Tiga orang yang ingin kubunuh jika membunuh itu tidak dosa dan tidak melanggar hukum adalah: sepupuku Valenina si wanita ular, mantan pacarku Marcello si buaya muara, dan mas mas 'audi' driver transportasi online yang ngeselin setengah mati
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu kapan pulang Raina? Rumah udah ramai lho, Vale ama Cello juga udah datang dari Bandung, masa kamu yang dari Jakarta aja belum datang"
Ini sudah kelima kalinya mama menyanyakan kapan aku pulang hari ini. Astaga....bahkan sekarang baru jam tiga sore, masih sejam lagi dari jam pulang normalku.
"Ini masih jam tiga ma, Raina anak baru lho ma, sebulan kerja aja belum ada, nggak enak dong kalo udah belajar bandel" jawabku santai
"Mama kan nggak nyuruh kamu bandel sayang, mama cuma nanya kapan kamu pulang"
Lagi lagi aku hanya bisa mengelus dada mendengar jawaban mama, "Mama udah nanya ini ke Raina lima kali lho ma, dan jawabannya selalu sama, nanti Raina pulang jam empat mama ku sayang"
"Naik taksi aja oke, mama nggak suka kalo kamu pulang naik mobil sendiri atau desak desakan naik krl di jam pulang kantor"
Mamaku memang terkadang lebay. Bukan terkadang sebenarnya, tapi selalu lebay. Umurku sudah 22 tahun dan mama masih memperlakukanku seperti balita.
"Oke mamaku sayang, Raina lanjut kerja oke ma, biar Raina bisa cepat pulang"
"Raina bentar jangan ditutup dulu, emang kamu serius nggak bisa bawa pasangan malam ini? Vale ama Cello makin lengket lho sayang, kamu nggak iri emangnya?"
Aku mendengus kesal. Aku memang agak sensitif jika mama atau siapapun membahas tentang betapa mesranya sepupuku yang aku pikir jiwanya tertukar dengan ular betina dengan tunangannya yang notabenenya mantan pacar enam tahunku si siluman buaya muara.
"Ma, sejak kapan anak lima tahun diwajibkan datang ke acara keluarga bawa pasangan?"
"Astaga Raina, kamu udah 22 tahun lho sayang, udah bukan mahasiswa lagi juga sekarang"
"Tapi mama memperlakukan Raina kaya anak umur lima tahun lho ma," protesku.
Mama tertawa keras di ujung telpon, "Udah dulu deh, nanti cookies mama gosong kalo keasikan ngobrol sama kamu. Wassalamualaikum sayang"
Tanpa menunggu jawaban salam dariku mama sudah terlebih dahulu mematikan telponnya. Aku senyum senyum sendiri gara gara kebiasaan buruk mama satu itu.
Sebenarnya pekerjaanku sudah selesai dari tadi, tapi karena aku karyawan baru dan bukan orang yang banyak tingkah aku tetap di kantor walaupun banyak karyawan yang sudah pulang terlebih dahulu, mengingat besok adalah long weekend sehingga orang orang lebih memilih untuk tidak berlama lama di kantor. Sesungguhnya aku sudah mulai bosan, yang kulakukan dari tadi hanya menonton vlog youtuber Amerika favoritku dan berselancar di twitter serta instagram.
"Belum pulang Re?"
Aku menoleh dan mendapati manajerku berdiri di belakangku. Namanya Pak Aldi, ganteng dan masih sangat muda. Aku rasa umurnya hanya terpaut lima tahun lebih tua dari aku. Sempat ada kabar burung yang mengatakan jika Pak Aldi menyukaiku, tapi untungnya aku bukan tipe orang yang gampang kepedean dengan kabar receh macam itu.
"Boleh pulang emang pak?" tanyaku polos.
"Kalo udah nggak ada pekerjaan mah pulang aja, yang lain juga sepertinya udah pada pulang. Memangnya kamu nggak mau kumpul sama keluarga kamu Re?"
Aku celingak celinguk ke kubikel di sekitarku yang memang sudah ditinggalkan pemiliknya sejak tadi.
"Kalo gitu saya pulang aja deh pak"
"Mau saya antar pulang Re?"
"Nggak perlu pak, kebetulan saya mau pulang ke Bogor," tolakku halus.
"Oke Rere, saya duluan kalo gitu"
Sepeninggalan Pak Aldi aku mulai membereskan kubikelku dan memesan mobil jemputan dari aplikasi tranpostasi online yang sekarang sedang menjamur. Mataku membulat ketika mengetahui mobil yang akan menjemputku adalah Audi R8. Seingatku aku tidak memesan layanan mobil mewah. Bodo amatlah, jarang jarang juga kan.
Aku segera turun ke basement setelah driver mobil yang akan aku tumpangi menelpon dan mengatakan akan menungguku di basement. Sebenarnya hatiku sedikit berdesir membayangkan pertemuanku dengan mas mas driver yang dari fotonya saja aku tau jika masnya ganteng, selain itu suara dalam masnya ketika tadi menelponku bikin aku ingin telanjang saat itu juga. Aku tertawa sendiri menertawakan betapa konyolnya pikiranku.
Setelah memastikan plat mobil yang ada di hadapanku sesuai dengan plat mobil yang ada di aplikasi, aku mengintip ke dalam mobil yang mempunyai kaca gelap itu. Niatku yang ingin mengetuk kaca mobil terhenti ketika samar samar aku melihat bayangan orang yang sedang berciuman di dalam mobil. Asatagaaaa....biarpun nggak alim alim amat, tapi aku masih cukup shock melihat adegan semacam itu secara langsung di depan mukaku. Nggak lama kemudian kaca mobil di dekat kursi kemudi diturunkan, mataku langsung bertemu dengan mata biru gelap mas 'audi' yang entah siapa namanya aku lupa.
"Mbak Raina?" tanyanya
Aku nggak segera menyahut karena semakin shock ketika menyadari wanita yang duduk di samping kursi kemudi adalah mbak Lolita, resepsionis kantorku. Wanita ular piton yang judesnya setengah mati pada wanita wanita di kantorku yang masuk golongan cantik. Jangan tanyakan gimana sifatnya pada karyawan atau tamu laki laki, senyum ular berbisanya pasti akan menguar kemana mana. Aku sudah membuktikannya di hari pertama aku kerja. Saat itu aku datang ke kantor bersama Mas Rasya, kakak iparku karena kebetulan Mas Rasya akan bertemu dengan Pak Aldi dan temannya yang lain. Saat itu Lolita mengucapkan selamat pagi dan menyapa ramah Mas Rasya sambil tersenyum sok cantik, sedangkan ke arahkku si wannita ular piton itu hanya tersenyum miring meremehkan. Cihhh....aku juga nggak butuh senyum berbisanya. Tapi tetap saja rasanya saat itu aku ingin melempar si Loli Loli itu dengan palem botol yang tadi menyambuutku dengan ramah di depan pintu.
Kembali lagi pada Lolita yang entah habis melakukan apa dengan mas audi sehingga rambutnya tampak berantakan dan dua kancing kemejanya terlepas secara mengenaskan. Wanita ular piton satu itu mengecup manja pipi mas audi sebelum akhirnya enyah dari hadapanku. Sedangkan mas audi tampak nggak peduli dan masih tersenyum ramah ala driver driver lain yang biasa aku tumpangi ke arahku. Hmmmm...sekarang rasanya aku ingin muntah melihat muka mas audi. Ganteng sih, bahkan jauh lebih ganteng daripada di foto, tapi membayangkan apa yang sudah dia lakukan bersama si Loli tadi membuat aku ingin menjedotkan muka ganteng masnya ke tembok agar segera insyaf.
"Kok duduk di depan mbak?" tanyanya ketika aku sudah duduk di samping kursi kemudi.
"Saya nggak biasa duduk di belakang. Pusing," jawabku jutek, terlalu malas untuk berkomunikasi dengan mas mas audi ganteng satu ini.
"Whateverlah"
WTH! Seingatku mas mas di sampingku ini tadi ramah. Kenapa sekarang jadi jutek gini diiiihhhh. Dasar penuh kepalsuan.
Suara ketukan di jendela terdengar ketika aku baru saja menyelesaikan urusan bayar membayar. Mas audi yang sampai sekarang belum kuingat siapa namanya lantaran aku terlalu malas membuka aplikasi transportasi online langgananku hanya untuk sekedar tau namanya menurunkan kaca jendela. Wajah sumringah mama dan Mbak Alin terlihat begitu kaca jendela terbuka.
"Tuh kan mbak, tebakan mama nggak pernah meleset, Raina pasti bawa pasangan malam ini," ucap mama ke mbak Alin yang berhasil membuatku melongo. Pasangan mama bilang? Demi Tuhan....aku lebih baik dikutuk jadi batu.
"Ma...dia bukan pasangan Raina," protesku.
"Ah kamu ini masih aja malu malu, ayo turun yuk ganteng,"
Dan semuanya berlalu dengan cepat. Mama memaksa mas mas audi ganteng untuk turun dan menggandeng ia masuk ke dalam rumah. Astaga...kesialan macam apalagi ini. Bahkan aku aja lupa namanya ya Allah.
TBC
Jangan lupa vote dan comment ya guys. biar aku semangat nulisnya :)