Satu hari ketika aku tahu kau sudah termiliki. Rasanya aku mau mati saja. Rasanya aku mau mengakhiri hidup saja. Tapi itu berlebihan kupikir, jadilah aku hanya mencerca diri karena jatuh pada hati yang sudah ditempati.
Aku tak tahu,
Kenapa cinta dan rasa selalu hadir kepada orang yang di luar kendali. Dalam waktu juga yang tak bisa dikondisikan.
Aku mana bisa menyalahkanmu, toh, kau juga tak pernah memberikanku harapan apapun. Hanya saja kepalaku sudah penuh ambisi-ambisi mengerikan. Inginkan kau ada—dengan keras kepala.
Kau sudah termiliki.
Itu yang selalu aku ratapi. Tapi kembali lagi nalarku mebangunkan seluruh jiwaku yang kadung tak tahu diri. Memangnya, jika kau tak termiliki, kita akan bersama? Itu yang berputar-putar di kepalaku bagai gasing yang memporak-porandakan isi kepala. Akupun terdiam.
Jika kau tak termiliki,
Apa kita juga akan bersama?
Jawab!
Tidak? Baiklah. Aku saja yang besar kepala.
Jika saja aku mampu. Aku yang menarikmu keluar dari isi kepala.
Tapi kau malah berputar di sana dengan tak tahu diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumpukan Rasa Dalam Aksara
PoesieMari Duduk bersamaku di batas senja Sambil membuka lembaran-lembaran cerita kita yang telah menua Ini bukan apa-apa Kau bisa saja menganggapnya tak ada Ini hanya ungakapan sebuah rasa Yang tak terucap oleh lidah Bacalah Barangkali kau bisa memah...