-8- Debutante

7.3K 1.1K 9
                                    

Hari perayaan debut Eileen telah tiba. Jika ditanya apa yang menjadi harapannya, Eileen ingin hari ini segera berakhir! Belum apa-apa Eileen sudah lelah dengan tingkah Duchess yang menyuruhnya ini dan itu. Eileen merasa dirinya akan dijadikan barang pameran hari ini oleh Duchess.

Gaun yang dikenakan Eileen malam ini adalah buatan perancang busana ternama di negeri itu yang khusus di desain untuk Eileen. Gaun itu memiliki potongan off shoulder yang sengaja memamerkan bahu mulusnya. Rambutnya sedikit digulung untuk menambah kesan jenjang pada lehernya.

Eileen tidak pernah merasa secantik ini seumur hidupnya.

Ia sangat berterimakasih pada Duchess yang bersusah payah mempersiapkan ini semua. Duchess sangat tidak sabaran untuk menunjukkan dirinya di perayaan nanti malam. Duchess selalu berkata untuk menarik banyak lelaki tampan membuat Eileen hanya bisa geleng-geleng kepala.

Waktu demi waktu telah berlalu dan acara akan segera dimulai. Dari kamarnya dapat terlihat barisan kereta kuda para tamu yang mulai berdatangan.

Apa para Dewa Kematiannya akan datang?

Eileen segera menepuk kedua pipinya. Fokus! Sekarang ia harus memikirkan debutnya. Duchess akan marah besar jika dia mengalihkan fokusnya.

Tok tok tok...

Sudah waktunya. Eileen merapikan diri sekali lagi di depan cermin sebelum akhirnya ia membuka pintu dan mendapati Ayahnya sendiri yang langsung menjemputnya ke kamar.

"Kau siap?"

Eileen mengangguk tegas lalu menggenggam tangan ayahnya yang diulurkan padanya. Mereka pun berjalan menuju aula perjamuan.

Dari balik pintu di hadapannya, Eileen bisa dengan jelas mendengar hingar bingar para tamu. Dia sedikit gugup karena ini adalah pertama kalinya. Eileen sudah bertekad untuk berusaha menikmati pesta ini bukan hanya untuk dirinya, tapi juga Eileen yang asli. Ini adalahnya debutnya Eileen jadi setidaknya ia tidak boleh membuat masalah.

Pintu besar itu perlahan mulai terbuka. Bersama dengan Duke, Eileen mulai melangkahkan kakinya ke aula perjamuan. Ia berusaha tidak memikirkan puluhan pasang mata yang menatapnya dan memilih melihat lurus ke depan. Tapi yang dia dapati adalah kedua Dewa Kematiannya berada lurus di arah pandangannya.

Sial sekali. Duke Kleinston benar-benar datang, Eileen masih sedikit bisa menduga itu. Namun kenapa Putra Mahkota juga disini? Tidakkah dia sibuk? Ah, Eileen lupa. Pasti dia memperbudak ajudannya agar menggantikan tugasnya sehingga dia punya waktu kesini. Putra Mahkota di dalam novel diceritakan gemar melakukan itu.

Di tengah aula, Duke mulai memberikan sambutan yang dilanjutkan dengan harapan untuk Eileen kedepannya. Eileen tidak bisa benar-benar fokus karena dua Dewa Kematian itu terus menatapnya seolah-olah tidak membiarkannya lolos.

Mereka kenapa sih!

Setelah memberikan sambutan, acara dilanjutkan ke prosesi puncak yaitu peminuman wine. Wine adalah salah satu simbol kedewasaan. Wine yang digunakan haruslah wine yang dibuat pada tahun kelahiran seseorang yang melakukan debut.

Eileen menerima gelas kristal cantik ditangannya dari seorang pelayan. Duke lalu menuangkan wine ke dalamnya sembari tersenyum pada Eileen. Eileen menatap wine itu sebelum akhirnya meminum isinya sampai habis.

Suara tepukan tangan menyambutnya dan acara utama telah berlalu. Sekarang hadirin sudah bebas untuk menikmati acara sesuka mereka. Ada yang menikmati hidangan dan adapula yang sibuk berbincang dengan kenalan.

"Eileen! Selamat atas debutmu."

Eileen mendapati Putri Lezia tiba-tiba memeluknya erat. Eileen dan Putri memang memiliki hubungan yang cukup dekat namun tidak terlalu diceritakan di dalam novel. Saat Eileen di eksekusi mati, Putri Lezia adalah salah satu karakter yang tidak bisa menerima kenyataan itu. Semua karena ia telah mengenal Eileen dari kecil dan tidak percaya Eileen melakukan hal seperti mengerikan.

"Terimakasih, Putri." Eileen membalas pelukan itu. Lezia hanya satu tahun lebih muda darinya namun Eileen merasa Lezia sudah seperti adiknya.

Mereka berbicara banyak hal sembari menyambut tamu lainnya. Saat waktunya berdansa tiba, Eileen berniat mencari kakaknya. Namun dua suara yang berbeda terdengar memasuki telinganya bersamaan.

"Lady Eileen, maukah Anda berdansa denganku?"

"Kau, berdansalah denganku."

Dua kalimat yang masing-masing adalah ajakan dan satunya terdengar seperti perintah. Eileen menatap kedua pemilik tangan yang terulur untuk mengajaknya berdansa. Dua-duanya adalah milik Dewa Kematiannya!

Eileen sama sekali tidak menyangka kejadian seperti ini akan terjadi. Duke Kleinston tidak terlalu aneh karena mereka sebelumnya pernah berdansa. Tapi ada apa dengan Putra Mahkota? Setahu Eileen lelaki itu selalu menolak ajakan Dansa dari Eileen bahkan di debutnya dalam novel.

Tidak, itu tidak penting saat ini. Sekarang adalah bagaimana dia bisa menyelesaikan situasi canggung ini? Eileen sudah sepakat untuk menerima ajakan dansa dari orang yang paling pertama mengajaknya, siapapun itu. Tapi sekarang mereka bersamaan mengajaknya.

Eileen takut jika menolak salah satu, dirinya akan dieksekusi. Walau tidak mungkin dieksekusi sekarang, mungkin saja tingkat kebencian mereka akan meningkat dan Eileen dibunuh lebih cepat.

Wajah Duke Kleinston masih terlihat tenang tanpa emosi sedangkan Putra Mahkota mulai menatapnya tajam. Tolong siapapun, keluarkan Eileen dari situasi menyulitkan ini!

"Maafkan aku Tuan-Tuan. Aku tahu kalian bersemangat ingin berdansa dengan Anakku yang cantik ini. Tapi Ayahnya sudah lebih dulu memesan untuk menjadi pasangannya. Ini mungkin akan menjadi terakhir kalinya aku berdansa dengannya."

Ayahku penyelematku! Eileen ingin rasanya langsung menghambur peluk pada Duke. Tapi ia tahu tidak mungkin ia melakukannya sekarang.

"Mau bagaimana lagi, Duke. Anakmu sudah dewasa. Mungkin sebentar lagi dia akan dibawa pergi pasangannya."

Duke Sacheverell tertawa mendengar ucapan Duke Kleinston, "Dia masih terlalu cepat untuk menikah, hohoho. Tapi aku tetap menyerahkan segala keputusan pada Eileen. Mungkin setelah ini akan banyak proposal pertunangan datang ke rumah kami."

"Benar Duke, Anda tidak boleh memilih sembarangan pasangan untuk putrimu. Paling tidak dia haruslah pria TERBAIK di negeri ini."

Eileen mengerutkan keningnya. Putra Mahkota tidak sedang mencalonkan dirinya sendiri kan? Mana mungkin!

"Ayah datang tepat waktu kan?" Duke mengedipkan sebelah matanya saat mereka telah sampai di lantai dansa.

"Terimakasih, Ayah." Eileen tak tahu jika Ayahnya tidak ada bagaimana dia akan melalui masa sulit tadi.

Saat sedang berdansa Eileen melihat Putra Mahkota juga ikut berdansa bersama dengan Putri Lezia. Sedangkan Duke Kleinston tidak melakukan apa-apa dan hanya menikmati anggur yang di gelasnya. Memang Duke Kleinston terkenal tidak suka berdansa. Dirinya bahkan jarang menghadiri pesta jika tidak penting sama sekali.

Begitu dansa selesai, Eileen kembali menyapa para tamu dan menyibukkan diri berbicara dengan mereka. Ia terpaksa melakukannya karena tak ingin memberikan kesempatan bagi Dewa Kematiannya untuk mendekat.

Eileen pun sama sekali tidak meninggalkan aula pesta untuk ke balkon ataupun taman belakang. Ia tidak ingin dua pria itu menyusulnya ataupun secara sengaja tidak bertemu.

Setelah pesta usai, Eileen langsung mengistirahatkan diri. Kamarnya telah dipenuhi oleh banyak hadiah yang diterimanya namun Eileen belum berniat melihatnya. Ia terlalu lelah dan memutuskan untuk langsung tidur saja.

-To be continued-

The Lady Will Step Down [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang