Bagian 5

28 1 0
                                    

*DIRUMAH DITO*

"Hey, kamu darimana aja? Kok jam segini baru pulang?" Bentak Mamah melihat Dito yang baru saja datang dengan pakaian yang sudah lusuh.

"Dari sekolah lah, Mah." Jawab malas Dito.

"Gak mungkin pulang sekolah jam segini! Pasti kamu buat ulah lagi."

"Bukan salah Dito, Mah."

"Bukan salahmu darimana? Papah selalu dipanggil kesekolah sama Miss Aisha karena tingkah kamu yang makin hari makin nakal."

"Tapi, Mah.." Ucap Dito terpotong.

"Tapi apaan? Gak ada tapi tapian! Kamu kenapa sih gak bisa kayak kakak kamu? Nurut dikit kalau Mamah bicara!"

"Aku ya aku, kakak ya kakak, kita beda, Mah! Aku udah SMA, bukan anak kecil lagi! Gak perlu dilarang buat ngelakuin ini itu, aku cuma mau bebas, aku cuma mau perhatian dari Papah sama Mamah!" Nada Dito mulai meninggi.

"Mamah ngelakuin ini karena Mamah sayang sama kamu!"

"Tapi gak harus gini kan caranya? Aku mau jadi yang aku mau, Mah, bukan yang Mamah mau. Tolong ngertiin aku, Mah. Dari kecil sampai SMP, Dito mencoba turutin apa yang Mamah mau, tapi Dito ngerasa itu bukan jiwa Dito!"

"Berani ya kamu sekarang bentak Mamah!"

"Bukan ngebentak, Mah, tapi Dito.." Ucap Dito terpotong.

"Pokoknya besok kamu gak boleh telat pulang lagi."

"Terserah Mamah ajalah, Dito capek, Dito mau kekamar dulu." Dengan perasaan yang campur aduk, Dito menuju kamarnya.

"Udahlah, Mah, Tasya tau perasaan dia, dia cuma lagi butuh waktu buat sendiri aja." Ucap Tasya yang ternyata daritadi mendengar percakapan mereka.

"Tapi Mamah cuma mau dia jadi seperti kamu." Ucap Mamah meneteskan air mata.

"Udah, Mah, gak usah nangis. Biar Dito bebas aja, Tasya yakin kok dia bisa banggain Mamah sama Papah lebih dari Tasya." Mamah tak berbicara apapun, hanya air mata yang terus membasahi pipinya. "Mamah jangan nangis ya, biar Tasya yang bicara pelan-pelan sama Dito." Tasya mengusap air mata Mamah dan langsung menuju kekamar Dito.

*DIKAMAR DITO*

Tok.. tok..

"Siapa?" Ucap seorang lelaki dari dalam kamar.

"Ini kakak, Dit. Tolong buka pintunya sebentar." Ucap Tasya sambil tetap mengetuk pintu kamar Dito.

"Mau ngapain sih? Males ah."

"Buka pintunya, Dit, kakak mau bicara sebentar."

"Bicara apaan? Gue lagi males bicara sama siapa-siapa."

"Kakak mau bicara sebentar aja, buka pintunya dong." Akhirnya Dito pun membuka pintunya.

"Bicara apaan?" Ucap Dito malas dan masih mengenakan seragam.

"Didalam aja ya." Mereka pun masuk kedalam kamar Dito.

"Dit, kamu kenapa sih?" Tasya mengawali pembicaraan.

"Kenapa apaan?"

"Iya  kenapa? Apa disekolah lagi ada masalah?"

"Kagak, Gue lagi capek aja."

"Tadi kenapa gak langsung pulang kerumah?"

"Tadi Gue main dulu, Gue males pulang cepat kerumah. Diomelin mulu."

"Emm. Harusnya tadi kamu bicaranya pelan-pelan aja sama Mamah."

"Tapi Gue gak suka dikekang, Kak! Gue cuma mau bebas kayak teman-teman Gue yang lain!"

"Iya kakak tau, tapi.." Ucap Tasya terpotong.

"Tapi apaan lagi sih, Kak? Emang Gue salah kalau mau bebas? Gue capek harus dibanding-bandingkan terus sama kakak! Gue tau Gue kagak bisa seperti kakak yang berprestasi, tapi setidaknya Gue bisa jadi diri Gue sendiri itu lebihbaik bukan?"

"Iya kakak tau itu. Mamah cuma mau kamu jadi yang terbaik."

"Kakak gak jauh beda sama Mamah!"

"Bukan gitu, Dit. Kakak ngerti kok yang sekarang kamu rasain. Tapi walau begitu kamu harus tetap hormat dan sayang sama orang tua. Kakak yakin kok kamu bisa jadi diri kamu sendiri, kakak dukung 100%. Tapi kamu harus menyeimbangi keinginan kamu untuk jadi diri kamu sendiri dan kewajiban kamu untuk tetap hormat sama orang tua."

"Emm. Makasih, Kak, udah mau ngedukung aku, udah bisa ngertiin aku. Aku bersyukur punya kakak yang seperti ini." Dito memeluk Tasya.

"Iya sama-sama. Mulai sekarang ingat ya yang tadi kakak bilang."

"Siap, Kapten." Mereka berdua tertawa.

*SKIP*

*KEESOKKAN HARINYA*


Maaf kalau gak nyambung, jelek, atau ceritanya pendek:(

Makasih yang udah mau baca:)

Jangan lupa Vote ya;) Kritik sarannya ditunggu:)

This All For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang