04 - satnight

2.1K 211 3
                                    

·· I (DON'T) WANT ··

*
*

Prilly melangkah perlahan keluar dari kamarnya. Menatap sebuah pintu cokelat tua saat melewati ruang tengah.

Tatapannya jengah lantas segera menjauh.

Slalu sunyi, dan malam minggu nanti Prilly mungkin akan mengajak sahabatnya untuk menginap, well, Ayah Prilly pasti akan sibuk bercumbu dengan berkas-berkas tak penting.

"Berkas jelek kayak beha bekas kok di Tuhan kan" desis Prilly melangkah keluar.

Sejak SMP , ibu Prilly sudah meninggal, waktu itu umurnya masih 12 Tahun, bahkan ia baru mengenal dunia luas, baru menjadi anak SMP, baru belajar banyak hal, baru tau perasaan suka , dan ia harus ditinggal ibu. Tentu Prilly sedih tapi gadis itu tak bisa mengekspresikan perasaan-nya, hanya diam tanpa ingin berucap kata, dan Ayahnya tak peduli, namun karena kehadiran manusia idiot bernama Jessica hidupnya berubah, ia kenal Jeha sepupu Jessica, Ia juga kenal Gritte. Dari sana, semua di mulai.

Prilly menghela nafas pelan, menggeleng sejenak menepis bayang masalalu yang membuat hatinya teremas.

Prilly kuat

Itu sugestinya.

Prilly punya Jessica, Jeha juga Gritte. Mereka slalu ada untuk Prilly! Ingat.

**

"Hello epri bodih" Pekik Prilly dari ujung koridor, agak sepi memang, dibagian ujung lainnya hanya ada Jessica Gritte dan Jeha yang asik mengobrol. Cepat sekali mereka datang.

"Cepet amat mereka dateng? Nginep kali yak behahah" gumam Prilly seraya berlari kearah sahabat-sahabatnya.

"Ayem Komingggg"

BRAK

Tubuhnya terhuyung jatuh kedepan.

Tapi tunggu,

Tidak sakit,

Perlahan Prilly membuka kelopak mata-nya yang terpejam, astaga Iris hitam itu tampak sendu hingga dasar hati. Ah tunggu, sepertinya Prilly kenal iris itu.

"Ya Allah tolong baim ya Allah, ada gajah nimpa baim" ujar Ali dengan wajah meringis, Prilly mendengus sebal menatap Ali namun tidak bergerak satu sentipun, tubuhnya jatuh diatas tubuh Ali, coba bayangkan? Stop! Kalian pasti membayangkan yang tidak tidak?!

Seperti aku, ups!

No!

"Ya Allah tolong jantung Ali ya Allah" lanjut Ali dalam hati seraya menatap cokelat bening itu , tatapan Ali turun pada bibir tipis Prilly. Ali menggeleng menangkis fikiran gila nya lantas mendorong Prilly pelan.

"Aduh pelan pelan cang sakit" rengek Prilly, Ali sudah berdiri membersihkan bokongnya yang kotor setelah bercumbu dengan lantai.

"Haa sakit" Rengek Prilly seraya menendang nendang, layaknya anak kecil yang tak dibelikan condom, eh balon.

"Gue yang jatuh , bukan lo, berdiri" ujar Ali seraya menyentak tangan Prilly agar berdiri.

"Tapi lo dorong gue cang"

"Bodo" ujar Ali , tampaknya lelaki itu sedang enggan untuk memperlebar masalah dan lebih memilih untuk pergi.

'Tumben?' Fikir Prilly herman, bagaimana bisa seorang Ali tak bersemangat membuat Prilly kesal? Aneh.

"Hello cuyung" ujar Prilly berjalan lenggak lenggok, sengaja, seraya mengibaskan rambutnya mengenai Gritte.

"Setan. Jijik"

I (Don't) WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang