-6- Duke

7.8K 1.2K 15
                                    

"Huftt..."

Eileen akhirnya berhasil lolos dari hingar-bingar pesta di aula perjamuan itu. Setelah selesai berdansa dengan pria tadi, ia langsung melarikan diri menghindari para wanita yang terlihat akan menjadikannya mangsa. Eileen tahu mereka akan bertanya seputar pria tadi. Karena ia juga tidak tahu siapa pria itu, lebih baik ia kabur saja.

Eileen sengaja tidak menanyakan identitas pria yang terlihat memiliki status cukup tinggi itu. Dirinya mungkin dianggap tidak sopan jadi lebih baik ia tidak bertanya dan bersikap seolah-olah ia tahu.

Taman istana adalah tempatnya berada kali ini. Tempat ini sering sekali diceritakan di dalam novel sebagai latar dari kisah Eileen yang selalu mengejar-ejar Pangeran. Walaupun begitu Eileen yang sekarang merasa asing dengan tempat ini karena baru pertama kali disini. Untung saja ia tidak tersesat.

Meja kursi yang sekarang di tempati Eileen juga pernah diceritakan pada adegan dimana Putra Mahkota pertama kali minum teh bersama Cerelina. Itu merupakan salah satu adegan utama yang paling berkesan bagi pembaca. Namun bagi Eileen rasanya biasa-biasa saja.

"Disini kau rupanya."

Eileen menoleh ke sumber suara itu dan mendapati pria berambut pirang dengan mata merah sepeeti ruby. Tak perlu dipikirkan lagi, itu sudah jelas adalah Putra Mahkota yang sejak kapan sudah berdiri di sampingnya. Pria itu segera duduk di hadapan Eileen dengan kedua tangan yang ia lipat di atas perutnya. Pandangan menatap tajam membuat Eileen jadi berkeringat dingin.

"Susah sekali untuk bisa menemuimu. Elrond selalu berusaha menghalangiku."

Kakak! Apa yang kau lakukan sekarang? Kenapa Dewa Kematian 1 ada disini?

Jantung Eileen berdegub dengan hentakan cepat dan napasnya sedikit memburu. Ini harusnya belum saatnya ia mati. Masih terlalu cepat.

"Elrond bilang, kau ingin berhenti mengejarku. Itu benar?"

Eileen tersentak. Pertanyaan itu terasa seperti diajukan oleh seorang polisi yang tengah melakukan interogasi pada tersangka kasus pembunuhan berantai. Kenapa mengerikan sekali!

Eileen harus tenang!

"Itu benar, Yang Mulia," jawabnya menunduk sambil memainkan jemari tangannya yang tersembunyi di bawah meja.

"Kenapa?"

Eileen mendongak dan menyaksikan wajah Lougan sedikit aneh. "Harusnya Kakakku juga sudah memberitahu alasannya."

"Aku sudah semakin dewasa dan menyadari apa yang kurasakan hanyalah cinta masa kecil. Dahulu aku terlalu mengagumi sampai-sampai ingin memilikimu. Sekarang aku mengetahui itu bukanlah cinta. Karena itu aku memilih untuk mengakhirinya karena aku sudah cukup lelah."

Putra Mahkota menatap dalam ke sepasang mata ungu Eileen seolah mencari kebenaran dalam perkataannya.

"Kau yakin dengan itu?"

"Aku yakin, Yang Mulia." Eileen menegaskan pada dirinya sendiri untuk tidak goyah. Ia harus terlihat benar-benar yakin agar Lougan percaya padanya.

Namun tanpa disangka pria itu bangkit lalu sebelah tangannya menarik belakang kepala Eileen dan membawanya mendekat. Tepat saat wajah keduanya hanya berjarak kurang dari satu jengkal, Putra Mahkota berhenti. Tangan satunya yang bebas ia letakkan sedikit di atas dada sebelah kiri Eileen selama beberapa saat seolah-olah mencoba merasakan sesuatu.

Sontak Eileen yang sadar dengan apa yang terjadi langsung saja mendorong tubuh Putra Mahkota dan mengambil jarak sejauh yang ia bisa.

"Yang Mulia, Anda tidak sopan!" Eileen memekik dengan dadanya naik turun seraya amarahnya yang meluap.

The Lady Will Step Down [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang