Bab 1 Barbie Giant

86.4K 6.9K 341
                                    

"Aman?"

"Aman. Aku lompat dulu."

"Iya, Nit. Tinggi banget tembok di sini. Hufttt."

Nita memanjat tembok setinggi dua meter dengan kesusahan karena membawa boneka beruang besar. Oleh-oleh pacarnya yang baru pulang. Untung saja ada sebuah tangga yang diletakkan entah siapa tadi. Barangkali yang meletakkan tangga kayu ini juga sedang kabur dari pesantren.

"Far, Ayo! Lompat! Sebelum ketahuan keamanan pondok."

Farah menatap ngeri tanah di bawahnya. Rasanya pasti akan sedikit sakit. Tapi, mengingat senyum David tadi, dia rela saja. Anggap saja ini pembuktian cinta, pikirnya lalu tertawa.

"Adduuhh!" ternyata senyum pacarnya tidak cukup mempan mengusir rasa sakit akibat jatuh. Farah memaki dalam hati.

"Hai, adik-adik cantik, apa kalian butuh dibawa ke ruang kesehatan pondok? Sepertinya pantat kalian nyeri." Seorang gadis menyedekapkan tangan. Meskipun dia memberi senyum penuh empati, matanya kentara sekali mengatakan "kena kau, kutu kecil!" pada dua orang santri putri yang baru saja kabur dari pesantren.

"Ya Allah, Si Jeyen." Nita mengusap wajah dramatis.

"Atau kalian mau membantuku membersihkan aula?" Yang dipanggil Jeyen memasang wajah nelangsa, mirip artis papan atas yang sedang berakting penuh totalitas melawan penjahat.

"Iya, Mbak. Kami akan membersihkan aula," sahut keduanya bersamaan. Urusan dengan Jeyen selalu rumit kalau dibantah. Lagipula, malam ini mereka tertangkap basah. Jadi, sudah pasti tidak bisa berkelit. Ini sudah tengah malam. Farah sudah capek dan ingin istirahat, begitu pula Nita.

"Oh ya, aku lupa bilang. Bersihkan sekarang atau...." Telunjuk Jeyen mengacung ke udara. Ekspresinya yang keras dan sinis berhasil membuat Nita dan Farah gemetaran. Mereka sudah lupa pada rasa kantuk.

"I-iyaa!" Keduanya berdiri, mau kabur, dan langsung menuju aula. Tapi, tertahan karena Jeyen berdehem.

"Perlu saran jika mau kabur? Tolong, jangan pas malam piketku, ya. Aku ini punya sensor sebaik kelelawar saat matahari terbenam." Ia mengangkat telunjuk lalu menempelkannya di pelipis, berpose menyerupai antena belalang.

Mereka berdua mengangguk-angguk seperti shockbreaker motor yang rusak.
"Baiklah, adik-adik cantik, silakan langsung ke aula dan bersihkan ya. Aku tidaksuka melihat debu pada saat rapat wali santri besok pagi. Assalamu'alaikum." Tutupnya dengan nada manis menusuk.

Begitu dua santri itu tidak terlihat di depan matanya, gadis itu menekan dua sudut bibirnya agar tidak tersenyum lagi.

"Hishh, dasar remaja kelebihan hormon-kekurangan otak, mereka pikir bakal selamat setelah membersihkan aula? Demi cowok yang baru mampu membelikan boneka beruang saja sampai rela kabur. Katanya, demi cinta. Heh..., pacaran itu bukan pengadilan, tidak perlu-lah membuktikan segalanya, sampai melanggar aturan. Memang dengan pacaran bisa membuatmu hapal satu juz Al-Qur'an? Bisa menyulap ijazah tanpa perlu repot ikut ujian? Hisshh!" Dia mengomel sendiri, sebelum akhirnya bergabung dengan teman-temannya yang berjaga di ruang penerima tamu pengurus putri.

***
"Wah! Lobster!" teriak gadis berjilbab hijau limau itu kepada kakaknya yang datang menjenguk membawakan makanan.

"Bukan wah, tapi-" abangnya mencoba meralat.

"Alhamdulillah." Gadis remaja itu mengangkat tangan sejajar dengan bahu dan mulai berdoa.

Ketika matanya terbuka, dia melihat kakaknya tengah fokus pada seorang santri yang sedang menali sandal jepitnya memakai karet gelang.

"Abang pernah lihat Mbak Jeya?"

Pria matang itu menggeleng.

"Dia pengurus bagian keamanan pesantren putri. Namanya Nezaiya Lawaqi'. Wajahnya imut, tapi kelakuannya sangar banget, Bang. Semalam dua temen Nisma kabur dari pesantren dan disuruh membersihkan aula yang mau dipakai rapat nanti. Tapi, setiap kali mereka selesai mengepel, Mbak Jeya datang dengan sandal kumuhnya. Sampai sandalnya putus pagi ini. Karena sikapnya yang nggak kenal kompromi, temen-temen Nisma sering plesetin namanya jadi Jeyen. Giant. Raksasa." Nisma bercerita tanpa diminta. "Ada juga yang nyebut dia Barbie Giant."

Kasyaf (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang