5. Can I?

18.2K 612 18
                                    

Playlist;
Rita Ora - Body on Me

One month later.

Senyuman kecil mengembang begitu Steven menginjakkan kakinya di Singapura. Lelaki itu baru saja keluar dari bandara dan berniat menuju salah satu restoran untuk menemui seseorang.

Selang 35 menit didalam taksi, Steven turun setelah membayar taksi. Dia melangkah masuk menuju restoran dan langsung memesan tempat duduk. Barang-barangnya sudah dikirim menuju Indonesia.

Benar, Steven akan pulang ke Indonesia. Dia tidak bisa terlalu lama meninggalkan Vero disana, kandungan wanita itu sudah menginjak 3 bulan, dan disaat seperti ini Steven ingin ada di sisinya. Untuk melindungi dan merawat Vero.

"Steven boo!!" Suara yang berasal dari sosok wanita didepannya ini, berhasil membuat telinga Steven tidak berfungsi sementara.

Dia segera duduk di depan wanita itu dan memberi tatapan datar. "Aku merindukan pelukan." Steven beranjak berdiri saat memberikan sosok ini sebuah pelukan singkat.

"Apa kau tidak bisa sopan sedikit kepada Kakak mu Steven?" Teresa mulai jengkel. Dia menatap adiknya yang masih saja memasang ekspresi datar.

"Biarkan saja dia. Hei Bung, aku tidak akan memberikan pesanan mu."

"Marco! Sekarang kau berpihak pada siapa hah?" Tere berteriak marah kepada suaminya. Sedangkan lelaki itu hanya tertawa sambil menciumi pipi anak mereka.

"Hentikan." Steven menghembuskan napas. "Pertama, aku akan menggendong keponakanku dulu." Steven mengulurkan tangannya kearah Marco. Dengan hati-hati Marco menyerahkan anaknya ke pelukan Steven.

"Dia sangat tampan, seperti pamannya." Steven. memandangi anak laki-laki yang baru berusia 1 tahun ini dengan gemas. Memang benar, anak ini sangat mirip dengan Steven. Mata birunya, hidung, hingga bibir. Yang membedakan hanyalah rambut, dia memiliki rambut coklat terang seperti Marco.

"Dia itu anakku. Tentu saja tampan seperti ku." Marco berdecak tak terima.

"Dasar pria. Oh ya, kau akan pulang ke Indonesia 'kan?" Tanya Tere sambil mengambil ahli putranya dari tangan Steven.

"Tentu saja. Dan aku berharap agar bisa membawa Hunter bersamaku."

"Tidak boleh! Hunter ku yang tampan ini akan ikut kami kembali ke New York"

Steven tidak menjawab kalimat Tere. Dia memilih untuk menggoda Hunter yang sedang sibuk memasukkan ibu jarinya kedalam mulut. Stev semakin gencar menggodanya, dia tertawa lepas begitu Hunter menjulurkan lidah mungilnya.

Steven bersyukur Tere menikah dengan Marco. Walaupun lelaki itu sudah menghamili kakaknya terlebih dahulu, tapi dia pria yang bertanggungjawab. Setelah mengetahui bahwa Tere hamil, Marco segera menikahinya 1 minggu kemudian. Tentu saja setelah meminta restu dari orang tuanya dan orang tua Tere.

Di umurnya ke 24 tahun, Tere berhasil melahirkan Hunter dengan normal. Seluruh anggota keluarga menangis haru pada saat itu, apalagi Dion--Ayah Steven-- yang tidak menyangka akan menjadi Kakek diwaktu dekat.

Steven mengalihkan pandangan kearah pintu masuk restoran. "Sedang menunggu seseorang?" Tanya Marco, Steven hanya mengangguk.

"Kau mengajak orang lain ke Indonesia? Tapi siapa? Apakah dia rekan bisnismu?" Tere bertanya sambil mengunyah pancake yang sedari tadi ada diatas meja.

Belum sempat Steven menjawab rentetan pertanyaan Tere, seorang wanita berambut hitam menghampiri meja mereka. Napasnya tidak beraturan dan wajahnya terlihat sangat kelelahan.

My Psychopath Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang