Deletion: Four

1 0 0
                                    

     Shindairo "Barat", "Selatan", "Pusat", dan "Timur" adalah nama-nama bagian Kota Shindairo yang hanya tampak pada mata biasa. Bagian pusat diisi dengan jalanan berapal mulus yang dipadati dengan kendaraan penyebab polusi dan gedung-gedung tinggi berupa kantor dan apartemen kelas menengah ke atas. Tempat itu adalah daerah bisnis. Kantor Terra terletak di sana. Bagian selatan, timur, dan barat biasanya diisi dengan perumahan yang lebih sederhana dibandingkan bagian pusat, untuk keluarga kelas menengah ke bawah—rumah berlantai satu atau dua, beberapa wilayah hutan, dan beberapa wilayah persawahan atau perkebunan. "Utara" adalah julukan yang sudah menjadi identitas bagian kota yang lebih tinggi, wilayah mewah tempat penguasa tinggal. Berkaitan erat dengan kata "penguasa", tempat itu khusus untuk mereka yang terlahir di keluarga berstatus tinggi. Beberapa orang menyebutnya sebagai "Surga" dengan nada mencemooh.

Dan, tentu saja, jika di sana ada surga, di sana juga ada neraka.

Adrian Pearce memukul lengan Dimitri ketika pria yang lebih tinggi darinya itu tiba-tiba berhenti berjalan dan sibuk memperhatikan sesuatu yang terjadi di ujung ruangan. Ia mengabaikan tatapan-tatapan orang di sekitarnya yang ngeri setengah mati akibat tindakannya. Adrian kemudian menarik lengan baju Dimitri, menuntun pria tersebut ke arah yang benar. Orang-orang di sekitar mereka cepat-cepat menyingkir ke samping, memberi jalan. Adrian memutar bola matanya. Ketenaran Dimitri pada Void—"neraka" kota ini—benar-benar keterlaluan.

Pada wilayah yang tidak sibuk terpaku pada sosok "orang terkuat di Shindairo", ratusan orang sedang menari di atas lantai dansa, diiringi musik yang menghentak-hentak. Mereka kelihatan seperti ikan sarden yang dijejalkan hidup-hidup ke dalam kaleng—menggelpar-gelepar namun tampak mati bagi Adrian. Seisi ruangan berkedap-kedip dalam warna yang bisa membuat orang normal kena epilepsi dadakan. Bau keringat yang bercampur dengan puluhan wangi parfum dan cologne yang berbeda, alkohol, serta asap rokok membuat Adrian ingin muntah.

Berkebalikan dengan Adrian yang menyembunyikan wajahnya dengan topi hitam-merah dan kerah jaket kulit yang diangkat ke atas, pria lebih tua dua tahun di sebelahnya ini tampak santai-santai saja jadi pusat perhatian. Penampilannya persis seperti biasa. Yang paling mencolok adalah rambut gelapnya yang dikuncir satu—kecuali seuntai rambut yang terjuntai di sebelah mata kanannya—dan mata kuning keemasannya.

Mata itu tiba-tiba menatap ke arah Adrian. Adrian menatapnya balik, penuh tanda tanya. Musik di neraka terlalu kencang untuk ditembus.

Dimitri mengisyaratkan sesuatu dengan tangannya. Menyadari artinya, Adrian menginjak kaki Dimitri dengan ganas, meski ia tahu itu tidak akan menyakiti si pemuda. Di latar belakang, orang-orang yang masih menonontoni mereka terkesiap. Dengan kasar, Adrian membalas permintaan Dimitri dengan bahasa isyarat yang sama. Balasannya itu berupa : "Jangan berpikir untuk santai dulu! Kalau kita gagal, kubunuh kamu." Dimitri mengangkat alisnya. Kemudian, ia mengepalkan tangannya dan melayangkannya ke arah Adrian.

**

Lloyd bersin.

Pemuda berusia dua puluh dua tahun tersebut sudah kembali ke kamarnya pada lantai tiga, meninggalkan Terra dan Orion bersama pria yang Orion gotong di lantai dua. Sekarang, yang menemani Lloyd adalah Devon—yang sedang bermain PSP di pojok ruangan—dan Revell—yang juga sedang sibuk dengan buku tebalnya. (Buku dan PSP? Ironis.)

Sebagai "anak buah" Terra yang baru, Lloyd sudah berkenalan dengan Devon dan Revell. Di antara keduanya, Revell-lah pemilik penampilan yang paling normal. Wanita sebaya Terra tersebut mengklaim sebagai orang kedua paling tua pada "aliansi" mereka, setelah Dimitri yang dua puluh tujuh tahun, dan merupakan wakil Terra. Ia memiliki rambut hitam lurus yang mencapai pinggang, namun tidak rata, seakan-akan seseorang sering mengambil segenggam rambutnya dan mengguntingnya asal-asalan dalam satu "snip". Pada telinganya tergantung anting-anting hoop berbentuk lingkaran halo tipis dari emas—diameternya mencapai lima senti. Kulitnya putih tanpa cela dan ia memakai lensa kontak ungu. Mata kirinya nyaris tertutup poni samping yang dipotong sedikit di bawah alis. Senyum sopan yang juga terlihat santai membuatnya tampak lebih muda dari Terra, kalau tidak dikacaukan pakaian ketat atau lateksnya yang serba hitam dan ungu tua.

Lament in GrayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang