·· I (DON'T) WANT ··
**
Prilly melangkah kesepanjang koridor yang sepi, tak berpenghuni seperti tempat pemakaman. Pemakaman perasaan, ya baper.
"Sepi mulu deh ini pagi, lama-lama gue bakar juga ini sekolah tiap subuh biar rame." Prilly mendengus sebal disepanjang koridor, hari ini Jeha juga Jessica tidak masuk karena saat Prilly pulang ke rumah dengan Ali waktu itu, Jessica bilang
'Prill, besok gue nggak sekolah, jeha mau kawin.'
'Bukan gue, kak jesa, udel babi!'
'Kan namanya mirip, Je'
'S sama H di keyboard jauh, kayak aku sama dia.'
'Jangan baper, pulang sana lo bedua'
Dan setelah itu tak ada kabar karena Prilly mematikan ponselnya sampai saat ini.
Prilly terduduk di depan kelasnya, enggan membuka pintu, rasanya Prilly tak semangat sekolah.
"Temen kagak ada, doi kaga ada. Nyesek amat gue."
Mata hazelnya menyapu pandang, dan baru ia sadari satu hal
"Banyak banget sampah etdah? Abis party apa deh? Ck." Setelah mendumal, tubuhnya berdiri, berjalan lantas memungut sampah itu, membuangnya pada tempat sampah.
"Rajin banget lo."
Suara berat yang slalu mengagetkan Prilly akhir-akhir ini kembali terdengar.
"Ape lu Ali sableng! Gue lagi bete. mati aja sana."
Prilly memutar bola matanya sebal lantas hendak beranjak ke kantin, namun tercegah oleh Ali yg mencekal pergelangannya
"Rajin amat lo mungut sampah?"
Prilly berdecak menatap manik hitam Ali, mengapa pagi-pagi buta begini Ali sudah membuatnya darah tinggi saja? Bahkan tubuh Prilly tak setinggi darah itu, ah malangnya.
"Tuan Akhtarali ketua osis yang kagak terhormat, lu tau nggak sih? Benda terbesar buatan manuisa itu, bukan tembok raksasa di Cina, bukan juga gedung Burj khalifa di Dubai, bendanya tuh gedeeeeee banget, bahkan melebihi negara indonesia! Dan akan bertambah besar saat kita membuang SAMPAH SEMBARANGAN. Apa susahnya sih? Buang sampah di tempatnya, orang suka bilang buanglah mantan pada tempatnya, tapi buang sampah pada tempatnya aja susah! " Prilly mengusap dahinya yang (sebenarnya) tidak berkeringat. Ali menautkan alisnya bingung.
"Kenapa lo marah sama gue?"
"Kan lo yang nanya! Cacingan!!! Udel gajah! Kutil babi! Sempak Fir'aun! Errrh demi kolor wiro yang nggak dicuci dua minggu! Gue lagi bete mending lo..."
"Mending lo ke kantin bareng gue? Mau?"
"AYO!"
"Semangat 69 kalau makanan lu pil."
"Ehe"
**
Prilly melahap baksonya tak acuh dengan kehadiran Ali yang terus saja menatapnya.
Ali tidak butuh seribu kata cinta, ia hanya butuh menatap Prilly satu hari lebih lama daripada selamanya. Ali bahkan tak butuh kata cinta Prilly, Ali hanya ingin slalu ada didekat Prilly.
"Aku tau, suatu saat kamu pasti ngebuang aku, ya pada akhirnya aku sendiri yang harus merindu, aku sendiri yang harus mencinta, aku sendiri yang harus memungut hati yang terlanjur jatuh. Tapi Akhtarali nggak ditakdirkan buat berhenti sebelum memulai. Ajarin gue jatuh cinta, sampe sejatuh-jatuhnya, Prilly. Bulan yang ternyaman untuk kejora."
KAMU SEDANG MEMBACA
I (Don't) Want
RandomBulan memang indah dengan keremangannya. Tapi sebuah bulan , akan terasa hampa di langit tanpa si bintang. Bulan memang bisa tanpa bintang, tapi langit tak akan terlihat indah, bulan tak lengkap bila tak ada bintangnya. Bintangpun juga bisa ada tan...