30DWC JILID 20 - DAY 6 - Bila Air Mata itu Bahasa

26 2 0
                                    

Ada suatu waktu, sudah merasa frustrasi, tetapi tidak bisa menangis. Tidak bisa melepaskan segala sesak dengan air mata. Bila benar air mata adalah semacam bahasa. Maka, aku telah sering kehilangan bahasa dalam hariku. Bagaimana bisa? Juga tidak tahu.

Perasaan tidak aman, tidak melulu dianggap hal menarik untuk didengarkan. Banyak manusia pada lingkupku, yang tidak paham apa-apa soal was-was yang menggelayutiku. Rasa trauma atas sesuatu menyakitkan, yang selalu kudapat dengan cara yang sama, juga tak banyak yang tahu. Aku tidak suka bersedih, tetapi pikiranku yang berbicara demikian.

Aku merasa baik, tetapi ada ledakan dalam diri yang membuatku terurai, berkeping lebih dari seribu rupa. Orang-orang lebih sering melihatku dari fisik yang seolah tangguh, dijejalkan kata-kata, "kau kuat, jalani saja." Padahal setengah mati, aku menjalani sehari macam melewati laut yang maha luas, gelagapan ingin sekalian saja tenggelam.

Kalau ada yang berteriak memintaku untuk tidak menyerah, aku sudah meneriaki diri sendiri lebih kencang dari teriakannya. Kadangkala bahasa tidak membantuku untuk melewati satu jam lagi, kadangkala kehilangan bahasa dan cuma membisu adalah hal paling baik. Entahlah, menjadi jiwa yang terombang-ambing di ujung keyakinan untuk tetap hidup atau menyerah, sangat sulit membedakan yang mana benar-benar sebuah harapan dan mana yang cuma khayalan.

Di balik gundah gulana yang kurasa, akan ada satu dua detik dalam 24 jam milikku berisikan percaya untuk terus melaluinya. Semoga yang kala ini, bukan cuma keinginan menyerah, yang dipercaya-percayakan.

#30DWCJiIid20 #Day5Jilid20

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tumpukan Rasa Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang