Lucio's Past

1.6K 202 8
                                    

Kenny 'Si pejudi tak terkalahkan' itu masih menggunakan piyamanya dan menuangkan kopi di depannya ke gelas Lucio.

"Jadi ada masalah apa? Jarang-jarang kau meminta saran dariku." Ujar Kenny.

"Ini soal pekerjaan. Sebenarnya aku semacam seorang detektif swasta. Aku menemui kesulitan dalam kasus yang sedang kukerjakan."

"Wah pekerjaan yang cocok bagi ahli deduksi sepertimu. Apa yang bisa dibantu orang semacam aku? Haha." Guraunya.

"Aku memang sedikit lebih baik dalam hal deduksi, tapi dalam hal peninjauan sudut pandang, psikologi dan mental, juga pengamatan, kau berada diatasku, kemampuanmu seperti almarhum kakakku, itu sebabnya kau selalu bisa membaca kartu lawan dan tak terkalahkan dalam judi bukan?"

"Kau memujiku terlalu banyak. Memangnya kasus apa yang kau hadapi sehingga memerlukan 'keahlianku'?" Tanya Kenny sambil menyeduh kopinya.

"Aku pernah berjudi dan aku kalah. Tapi sayangnya taruhanku bukan uang, tapi nyawa. Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama." Jelas Lucio.

"Aku ahli dalam taruhan uang, tapi kalau nyawa..

"dengarkan aku dulu!!" Potong Lucio, "Aku pernah kalah judi satu kali dulu, dan aku kalah karena tidak meninjau sudut pandang yang tepat, karena itulah aku butuh keahlianmu!!"bentak Kenny.

"Baiklah, baik, santai saja, aku punya banyak waktu, tapi apapun masalahmu itu, agar 'keahlianku' bisa aku pinjamkan, aku perlu tahu kesalahanmu di masa lalu. Ceritakan tentang 'judi' yang membuatmu kalah itu." Ujar Kenny.

"Aku tahu kau akan berkata begitu. Aku hanya bingung memulai dari mana.. Begini..jadi...aku adalah seorang..... Pembunuh." Cetus Lucio.

Kenny yang sedang minum kopinya mendadak tersentak dan kopinya tumpah sebagian.

"Ba..bagaimana bisa...

"Aku membunuh...kakakku sendiri." Lanjut Lucio tanpa memperdulikan Kenny yang kaget setengah mati.

"Aku hanya hidup berdua dengan kakakku. Ayahku seorang hacker jenius yang ditangkap CIA karena meretas sistem militer pemerintah dan ibuku seorang detektif yang ternyata bekerjasama dengan mafia Italia. Kakakku yang tahu itu membawaku lari dari rumah, bekerja part time dan menghidupiku, menyekolahkanku, hingga setidaknya ketika aku masuk SMA, aku ikut mencari kerja sambilan. Dia jenius, bakatnya setara denganmu, melebihi ayahku yang seorang hacker jenius, dia didorong rasa kebenarannya berhasil memecahkan berbagai kasus yang polisi saja angkat tangan. Namun suatu saat, aku menemukan hal mengejutkan." Jelas Lucio.

"Mengejutkan? Biar kutebak, dia seperti ibumu, bekerjasama dengan mafia?" Sela Kenny sambil kembali menyeruput sisa kopinya.

"Separuhnya benar. Dia bekerjasama dengan orang yang bisa dikatakan tidak terlalu baik, lalu dia mulai menjadi seorang investor handal dan bermain saham. 'Aku tidak bekerja untuk uang, uanglah yang bekerja untukku', itulah prinsip seorang investor. Dia melakukannya demi menghidupiku tanpa sepengetahuanku, tapi yang lebih mengejutkan bukanlah itu, namun jiwa kebenarannya yang melampaui batas. Dia berkhianat dan berbalik melawan orang yang bekerjasama dengannya. Sayangnya, dia tidak hanya menyerahkannya ke pihak berwajib, dia.. membunuhnya. Dia tahu jika menyerahkannya ke polisi, 'teman gelapnya' itu akan bebas dalam hitungan detik. Memenjarakan orang berkuasa tidaklah mudah. Dia memilih membunuhnya dan menutup jejaknya sehingga polisi pun tidak dapat melacaknya."

Kenny menyela. "Itu dia!! Polisi tidak bisa mengalahkan cerdasnya, tapi kau.."

"Ya, aku menyelidiki itu dan mengetahuinya, karenanya aku melaporkannya ke polisi. Dia dipenjara atas tuduhan bekerjasama dengan mafia, terlibat penipuan saham jutaaan dolar, dan membunuh seseorang. Dia dipenjara seumur hidup, itu hal pahit bagiku, namun aku merasa bahwa aku melakukan hal yang benar, aku harus move on dan melanjutkan hidupku. Dengan keahlianku yang kudapat darinya, aku juga ahli menjadi seorang investor dan kaya raya, namun itulah yang membunuh kakakku." Jelas Lucio.

The Silent GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang