·· I (DON'T) WANT ··
Facebook : Deyan leoni delloni
Instagram : Delloni28
Ayang : belom dapat(:**
Ali menghempaskan tubuhnya pada ranjang, dada nya terasa sesak dari tadi. Ia izin pulang dengan berbagai macam alasan.
Tangannya terangkat menyentuh dada. Pedih, terasa ditusuk sebilah pisau tepat pada ulu hatinya. Apa ia boleh mati saja? Ia jengah. Jengah.
Kelopak mata nya yang tadi tertutup perlahan ia buka. Ada cairan bening yang menggenangi matanya.
Ali duduk menatap kearah nakas, tepatnya pada bingkai foto yang menampakkan seorang wanita anggun dengan senyuman selembut purnama. Ali mengambil bingkai itu, di kecupnya lembut
Tes
Perlahan air mata nya menetes tanpa izin. Ali sudah bersusah payah menahan nya tapi apa boleh buat dada nya begitu sesak.
"Ma.. ali sendirian. Ali takut. Ali emang harus sendirian ya ma? Mama kok tinggalin Ali? Ma.. papa ninggalin Ali terus ma.. Ali sendiri.. ma? Mama tau nggak cinta itu apa? Kok sakit ya ma? Apa papa kayak gini juga karena cinta sama mama? Ma.. Ali nggak pantas ya ngerasain cinta? Ma? Ali lebay ya? Kok ali jadi gini ya ma? Ali kan udah bener jadi cowok sombong ya ma.. ma.. bantuin ali.. ali takut.." Ali, pria kokoh itu menangis saat hati nya tumbang. Ia rindu mama nya yang meninggal saat ia masih di usia muda. Dan semenjak saat itu semua berubah, papa berubah, slalu pulang malam, atau bahkan tak pulang, Ali mulai terbiasa tanpa papa, bahkan ia mulai terbiasa kasar dengan orang banyak.
Verrel memang temannya dari kecil, bahkan satu-satu-nya yang 'benar-benar' teman Ali.
Tapi justru Ali sedih melihat verrel tak punya teman lain. Dan semakin menjadikan batin Ali tersiksa, melihat wajah murung sahabatnya semenjak saat 'itu' dimana hidup Verrel hancur.
Ali benar benar sendiri. Ia tak mungkin bercerita tentang kacau nya hati pada Verrel, Verrel punya gangguin psikis, bisa-bisa lelaki itu tambah drop. Ali tidak mau.
Jadi siapa yang bisa ada di sisi Ali?
Tidak ada.
Bahkan mama sekalipun.
'Ali rindu mama..' lirihnya seraya bersandar pada kasurnya, ia duduk di lantai dengan kaki berselonjor.
"Remuk itu apa ya ma?" Ujar Ali lantas kembali menatap foto mama nya, senyum itu slalu menghangatkan hati Ali yang beku. Tapi kini hati Ali terlalu beku hingga hancur jadi kepingan.
"Ada nggak ya ma yang anggap Ali itu bermakna? .. mereka cuma tau Ali dari luar aja ma.. ma.. Ali mau ikut" ujar Ali tertunduk, Ali melipat kakinya keatas lantas menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan.
**
Melihat sinar matahari pagi Ali mulai tersenyum, hari ini Ali harus baik-baik saja. Ia tau ia sendirian, tapi ia tak benar-benar sendiri, ia punya dirinya.
"Woy" lemparan itu mengenai kepalanya ia menoleh ke rumah sebelah. Verrel aozora
"Apaan!"
"Gue.. pengen sekolah"
Mata Ali membulat lantas ia menatap sahabatnya berbinar.
"Serius lo" ujar Ali seraya berlari, padahal tadi ia hendak memakai helm untuk segera berangkat.
"I-ye. Tapi mulai senin depan"
"Seminggu lagi dong nyed ah lu nah ngeselin"
"Udah sono ntar lu telat"
KAMU SEDANG MEMBACA
I (Don't) Want
RandomBulan memang indah dengan keremangannya. Tapi sebuah bulan , akan terasa hampa di langit tanpa si bintang. Bulan memang bisa tanpa bintang, tapi langit tak akan terlihat indah, bulan tak lengkap bila tak ada bintangnya. Bintangpun juga bisa ada tan...