___o0o___
Y/N's PoV.
Aku pun mengecek handphoneku yang ternyata terdapat pesan dari Shawn.
Keterangan gambar :
Kotak ungu : Y/N.
Kotak abu-abu : Shawn.Setelah membaca pesan itu aku langsung bersiap-siap untuk menemuinya.
Aku pun beranjak menuju teras rumah untuk menunggu kedatangan Shawn.
"Sis lo rapih banget, mau kemana?" tanya Hayes.
"Oh iya gue lupa bilang, gue mau keluar sama Shawn" jawabku.
"Oh gitu, jangan lama-lama" ucap Hayes.
Aku hanya mengangguk saja, kemudian aku menunggu Shawn di teras rumahku. Tak lama kemudian Shawn datang di rumahku.
"Udah nunggu lama?" tanyanya.
"Ga kok, yaudah gih ayo berangkat" ucapku sambil menarik tangannya.
Aku tidak bisa membiarkan Shawn tahu kalau ada Cameron didalam rumahku, bisa-bisa hubungan kita berantakan lagi.
Aku dan Shawn pergi ke sebuah cafe didekat rumahku, disana kami hanya menghabiskan waktu dengan mengobrol, rasanya kami hanya seperti teman saja.
"Nash gimana?" tanya Shawn.
"Dia baik-baik aja, Aliyah gimana?" tanyaku.
"Oh dia juga baik, kamu serius kan masih sayang sama aku?" tanya Shawn.
"Ya aku sayang lah" jawabku.
"Tapi kenapa aku sering liat kamu bareng Cam sih?" tanyanya lagi.
Aduh mampus deh, aku harus jawab apa ya.
"Ng-nggak ko, a-aku sama dia cuma sahabatan aja, a-aku tuh kek penasehatnya gitu" jawabku terbata-bata.
"Serius?, dia bukan selingkuhan kamu?" tanyanya lagi.
Kenapa Shawn jadi negative thinking padaku?, padahal aku dengan Cam hanya teman saja, bahkan kami tidak pernah mempunyai hubungan yang nyata.
"Kok kamu mikirnya gitu sih?, aku ga selingkuh" ucapku.
Aku memeluk Shawn disana, walau malu rasanya karena bukan hanya kami saja disana, tetapi daripada dia ngomel lebih baik aku lakukan itu. Tiba-tiba saja..
BRAK!!!
Aku dan Shawn langsung menoleh kearah suara itu, bahkan seluruh pengunjung cafe, terlihat seorang pria berjaket abu-abu lari keluar dari cafe. Rasanya aku sangat mengenal pria itu, entahlah siapa tapi aku seperti mengenalnya, tak lama kemudian aku dan Shawn pun pulang.
___o0o___
Cam's PoV.
Y/N akan pergi keluar dengan Shawn, aku sangat penasaran apa yang akan mereka lakukan.
"Eh Hayes, gue balik dulu ya, udah malem nih" ucapku.
"Hah udah malem?, inikan baru jam 19.00 pm. Lo mau ngikutin kaka gue ya?" tanya Hayes.
Aduh ni anak tau aja!
"Iya iya, lo tau aja" ucapku ketus.
"Eh gue ikut dong" ucapnya.
"Ga boleh, udah lo disini saja, sendiri!" ucapku sambil terkekeh.
Aku mengikuti Shawn dan Y/N sampai kesebuah cafe didekat rumah Y/N. Aku bahkan mengikutinya sampai kedalam cafe, mendengar semua percakapan mereka. Shawn bahkan sudah tahu kedekatanku dengan Y/N.
Aku cemburu, aku cemburu melihatnya berpelukan dengan laki-laki lain, aku memutuskan untuk pergi dari sana sebelum semua ini membakarku. Namun tiba-tiba saja aku menabrak salah seorang pelayan, karena aku tahu Y/N pasti melihat, aku hanya langsung kabur saja dari cafe tersebut menuju rumahku.
Sesampainya di rumah aku langsung melempar jaketku ke sofa dan langsung membaringkan tubuhku ke sofa.
"Bang lo kenapa?" tanya Bianca.
"Gue abis di bakar hidup-hidup dek" jawabku kesal.
"Tapi kok lo masih hidup bang?, seriusan lo kenapa?" tanyanya.
"Aduh banyak tanya banget sih, guetuh abis liat orang yang gue suka lagi mesra-mesraan bareng cowo lain" ucapku kesal, dia selalu saja ingin tau masalahku.
"Y/N maksudnya?" tanyanya lagi.
"Yaiyalah siapa lagi?" ucapku.
"Pasti dia udah balikan lagi sama Shawn, beuh kasian banget sih hidup lo" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Elah malah ketawa, bantu gue dikit kenapa!" ucapku ketus.
"Iya iya deh sorry, nah gini aja bang, lo kasih tau perasaan lo yang sebenernya ke Y/N. Tapi lo bawa sesuatu barang kesukaannya" ucap Bianca.
"Barang?" tanyaku.
"Iya barang, barang kesukaan Y/N apa?. Percaya deh bakalan berhasil, gue kan cewe, pasti gue tau lah apa maunya cewe" ucapnya sambil mengangkat-angkat alisnya.
Adikku memang benar, aku harus menyatakan perasaanku yang sebenarnya pada Y/N, tapi aku juga takut, aku takut kalau dia tidak menyayangiku seperti aku menyayanginya.
"Tapi apa ya barang kesukaannya?"
"Elah masa gatau?" ucap Bianca sambil memutar bola matanya.
"Hayes!!!"
"Hah Hayes?, itu nama orang bukan nama barang" ucap Bianca.
"Ih bego banget lo, maksud gue Hayes pasti tau itu" ucapku.
"Oalah gitu, oh ya, salamin gue ya ke Hayes" ucapnya.
Aku hanya beranjak menuju kamarku dan menelfon Hayes, tetapi anak itu tidak mengangkat telfonku, ah mungkin dia sudah tertidur, dasar kerbau.
___o0o___
Y/N's PoV.
Sesampainya disana aku langsung merebahkan tubuhku ke sofa, namun anehnya aku hanya melihat Hayes disana, kemana Cam pergi?.
"Cam kemana?" tanyaku.
"Dia udah balik" jawabnya, tetapi matanya masih fokus pada layar tv.
"Lah kenapa balik?, cepet banget"
"Hak dia sis, kenapa lo nanyain Cam?. Oh ya, lo mau ngelanjutin yang tadi ya?" tanyanya sambil tersenyum.
"Apaan sih kaga" ucapku kesal.
Handphone Hayes berdering, seseorang menelfonnya.
"Siapa tuh?" tanyaku.
"Nah kebetulan banget, ini Cam" ucapnya.
"Jangan dijawab!!" ucapku sambil meraih handphonenya.
"Lah ko diambil?" tanyanya.
"Udah gausah dijawab!" jawabku.
Aku pun beranjak ke kamarku membawa handphone Hayes, sudah cukup bagiku, aku tidak bisa berada didekat Cam lagi, aku harus mulai melupakannya..
___o0o___
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Promise • Dallas ✔
Fanfiction[COMPLETED] "Berawal dari sebuah perjanjian kecil diantaraku dengannya, di sepanjang perjanjian itu, tumbuhlah rasa cinta dan kasih sayangku untuknya" -Cam. "Aku menyayanginya, berawal dari perjanjian kecil kita" -Y/N Copyright © 2016 by Shameron949...