Toxic - Jeon Jungkook

755 60 31
                                    

Menatap manik matanya adalah hal biasa bagiku. Warnanya berbeda dari manusia yang lainnya.

Merah.

Itulah warna manik matanya.

Warnanya merah menyala, membuatku terbuai akan tatapan tajamnya. Jika dikatakan manusia, dia bukan manusia.

Setiap malam aku melihatnya menatapku diatap rumah tetanggaku. Menatapku dalam keadaan tanpa busana pun.

****

Aku merasakan napasnya menerpa leher jenjangku. Aku menggigit bibir bawahku, aku menahan desahan yang tertahan dari bibirku.

Ia terus mengendus tubuhku. Tanganku bergerak untuk menarik surai kemerahan miliknya.

"Eungh.."

Tubuhku rasanya seperti dihujami oleh bebatuan panas. Aku menatap dalam manik matanya,  ia juga menatapku dengan mata merah menyala.

Aku menyunggingkan senyum kecut untuknya. Aku menariknya mendekat, ku endus lehernya.

Ia meremat bahuku dan mengerang. Aku mengusap dada bidangnya, turun ke perutnya yang sixpack.

"J-jungkook.."

Mataku memanas ketika sesuatu menusuk leher jenjangku. Aku mendesah dan terus mendesah.

Aku mengusap surainya dan berusaha untuk menghentikan apa yang ia lakukan pada tubuhku, ia sudah lepas kendali.

Napasku tersengal, kutatap maniknya yang mulai berganti warna menjadi coklat tua.

Aku tersenyum lalu berusaha bangkit dari tidurku. Ia menahanku dengan sekali sentakan.

"Rasakan punyaku. Aku tahu kau juga lapar."

Dengan beringas, aku menjulurkan lidahku untuk menyicipi miliknya. Mataku terbelalak ketika merasakan tangan kekarnya merengkuh tubuhku dengan posesif.

"S-seulhyeon eungh.."

Aku meneguk miliknya dengan rakus, aku sangat lapar. Setelah ia meneguk milikku, kini giliran aku yang merasakan miliknya.

Ini begitu nikmat, sungguh.

Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya.

Kami, para manusia tidak pernah merasakan ini.

Ia melepaskan rengkuhannya pada tubuhku. Lalu, ia bangkit dan segera membersihkan lehernya. Aku merasa kecewa ketika ia menyudahi semuanya.

Aku merapatkan selimut tebal hitam miliknya dan mencoba untuk tidur. Hawa dingin menusuk tubuhku walaupun aku dibalut oleh selimut.

Aku menatap langit-langit dan mengedarkan pandanganku ke penjuru kamarnya.

Semua serba hitam, itulah mengapa kamar ini tampak sangat gelap walaupun di siang hari seperti ini.

"Aku bosan."

****

Aku memegangi leherku yang terasa panas. Aku mencoba membuka pintu, tapi tidak bisa. Jungkook mengunciku dari luar.

Aku berusaha untuk berteriak, tapi tetap tidak bisa. Aku tersungkur didepan cermin besar miliknya.

Kutatap diriku yang memiliki rambut berwarna coklat keemasan dan warna manik mata ungu kemerahan.

Tunggu... aku ini kenapa?

Napasku tercekat, aku menatap nanar diriku yang mengalami perubahan besar. Air mataku lolos begitu saja, aku tidak percaya akan hal ini.

Aku.. menjadi seperti mereka.

Aku.. menjadi bangsa mereka sekarang.

"Kau baik-baik saja, Nona?"

Aku membalikkan tubuhku dan menatap pria berambut abu-abu sedang tersenyum sambil membawa nampan berisi makanan.

"Kau.. nampak lebih um seksi."

Aku menatapnya dengan memohon. Aku menunjuk gelas yang berisi air berwarna merah kental.

"Ah ini nona, minumlah dulu."

Ia memberiku minuman itu. Aku merebutnya dengan rakus dan menegaknya dengan cepat.

Rasa sakit dileherku pun menghilang. Aku menyodorkan gelas kepada pria asing itu.

"Terima kasih, ...?"

"Jimin. Namaku Park Jimin."

"Terima kasih, Jimin. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana untuk melawan rasa itu."

Jimin menatapku dengan tatapan iba. Tapi kemudian, ia tersenyum.

"Selamat datang, kau menjadi bagian dari kami sekarang. Aku tidak percaya bahwa Jungkook akan merubahmu secepat ini."

"A-aku?"

Aku menatap Jimin dengan mata yang terbelalak. Aku sudah menduganya dari awal.

Jungkook membawa ku pergi ke tengah hutan, membawaku ke kamarnya, dan melakukan hal itu. Termasuk merubah diriku menjadi... Vampire.

"Iya, kau. Disini kami akan menganggapmu 'racun' dari Jungkook."

"Apa maksudmu, Jim?"

"Jungkook menaruh racunnya pada dirimu, tapi tenang saja kau baik-baik saja dan tidak akan terluka."

Aku menganga, aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan Jimin barusan.

Aku.. racun dari Jungkook?

"Itu mengapa warna manik matamu berwarna ungu kemerahan. Karena ada racun didalamnya. It means you're stronger than me. Cause Jungkook's toxic are incredible."

****

"Jimin menjelaskan semuanya padaku. Jadi, aku ini benar racunmu?"

Jungkook menatapku lalu mengangguk. Aku memutar jariku di dada bidang miliknya. Lalu, tidak lupa aku juga mengecup dada bidangnya.

"Aku hanya takut kehilanganmu. Maka dari itu, aku merubahmu dengan racunku."

"Kenapa?"

"I've tell you before, because i don't want to lose you. I just tried my best to protect you. Even its with my toxic."

"But, i'm not even your girlfried though. I'm just your toxic."

Jungkook menghela napas dan mengecup dahiku. Aku menutup mataku dan berhenti mengusap dada bidangnya.

Aku menghirup aroma maskulin dari tubuhnya. Entah mengapa, aku ingin memilikinya. Aku memang egois, tapi aku sudah terbuai oleh racun yang ia berikan padaku.

"Absolutely you're not my girlfriend. But, you'll be my wife as soon as possible. Just wait."

Aku mengerjapkan mataku dan menatap Jungkook dengan polos. Aku mengerti maksudnya, tapi apa benar ia akan menikahiku?

Aku bahkan hanya sekedar racun untuknya.

"You're gonna be my toxic forever. Just make sure that you're healthy. Because i'll give you my toxic everyday."

-Taehyung's

BTS ;OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang