Tumpukan Satu

603 38 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dulu, aku amat menyukai senja. Senja itu candu. Memabukkan. Aku hampir cinta mati.

Tiap sore menjelang malam. Aku selalu duduk di barisan paling depan di pelataran rumah.

Ada kau, ada aku, ada kita.

Kau tahu?

Sebenarnya bukan senja yang membuatku jatuh hati. Tapi kau, karena kau ada di sampingku untuk menatap senja;itu yang candu, itu yang memabukkan.

Tapi,

Hari berganti.

Berganti pula rasamu.

Kau bilang, kau pergi sebentar.

Kau bilang, nanti kau akan datang.

Senja-senja berikutnya jadi memuakkan. Tak ada kau, kau pergi dengan kebohongan. Kau lupa janji. Sebentarmu hingga kini tak kujumpai.

Hari berganti, usiaku bertambah.

Tahun berubah, kau tak juga kembali.

Hingga aku tahu diri,

Mungkin caraku mencintaimu salah.

Sekarang,

Aku jatuh diam-diam di tengah malam.

Mengadu tentangmu padaNya.

Tentang kita,

Di batasan senja yang kini kau lupa.

Dulu aku mencarimu di bumi,

Kurasa kau amat jauh.

Sekarang kucari kau di langit,

Semoga kau kembali.

Batam, 26 Desember 2016

Tumpukan Rasa Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang