·· I (DON'T) WANT ··
**
Prilly duduk diatas meja makannya, sekedar sarapan pagi. Untuk pertama kali ia sarapan dirumah dan untuk pertama kali pula tersenyum pada pagi hari.
Hatinya damai mengingat Ali, sosok lelaki yang pada dasarnya cuek, hanya karena Prilly seketika berubah lebih hebat daripada power rangers, dan Prilly suka, ia suka Wiro sablengnya. Koreksi, Ali sablengnya.
Disimpan piring makan oleh Prilly lantas segara berlalu keluar rumah.
"Bebek kawin! Anjir lo ngagetin."
Betapa terkejutnya Prilly melihat sesosok kambing tua hitam dengan janggut putih, ah tidak maksudku Ali. Lelaki itu berdiri tepat didepan pintu Prilly membuat jarak mereka begitu dekat.
"Aduh sakit!" Prilly meringis saat tiba-tiba Ali menjitak keningnya.
"Lo fikir nungguin lo selama ini enak! Mana gue nggak dibukain pintu." Ali berujar sembari berjalan kearah motornya diikuti Prilly.
"Pertama, gue nggak mintu ditungguin, kedua lo nggak ngetok pintu, ket--"
"Ketok magic kali ah." Prilly melongo dengan mulut berbentuk O bulat seperti lobang-- ah lupakan.
"Lo kok beneran jadi sableng lama-lama li? Hikssss dd syedih!! Lo kesurupan ayam mati ya li? Huaaaa...." Prilly memekik seraya memeluk lengan Ali, menangis drama untungnya rumah Prilly jauh dari kawasan manusia.
"Diem. kalau gak lo gue buang ke neraka."
"Set dah.. ke hatimu aja boleh bang?"
"Ga."
"Ah masa."
"Bodo."
Prilly mencembikkan bibirnya kesal, lelaki itu minta disunat rupanya, fikir Prilly lantas duduk diatas motor Ali.
"Pegangan."
"Lo kok ngeselin sih li! Kadang sengklek, kadang sok-sokan kalem, sok-sokan datar, marah-marah nggak jelas, tetiba juga puitis, lo nahan e'e sepanjang masa ya? Ampe jadi kayak gini." Sembari memeluk perut Ali gadis itu tak kunjung berhenti mencerocos bak orang waras keluar dari rumah sakit jiwa.
"Gapapa Prill lo ngomel kayak orang boker gacebok-cebok yang penting lu seneng.. gak galau melulu." Gumam Ali seraya mengusap sekilas punggung tangan Prilly.
"Lu ngemeng apa cang?"
"Gaada kok pil."
"Watdepak! APRILLY YA NAMA DD BANG" Prilly memukuli Ali bertubi-tubi pada punggungnya, membuat lelaki itu tertawa lepas. Prilly merengut, meletakkan dagunya dibahu Ali.
"Boleh nggak sih gue belajar jatuh cinta sama lo? Bawa gue sejauhnya dari Ridho Li.." batin Prilly melirih dengan sorot mata kosongnya. Ia takut mengingat Ridho, tubuhnya gemetar dengan perasaan tak karuan.
Apa Prillly salah ingin mendapatkan yang lebih baik? Apa Prilly salah mencoba untuk berpaling kelain hati? Meski pada dasarnya ia masih takut jatuh, ia tidak mau jatuh, karena tak akan ada yang sigap menangkapnya.
"Sampe."
Ali memarkirkan motornya disekolah yang sudah cukup ramai.
"Eh kok udah sampe sih??"
Prilly turun dengan meloncat membuat Ali tersentak kaget
"Eh bangsul lo kalau turun hati-hati bego, nanti jat--"
Tubuh Prilly keburu oleng kebelakang saat Ali belum selesai menyelesaikan ucapananya.
Dengan secepat kilat Ali menyambar pinggang ramping Prilly, memeluknya erat seakan tak ingin melepas gadis itu, ditatapnya bola mata yang slalu membuat detak jantungnya bersorak gila. Bola mata itu slalu mendamaikan Ali dalam keadaan apapun. Seakan beban berat pada dadanya dihembus angin, Ali lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
I (Don't) Want
RandomBulan memang indah dengan keremangannya. Tapi sebuah bulan , akan terasa hampa di langit tanpa si bintang. Bulan memang bisa tanpa bintang, tapi langit tak akan terlihat indah, bulan tak lengkap bila tak ada bintangnya. Bintangpun juga bisa ada tan...