Aku sudah sempurna merasa hilang arah dan tujuan. Lari ke sana ke mari tanpa tahu apa yang akan aku genggam.
Pagiku hanya berisi rutinitas antara berimajinasi dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Berputar-putar. Berenang. Menyelam. Dan menepi juga di perbatasan antara kalimat dan paragraf.
Aku memang menyekat duniaku.
Yang hanya ada aku, imajinasiku dan seluruh rangkaian anak-anak ide yang kutuangkan lewat cerita. Hanya itu yang kumampu. Hanya dari sana aku bisa memeluk siapa saja yang tak nyata.
Hingga,
Hadirmu membebaskanku dari imajinasi.
Kau membuatku berani menarik mimpiku menjadi satu kenyataan.
Kau membuatku memulai babak baru. Episode satu. Rangkaian pertama. Tumpukan teratas. Aku terjun dalam dunia nyata dan berani membuka mataku lebar-lebar.
Setelah aku mengenalmu,
Aku merasa dikendalikan remote control baru. Hidupku sedikit merasa lapang, daguku naik satu senti, tubuhku berdiri tegak dan mataku penuh sorot kepercayaan.
Maka, aku bisa bilang....
Kau sudah membebaskanku dari budak ilusiku sendiri....
Kau tak akan pernah sadar jika kau sudah menggantungkan senyummu pada seseorang
Sebelum kau merasakan hampa ketika dia
tak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumpukan Rasa Dalam Aksara
PoetryMari Duduk bersamaku di batas senja Sambil membuka lembaran-lembaran cerita kita yang telah menua Ini bukan apa-apa Kau bisa saja menganggapnya tak ada Ini hanya ungakapan sebuah rasa Yang tak terucap oleh lidah Bacalah Barangkali kau bisa memah...