penyelidikan.
Dan nomor ponsel yang diberikan lelaki tersebut? Tak terlacak.Dengan kondisi buta informasi seperti ini, ia memutuskan untuk menjauhi wilayah Azabu. Dan lamat-lamat merasakan keinginan untuk memberikan pengakuan dosa.
Ia melihat jam. Hampir pukul tujuh malam.
Karena lapar, ia memutuskan untuk makan. Sebaiknya jangan menyantap burger lagi, tapi memakan sesuatu yang lebih memiliki variasi nutrisi.
Bersandar pada satu sisi tembok ruangan, ia memperhatikan sekeliling kubikelnya. Akira sudah pulang.
Ia benar-benar tidak ingin sendirian.Karena tiba-tiba gelisah, ia mengangkat telepon dan menelpon kantor polisi. “Yuuma? Ini Haruhi. Apakah detektif Kuromi ada? Baiklah, terima kasih. Tidak, tidak ada pesan. Tidak, aku--- oh jangan menganggunya. Bukan sesuatu yang penting kok.”
Untung juga. Kepala batu bukan teman yang ia butuhkan.
Ia menatap arloji, terserap dalam putaran jarum detik. Malam hari membentang di hadapannya seperti rintangan, untuk dijauhi dan diatasi.
Semoga saja cepat berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Lovers
VampirosSeseorang yang datang mengubah hidupnya yang biasa, membawanya pada kegelapan tanpa akhir dunia mereka. Akankah dia bisa melewati ketakutannya atau tenggelam dalam kesakitannya. Kisah cinta antara dua dunia yang sangat berbeda, pertarungan berdarah...