13 - CINTA

424 52 6
                                    

·· I (DON'T) WANT ··

**

Tetaplah engkau disini.. jangan datang lalu kau pergi, jangan kau anggap hatiku, jadi tempat persinggahanmu, untuk cinta sesaat...

Petikan gitar itu menemani suara briton yang asik menyanyi di bawah pohon rindang sebelah lapangan.

"Semvak kadal lo bisa diem kaga?"

"Nggak! Hari ini tuh hari bahagia gue, secara, sang KETUA OSIS kena hukum omg hello?!" Lelaki itu berujar seraya mengibaskan tangan di udara.

"Hari bahagia gigi lo botak ban! Lo juga dihukum kan bego. " ingin rasanya Ali melempar Bani dengan sepatunya saat ini. Hari panas terik, suara kaleng rombeng Bani terus berbunyi.

"Ya seenggaknya cuma disuruh nyapu doang gue!" Elak Bani dan kembali memetik senar gitar

"Demi vuvuk tanaman yang dibuat pake e'e Ali! Lo siapa sih rese begete" Prilly mendengus, sedari tadi ia hanya diam memperhatikan kedua pria yang terus bersitegang

"Gak usah bawa nama gue upil!" Ali menggeram menatap gadis itu sebal, yang dibalas cengiran.

"Lo anak baru ya dek? Gak kenal babang bani yang gantengnya satu setengah kurang lebih dibawah Ali? Kenalin deh, Bani Wijaya. Anak IPS 3." Dengan kepercayaan diri yang luar biasa Bani mengulurkan tangannya, sesaat setelah memperbaiki kerah baju dan jambul dikepala.

"Tangan lo mau gue pijek sampai jadi peyek atau lo turunin." Ali mengangkat kakinya. Bani yang diancam begitu hanya mengerucutkan bibir sebal.

tett

bel berbunyi, tanpa banyak omong lagi Prilly berlari dengan girangnya ke kantin, persetan dengan kedua lelaki menyebalkan itu.

"Wah neng cantik secantik boneka caki kemana tuh? Gue ikutin ah.." Bani bangkit meninggalkan gitarnya, sudah biasa, tidak akan ada yang mencurinya, satu sekolah tau itu milik Bani Wijaya, salah seorang anggota osis yang sungguh 'Annoying' , bahkan jika Ali lupa kalau Bani temannya mungkin Ali sudah melemparnya ke sungai amazon biar ikan piranha disana menangis menghadapi Bani.

"Eh! Gak ada ya! Awas aja lo berani gangguin punya gue!"
Ali menunjuk Bani dengan telunjuknya, tatapannya tajam

"Acieeeh cieeeeh, PUNYA GUE? Jadi lo bisa suka sama cewek??? Alhamdulillah!!!" Bani terpekik seraya mengelilingi lapangan bagai orang gila dengan tubuh bergoyang ria.

"Stres ya lo? Stop gak!!" Ali menarik kerah baju Bani seperti anak kucing.

"Ehe.. girang gue li! Gue kira entar lo bakal kayak Ara neshia, Ara neisha siapa tu lupa gue! Pokoknya itu! "

Mata Ali membulat saat Bani menyebutkan nama transgender satu itu, membayangkannya saja Ali geli.

"Gue tau ya ban, lo bego, gak punya otak, ngomong gak disaring, mulut lo lemes banget ampe semua yang lo ketahui bisa jatuh dari mulut lo. Tapi kalau lo mengumbar-umbar apa yang gue bilang tadi? Lo gue gantung diatas pohon toge terus gue giling pake ban pesawat!!" Ancam Ali dengan wajah garangnya, dan melihat hal Bani bukan takut ia justru terbahak.

"Lo sejakkapan gila coba. Emangnya lo tadi bilang apa?"

"Awas aja lo berani gangguin puny--"

"Puny apa?" Bani menaik-turunkan alisnya serupa rok mini dihembus angin.

"Anjing kurapan lo!"

**

"Woy ntte! Huaa lo akhirnya nongol, segitu banyaknya ya tugas anak IPS ampe lo harus ngilang ke perpus disaat dua J ini menghilang!! Merdeka!!"

I (Don't) WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang