Deletion: Two

4 1 0
                                    

     Lloyd ketakutan.

Selain pada kenyataan kalau ia baru saja diculik, penculiknya adalah dua orang yang mengerikan. Salah satu dari mereka adalah pria bertubuh tinggi dan maskulin, dengan kulit putih dan rambut hitam lurus yang panjangnya sedikit melebihi telinga, poni disisir ke belakang, serta ditutupi oleh topi pelaut—atau pilot—hitam. Pakaiannya serba hitam kecuali kemejanya. Dasinya dihias oleh kancing-kancing warna warni berbentuk bintang, bunga, hati, bundar, dan muka kelinci, yang menurut Lloyd ganjil—terutama muka kelinci pink itu­­. Menurut apa yang ia tahu, orang ini dikenal sebagai Orion.

Penculiknya yang satu lagi memperkenalkan dirinya sebagai Adrian. Laki-laki itu juga tidak kalah.... mengitimidasi, meski ia tidak setinggi dan semaskulin Orion. Kulitnya sedikit lebih kecokelatan dari Orion, dengan poni dari rambut merah tua yang menutupi mata kirinya. Matanya yang tampak—yang berwarna biru es—kelihatan indah namun sama ganasnya dengan mata abu-abu milik Orion. Ia memakai pakaian kasual—jeans bitu, T-shirt, sepatu kets—bersama dengan jaket kulit merah sepinggang.

Ketakutan Lloyd pada kedua pria tersebut hanya bisa bertambah ketika ia secara harfiah dibawa pergi via mobil menuju sebuah gedung berlantai tiga dan dipaksa masuk. Sekarang, di sinilah dia, duduk pada sebuah sofa pada lantai kedua gedung yang berpapan nama "Kantor Carlouise".

Karena itulah, Lloyd lebih kaget lagi ketika seorang perempuan berpiyama dengan mata dan kulit yang sama warna dengan milik Orion, poni dibelah tengah dan rambut pirang keoranyean panjang yang dikepang berantakan, menghampirinya dan memperkenalkan diri sebagai Terra Calouise, pemilik dan bos kantor itu. Apakah seorang bos boleh kelihatan seberantakan ini? Lloyd melihat ke bawah dan berusaha memutuskan apakah kaus hijau dan celana piyama abu-abu muda polosnya itu bisa dibilang sopan atau tidak.

Terra mengajaknya "berbincang-bincang". Mereka ditemani oleh Robin, gadis berusia dua puluh empat tahun—Lloyd lebih muda dua tahun darinya—yang memiliki rambut biru tua berantakan yang hanya mencapai dagunya. Ia mengenakan kaus hitam longgar dan celana panjang hitam dari bahan. Jaketnya berwarna biru muda dan tampak empuk, serta agak kebesaran dan nyaris mencapai lutut. Pada kedua telunjuknya terdapat dua cincin perak tebal. Seperti Adrian, mata kirinya ditutupi oleh poni rambut. Yang membedakan muka mereka adalah senyum ceria Robin dan kacamata berbingkai abu-abu tipis yang ia kenakan, serta mata biru es Robin yang meski berwarna sama, tidak tampak.... "secerah" Adrian.

Robin membetulkan letak kacamatanya dan mengayun-ayunkan kakinya, menatap Lloyd dari tempat duduknya yang berupa meja kerja yang kelihatannya milik Terra (Lloyd tahu dari tingkat keberantakan furnitur tersebut). Terra, sementara itu, duduk pada kursi di balik meja.

Lloyd tahu ia tidak seharusnya mengatakan ini, namun rasa penasarannya menang, "Kau kelihatan mirip.... Adrian."

Robin tersenyum lebar. "Yep. Dia kakakku."

Lloyd menoleh dan dengan ragu berkata pada Terra, "Dan kau.... kelihatan mirip Orion."

Terra menaikkan sebelah alisnya. "Ya. Dia adikku."

Mantap, pikir Lloyd. Dua saudara perempuan dari dua laki-laki yang menculikku kini sedang menginterogasiku. Rasanya Lloyd ingin sayonara bye-bye saja dari sana.

"Orion ada di luar. Jadi, kalau kau mau kabur, aku tidak akan menghambatmu," kata Terra.

"Oh, ayolah Terra. Jangan menakutinya," pinta Robin.

Lloyd mengerjap bingung. Apakah Robin merasakan kegelisahannya?

Robin menoleh pada Lloyd dan tersenyum menenangkan. "Orion baik pada orang-orang yang bukan musuhnya, kok. Jangan khawatir."

Lament in GrayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang