Lougan menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Hari-hari sibuknya berjalan seperti biasa. Dokumen yang menumpuk, pertemuan dengan bangsawan, dan latihan-latihan sederhana. Terlalu sibuk sampai dia merasa begitu kelelahan dan kurang istirahat.
Namun biarpun begitu, ada hal membuatnya merasa hampa. Lougan tak ingin mengakuinya, namun akhir-akhir ini ia tanpa sadar selalu memikirkan Eileen. Entah apa yang dilakukan gadis itu, bagaimana dia menyelesaikan pekerjaannya dan hal-hal kecil lainnya. Keduanya hanya bertemu jika perlu membahas perihal pembangunan Akademi sihir.
Permaisuri dan Putri Lezia sudah mencak-mencak ingin bertemu, tetapi Eileen selalu menolak untuk berkunjung ke istana. Padahal dulu gadis itu akan datang minimal seminggu sekali. Yang tambah membuat Lougan kesal adalah dia dengar Eileen lebih sering menemui Duke Vernon.
Walaupun kemungkinan yang mereka bicarakan adalah pekerjaan, tapi Lougan tetap merasa kesal. Dia jauh lebih kesal pada dirinya sendiri yang malah memikirkan gadis itu. Bukankah ini yang selama ini ia ingin kan?
Ah, sial!
"Ryen, kosongkan jadwalku besok siang."
Lelaki berambut coklat itu menatap bingung pada Tuannya, "Apa ada keperluan mendesak, Yang Mulia?"
"Ya, aku akan menemui Eileen."
"Bukannya pertemuan selanjutnya masih dua minggu lagi?" Ryen mengecek ulang jadwal yang telah disusunnya dan memastikan tidak ada kesalahan. Di jadwal itu tidak ada agenda pertemuan dengan Eileen Sacheverell besok.
"Aku tidak bisa menunggu selama itu untuk bertemu dengannya. Kau atur saja dan jangan banyak bertanya."
Ryen hanya mengangguk pasrah. Lagi-lagi dia dimarahi padahal dirinya sudah bekerja keras. Hanya karena rindu ingin bertemu saja Ryen harus di repotkan menyusun ulang jadwal tuannya itu.
Mentang-mentang, Putra Mahkota.
"Aku tahu kau sedang mengeluh. Tolong jangan buat ekspresimu terlalu kentara."
Ryen berdecih yang dibalas delikan tajam oleh Lougan. Ryen mulai berani melawannya ternyata.
"Sekali kulihat kau menggerutu, gajimu-"
"Maafkan aku, Yang Mulia," potong Ryen bahkan sebelum Lougan menyelesaikan kalimat. Ryen memang paling lemah jika diancam dengan gajinya.
***
Hari ini begitu cerah, harusnya akan menjadi hari yang sempurna bagi Eileen. Namun kenyataannya sejak pagi hari ada saja kejadian sial yang menimpa dirinya. Mulai dari tertusuk jarum, hak sepatunya patah, sampai hampir dipatuk burung merpati yang tiba-tiba hinggap disebelahnya. Itu semua membuat Eileen merasa akan ada buruk yang menimpanya hari ini.
Akhirnya dia memutuskan untuk tetap berdiam diri dikamarnya. Itu adalah pilihan paling aman. Tidak ada yang tahu kapan dewa kematiannya akan datang menjemput nyawanya. Jadi Eileen lebih baik sembunyi saja sekarang.
Sayangnya, niat itu harus hancur ketika Meidy datang dan melaporkan kalau Dewa Kematiannya yang kedua 2 datang berkunjung tanpa memberi pemberitahuan sebelumnya. Entah apa yang ada dipikiran Putra Mahkota membuat Eileen ingin terjun dari jendela kamarnya untuk kabur. Namun ia masih sayang nyawa mengingat kamarnya berada di lantai 3. Walaupum lolos dari tangan Dewa Kematian 2 tetap saja dia akan bertemu Dewa Kematian lainnya.
Eileen hanya membenahi penampilannya sedikit dengan bantuan Meidy. Dia tak tahu ada perlu apa Lougan datang mencarinya. Tapi demi alasan sopan santun, tentu mau tak mau dia menemui pria itu.
"Aku kira kita tidak mempunyai kepentingan untuk bertemu hari ini, Yang Mulia."
"Benar, aku hanya ingin melihatmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady Will Step Down [Hiatus]
Fantasi[Bukan Novel Terjemahan] Terbangun di tubuh yang bukan miliknya tidak semengejutkan ketika ia mengetahui siapa pemilik asli tubuh itu. Eileen Sacheverell. Villain dari novel yang dibacanya menjelang kematian! Tragisnya, Eileen harus meregang nyawa d...