Memoirs: Orion

1 0 0
                                    

"Jadi, kapan kau ulang tahun?"

Orion menengadahkan kepalanya, keningnya berkerut dalam-dalam. Berdiri di sebelah kursi tempatnya duduk, seorang gadis yang sekelas dengannya menatapnya balik—atau lebih tepatnya, menatapnya dari balik kacamatanya. Ia memiliki rambut hitam panjang yang diikat dua. Poninya menutupi mata kirinya.

"Apa yang kau mau?" Orion bertanya, benar-benar tidak mendengar apa yang gadis berseragam sejenis dengannya itu katakan.

"Datamu. Aku butuh datamu," kata gadis itu, ramah. Ia melambaikan kertas yang beberapa hari lalu pernah diisi Orion dengan informasi pribadinya. Tangan yang satunya lagi memegang pulpen hitam. "Kau tidak menuliskan ulang tahunmu. Di sini hanya ada tahunnya saja."

Orion menatap kertas yang ia lambaikan, berharap kalau kertas tersebut akan hangus di tempat. Sekolah bukanlah tempat yang cocok untuknya, terutama karena ia harus—dipaksa—berinteraksi dengan orang-orang yang tidak ia kenal. Kalau tidak karena bujukan Terra, dari awal ia tidak akan berada di tempat ini. "Pendidikan itu esensial untuk bertahan hidup di Shindairo, Orion," begitu katanya. Terra adalah seorang jenius—tanpa kuliah pun, ia mampu menghidupi Orion, Yuna, dan dirinya sendiri setelah lab milik si Bajingan bangkrut. Menyediakan mereka makanan, rumah, dan obat.... Terra bahkan repot-repot mengajarinya seluruh pengetahuan dasar yang Orion perlukan sebelum Orion masuk SMA—Orion masuk terlambat. Jika bukan karenanya dan Yuna, Orion tidak akan—

"Woah," kata si Gadis, tertawa kecil. "Kau bad mood, ya?"

Orion mengalihkan pandangannya kepada si Gadis. Kenapa ia terlihat senang sekali? Tidakkah ia muak dengan semua orang ini? Semua omong kosong tentang "teman sekelas" ini?

"Bagaimana kalau aku tidak tahu tanggal ulang tahunku?" adalah jawaban Orion.

Ia tidak berbohong, namun Orion tidak menduga kalau gadis itu akan langsung percaya. Oh, ia tahu kalau gadis tersebut percaya dari sinar pada kedua matanya. Tapi tidak, Orion tidak akan berbicara kepadanya mengenai masa lalunya. Mengenai lab tempat Orion diubah menjadi seekor monster yang sanggup membelah tembok jadi dua, mengenai Terra yang sanggup mengangkat benda-benda dengan pikirannya semata, tentang Yuna yang lemah karena kekuatan supernaturalnya memakan tubuhnya hidup-hidup, tentang bagaimana mereka bertiga hidup bersama layaknya keluarga di lantai empat belas sebuah apartemen bagus setelah lab yang mengurung mereka bangkrut, dua bulan yang lalu, dan tentang bagaimana percobaan yang ditimpakan kepadanya membuat Orion lupa beberapa hal mengenai dirinya, berikut dengan ulang tahunnya.

Orion sudah pernah bertanya pada kedua saudara perempuannya, namun Terra tidak ingat, dan Yuna sendiri bahkan sering tidak ingat kalau ia masih hidup. Ia sering lupa untuk makan, lupa kalau ia perlu tidur, dan kadang lupa bernapas.

Lamunan singkat Orion dibuyarkan oleh gadis berkacamata di dekatnya, yang tersenyum makin lebar dan berkata, "Kalau begitu, kau buat saja tanggal ulang tahunmu yang baru!"

Orion nyaris tersedak ludahnya sendiri. "Apa?"

"Kau dengar aku. Kita buat tanggal ulang tahun baru buatmu! Seru, kan?"

Orion menatapnya seakan ia adalah alien dari Mars. Tidak, Mars saja tidak cukup. Tidak cukup aneh. Pluto lebih cocok.

"Horoskopmu apa, Orion?" si Gadis terus berbicara. "Oh, kau tidak tahu, ya. Bagaimana dengan Capricorn? Taurus? Virgo? Scorpio? Atau kau mau sama denganku saja, Pisces? Atau kau mau Gemini saja? Tidak, tidak, kau kelihatannya dewasa sekali, jadi kupikir kau cocok jadi Capricorn atau Scorpio. Kakakku sudah Virgo, jadi kau harus pilih yang lain."

Orion mengangkat tangannya, meminta gadis tersebut untuk mengerem sejenak. "Memangnya aku bisa membuat tanggal ulang tahunku begitu saja?" Ia tahu gadis tersebut adalah utusan guru mereka untuk mengumpulkan data-data murid kelas, jadi kalau Orion sembarangan, mereka berdua bisa kena masalah.

Lament in GrayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang