·· I (DON'T) WANT ··
**
Ali berjalan dengan seorang pria yang tak dikenali seorangpun disini.
"Li.. kok pada ngelihat gue gt?" Ali menyapu pandang kesepanjang koridor. Dihelanya nafas.
"Biasa gue orang ganteng."
"Anju! Gue serius.. gue gak jadi sekolah deh." Verrel memutar badannya hendak pergi meninggalkan tempat itu.
"Lo bergerak selangkah kesana, gue sunat lo."
"Eh anjir, lo makin gila ya semenjak deket sama siapa itu? Printtil."
PLAK
Ali menabok pelan pipi Verrel seraya menatapnya tajam sedangkan sang empunya wajah hanya tercengir kuda kepang.
"Jangan sebut merk mahal. Lagian lo salah nama! Semvak buaya!" Ali menggeret tangan Verrel memasuki ruangan Photography.
"Eh kaget gue li.." Ridho hampir saja tersedak dari minumnya saat Ali dengan tiba-tiba masuk.
"Nginap lo disini? Subuh,
-subuh begini udah disini aja?" Ujar Ali dengan alis bertaut, disuruhnya Verrel duduk disalah satu kursi melainkan ia yang mengatur kamera."Anjir, lo makin hari makin sedeng kayak Prilly haha. " Ridho tertawa menampakkan jejeran gigi putihnya, tawanya lepas hingga matanya menyipit. "Eh ini siapa li?" Pandangan Ridho beralih pada Verrel yang hanya diam memainkan dasinya.
"Anak orang gue pungut."
PLAK
Sebenarnya verrel yang ingin melempar sepatunya tapi Ridho sudah mewakili terlebih dahulu, ah tak apa.
"Lo siapa?" Malas bertanya pada Ali yang sejak kapan slalu 'ngawur' Ridho lebih memilih bertanya langsung.
"Verrel."
"Oh! Gue Ridho akasa, siswa baru ye lo? Temennya si Ali? Lo tau nggak si Ali makin hari makin aneh semenjak gue tinggal ke bandung? Gila kan? Kayaknya otaknya kejengkan atau sejenisnya deh." Verrel tersenyum melihat betapa ramah atau mungkin overamahnya Ridho, bahkan mereka belum berkenalan lebih dari satu menit, dan Ridho ...
"Bukan otaknya, Dho. Tapi hatinya." Verrel tersenyum remeh menatap Ali yang wajahnya memerah seperti disengat matahari, tapi nyatanya ia disengat cinta.
"Ah gue tau! Prilly kan?" Ridho menaik turunkan alisnya menatap Ali dengan senyum menggoda. Ali menggeleng dengan bibir menahan senyum membuat kedua lelaki itu tergelak keras.
"Berisik! Gue mau cari objek bye!!"
**
Ali melangkah disekitar taman sekolahnya, taman yang slalu asri dan tenang. Ali bahkan tak pernah bosan untuk memotret keindahan disini.
Seperti hatinya yang tak pernah bosan untuk semakin jatuh pada Prilly, semenjak kejadian pagi itu, tepatnya kemarin, Ali terus saja tersenyum seperti orang gila kabur dari rumah sakit jiwa. Dibayangkannya bola mata indah Prilly, senyum hangat Prilly, bibir tipis itu, semuanya terasa damai.
Ali mendongak keatas, melihat sinar matahari yang mulai muncul agak malu, fajar yang indah fikirnya seraya mulai mengarahkan kamera.
Jepret
Siluet sinar matahari didapatnya dengan indah, dan saat ia menurunkan kamera dia dibua--
"MORNING"
Ali hampir saja terjungkal kebelakang saat suara dihadapannya mengagetkan.
"Apa?"
"Ih Ali!! Lo nyebelin."
KAMU SEDANG MEMBACA
I (Don't) Want
RandomBulan memang indah dengan keremangannya. Tapi sebuah bulan , akan terasa hampa di langit tanpa si bintang. Bulan memang bisa tanpa bintang, tapi langit tak akan terlihat indah, bulan tak lengkap bila tak ada bintangnya. Bintangpun juga bisa ada tan...