Tempat apa ini?
Gelap.
Tapi kenapa ada seorang perempuan cantik berdiri disana?
Untuk apa dia mengacungkan wand kearahku?
Dia mengatakan sesuatu.
Sambil menangis.
Kenapa ini terasa..
..Sakit?
--
Semburat cahaya menyinari mataku. Aku bangun perlahan dan mengusap pelan mataku. Aku berdiri dan turun kebawah untuk sarapan.
Pintu dapur yang dapat kulihat dari tangga teratas, memancarkan aura hangat.
Dengan semangat aku berjalan menuju dapur sambil bersenandung ria. Pintu dapur kubuka, memperlihatkan Mom yang sedang menyiapi makanan di meja. Ia tersenyum saat melihatku.
"Morning, Drake" Mom-ku mengecup keningku lembut.
"Morning, Son." Dad menurunkan koran dan tersenyum kearahku.
"Morning, Mom, Dad." aku duduk di kursiku, "what a nice breakfast! Ada sesuatu Mom?"
"Tentu Drake, ini hari lahirmu. Yang ke-sebelas!" Mom memelukku dari belakang dan tertawa pelan. Dan aku kaget.
"Aku tahu kau lupa, selamat hari lahir, Son. Mom dan Dad mendoakanmu yang terbaik selalu." Tangan besar Dad menggapai ke arahku, pertanda adanya pemberian pelukan. Tentu saja aku menghampirinya. Aku suka dipeluk Dad.
Pagi ini terlihat lebih cerah dari hari sebelumnya serta terasa lebih hangat. Ah, aku ingin semua ini selalu dan selamanya terjadi dalam hidupku. Bersama Mom, Dad, di rumah hangat ini.
Setelah cukup lama kami—ditambah Mom—berpelukan, akhirnya Dad mengakhiri hug time dan memulai sarapan.
"Apa yang kau inginkan, Drake?" kata Mom tiba-tiba.
"Katakan, Son. Sudah lama kami tidak memberimu hadiah di hari lahirmu." Dad tersenyum disela-sela kunyahannya.
"Oh. Um. Tapi, don't laugh at it, okay? Um." aku menunduk, menatap garpu dan sendok dengan seksama.
"Katakan, Drake. Kami tidak akan marah." tangan Mom yang hangat menepuk pundakku.
"Aku ingin, ehm. Aku ingin--"
Tok. Tok. Tok.
Mom yang melihat perubahan raut wajahku hanya tersenyum dan berjalan ke pintu depan. Dad mendekat dan mengelus rambut pirangku yang berantakan.
"Luce, Drake, kemarilah kalian berdua." teriak Mom dari ruang tamu.
Dad dan aku berdiri lalu berjalan ke depan. Aku sedikit kaget melihat dua orang tamu yang berpakaian yang.. aneh. Satu laki-laki dan satu perempuan. Dad duduk didepan para tamu tersebut sedangkan aku berdiri disisi kanan Dad.
Mom kebelakang mengambil minum. Setelah beberapa menit dalam keheningan yang canggung, Mom kembali membawa nampan berisi gelas dan cemilan pagi. Lalu Mom duduk disebelah Dad.
"Draco Lucius Malfoy?" tanya salah satu dari mereka yang berperawakan kakek-kakek dengan jenggot perak yang panjang nan tebal sambil tersenyum kearahku.
"Iya," jawabku sambil tersenyum.
"Selamat pagi. Ada apa gerangan anda berdua datang kemari?" Dad membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Draco Malfoy and the Philosopher's Stone || Dramione
FanfictionDraco Malfoy hanyalah seorang lelaki berumur 11 tahun. Tiba-tiba, dua orang misterius datang dan memperkenalkan diri mereka sebagai 'penyihir' serta meminta Draco untuk masuk dan belajar di sekolah sihir terhebat sepanjang masa, Hogwarts. Kalian tah...