-5- Party

7.6K 1.2K 7
                                    

Meidy, pelayan pribadi Eileen, sudah membangunkannya sejak matahari baru tampak di langit pagi ini. Dan sampai menjelang sore ia baru selesai didandani. Eileen tak tahu apa yang dilakukan para pelayan dengan tubuhnya karena ia menjalaninya dengan setengah tertidur.

Namun, Eileen puas dengan hasilnya. Tak ada lagi gaun penuh renda, pita disana sini, dan berlian sebesar genggaman tangan. Penampilan Eileen yang dulu identik seperti boneka mahalan. Lucu dan mewah. Tetapi sekarang ia menampilkan kesan yang lebih dewasa dengan gaun sederhana namun elegan.

Gaun ungu pilihan Duchess itu terlihat berkilau dengan berlian-berlian kecil yang tersebar dibeberapa bagian. Potongan dada yang sedikit rendah membuatnya terlihat dewasa. Walaupun usia aslinya memanglah seorang wanita dewasa, Eileen tidak terbiasa berpakaian seperti itu. Nyatanya gaun itu lebih mahal dari gaun-gaun milik Eileen sebelumnya.

Duchess benar-benar ingin balas dendam ternyata. Dan sekarang penampilan Eileen lebih sesuai untuk perannya yang seharusnya merupakan Villain.

Pesta ulang tahun Putri Lezia akan dilaksanakan malam ini. Begitu matahari tenggelam Duke sekeluarga sudah harus berangkat dengan kereta mereka.

"Astaga anakku cantik sekali. Sudah kuduga style seperti ini cocok denganmu. Kau tak perlu khawatir, lelaki di luar sana akan berbaris untuk bisa memilikimu."

Terimakasih, tapi Eileen tidak menginginkan itu. Dia melakukan ini semua bukan untuk membuat sesuatu seperti 'Mantan, maafkan aku yang dulu'. Jadi mari kita lewati malam ini dengan damai di sudut aula pesta tanpa menarik banyak perhatian.

Kereta kuda keluarga Duke harus mengantri untuk memasuki istana karena banyaknya tamu undangan yang datang. Kira-kira butuh waktu hampir setengah jam. Eileen menjadi sedikit tenang dengan harapan keramaian ini dapat menutupi kehadirannya dari dua Dewa Kematiannya.

"Menyambut Duke Sacheverell sekeluarga."

Oh ini tidak seperti yang diharapkan.

Begitu mereka memasuki aula pesta seluruh pasang mata tertuju pada mereka. Tidak, itu jelas pada Eileen! Apa yang salah dari dirinya?

Eileen segera mencari meja paling dekat dengan sudut ruangan sementara orang tuanya dan Elrond mulai menemui kenalan mereka masing-masing. Itu tempat yang cocok untuk bersembunyi

Eileen tahu Putra Mahkota belum hadir karena kata Elrond dia akan menjadi pasangan Putri Lezia. Tapi tidak tahu dengan Dewa Kematian 2. Ya, Eileen benar-benar tidak tahu karena dia memang tidak tahu bagaimana penampilan dari Second Male Lead di cerita ini.

Ia juga sebenarnya tidak tahu bagaimana penampilan Putra Mahkota karena sejak memasuki dunia ini keduanya tidak pernah bertemu. Tapi Eileen yakin Putra Mahkota akan lebih mudah dikenali.

Belum genap lima menit ia mendudukkan bokongnya di kursi, bisikan-bisikan syahdu sudah memasuki telinganya. Gadis-gadis di sekitar Eileen mulai membicarakan dengan semangat. Mulai dari dirinya yang pensiun mengejar-ejar pangeran sampai dirinya yang depresi hingga berubah total. Mereka juga membahas bagaimana Eileen yang terlihat lebih kurus karena patah hati.

Hei, tolong yah! Berat badannya menurun bukan karena patah hati! Ini karena Duchess yang dari kemaren membatasi porsi makanannya dengan alasan untuk menjaga bentuk tubuhnya! Maka itu Eileen sekarang akan makan sepuasnya sementara yang lain menikmati pesta.

"Putri Lezia Alana de Crux dan Putra Mahkota Lougan Alastair de Crux memasuki aula."

Keramaian yang sebelumnya terdengar kini seketika mereda. Putri Lezia mulai memberikan sambutan yang isinya sama sekali tidak masuk ke telinga Eileen. Dia bahkan  tidak mau repot-repot menoleh untuk melihat penampilan Putra Mahkota. Eileen tak mau melihat Dewa Kematiannya secepatnya ini.

Para tamu kemudian membuka jalan membiarkan pasangan itu melewati dan sampai di tengah ruangan. Sebuah musik berputar lalu keduanya berdansa mengikuti alunan lagu.

Seakan tak ingin kalah, tamu undangan mulai mencari pasangannya masing-masing dan ikut meramaikan pesta dansa. Suasana romantis itu tidak sampai ke Eileen yang sibuk menghabiskan piring ketiganya di pojokkan sana. Saat ia hendak mengambil piring keempat, sebuah suara bariton yang dingin namun segar memasuki telinganya.

"Lady Eileen Sacheverell. Mau kah Anda berdansa denganku?"

Eileen nyaris menjatuhkan piring di tangannya kalau saja refleksnya tidak sigap. Ia saat ini berada di sudut ruangan, siapa sih yang mau repot-repot mendatangi hanya untuk sekedar berdansa?

Namun saat ia melihat sosok yang mengajaknya itu, semua rasa kesalnya seakan menguap hilang. Sungguh tampan!

Rambut hitam legam yang lurus dan netra biru seperti lautan dalam membuat Eileen terpesona. Wajah pria itu tidak menampilkan ekspresi apapun dan hanya menatap Eileen tepat dimatanya.

Oh, jantungnya berdegub kencang membuat Eileen segera tersadar. Ia tak tahu harus merespon seperti apa karena ia sebenarnya tidak ingin berdansa. Namun menolak pria ini juga membuatnya terlihat tidak sopan. Eileen malas jika ada berita-berita aneh tentang dirinya akan tersebar lagi.

"Aku tidak bisa berdansa."

"Aku juga," balas pria itu.

"Aku mungkin akan menginjak kakimu. Kau bisa terluka."

"Aku bisa menjaga diriku dengan baik. Kau tak perlu khawatir."

Pria itu menganggah ucapan Eileen tanpa sekalipun merubah ekspresinya. Eileen juga menyadari tatapan pria itu tidak sekalipun goyah. Jika begini apapun yang dikatakan Eileen akan disanggah tanpa ampun.

"Baiklah, mari berdansa."

Eileen menyambut uluran tangan pria itu dan dirinya dibawa ke lantai dansa. Untungnya sepertinya pria itu menyadari keengganan Eileen dan ia memilih berdansa di bagian terluar lantai dansa.

Kanan, kiri, depan, belakang, serong dan berputar.

Ternyata berdansa tidak sesulit yang Eileen bayangkan. Walaupun beberapa kali ia sempat kehilangan keseimbangan dan nyaris terjatuh, tetapi pria tampan yang menjadi pasangan dansanya dengan sigap menopang tubuhnya. Eileen bahkan tidak sekalipun menginjak kaki pria itu.

Ini yang kau sebut juga tidak bisa berdansa?

Eileen sedikit kesal dengan sikap pria itu yang sok merendah. Tapi ia tidak berani komplain karena pria itu sedari tadi terus menatapnya tanpa sekalipun melihat ke arah lain. Eileen bisa merasakan wajahnya memanas karena ini pertama kalinya ia ditatap seperti itu oleh seorang pria. Wajah pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun membuat Eileen tak tahu apa yang sedang dipikirkannya.

"Aku sudah lama ingin melihatmu langsung. Kau berbeda dari rumor-rumor yang beredar di luar sana."

Rumor apa? Apa tentang dirinya yang dengan tidak tahu malunya terus mendekati Putra Mahkota? Dia tahu itu? Sungguh aib yang memalukan!

Memang benar sih berita itu sudah menyebar sampai ke sepenjuru negeri. Tapi Eileen malu mengetahui pria di hadapannya mengetahui berita itu.

"Terimakasih, Tuan."

Tiba-tiba Eileen merasa punggungnya begitu dingin. Biasanya perasaan ini timbul jika dirinya tengah ditatap oleh seseorang. Saat dirinya berputar karena suatu gerakan dansa, sekilas Eileen menangkap sosok berambut pirang dengan mata merah tengah menatapnya tajam.

Siapa itu? Putra Mahkota? Kenapa dia menatapku seperti itu?

Eileen seketika merinding mengingat kemungkinan dirinya akan dieksekusi lebih cepat. Tidak mungkin kan dia akan dihukum hanya karena berdansa. Atau Putra Mahkota tidak suka dia datang ke pesta ini?

"Kau tak apa, Lady Eileen?"

"Ah, iya. Aku hanya teringat sesuatu." Eileen memaksakan senyumnya seolah ia benar-benar baik-baik saja.

Saat musik berhenti, Eileen segera menarik tangannya yang semula ada di bahu pria itu. Pria itu lalu berlutut dihadapan Eileen lalu mengambil tangannya untuk dikecup tepat dipunggungnya.

"Terimakasih telah berdansa denganku, Lady Eileen."

"Y-ya, terimakasih kembali."

-To be continued-

The Lady Will Step Down [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang