17. Telpon

13.1K 1.1K 4
                                    

Hari ini adalah hari minggu. Hari dimana orang-orang merasa lebih tenang dan lebih rileks dari penat yang ada pada hari yang lalu. Iqbaal kini tengah meregangkan otot-ototnya di atas kasurnya. Ia segera melihat jam disebelahnya, 7.34 . Lalu ia beralih pada ponselnya, ia melihat layar ponsel diisi dengan pemberitahuan ada 3 pesan singkat dari pria kekasih Salsha. Aldi.

Alvaro Maldini
Baal 20.21

Alvaro Maldini
Besok ada acara kagak? Kalo kagak hangout bareng yok? Bareng sepupu gue 20.21

Alvaro Maldini
Bales kunyuk! 21.13

21.13 ia sudah tertidur waktu itu, entah mengapa ia sangat lelah saat waktu menunjukan pukul 19.24 . Mungkin ia terlalu memikirkan alasan mengapa ia melakukan perbuatan isengnya menjadi nyata sehingga membuat badannya terlalu banyak menggunakan energi, membuat semua badan dan juga matanya bekerja sama menyuruh Iqbaal untuk menyerah dan tidur.
Jarinya kini tengah menggeser ponselnya, ia akan menelpon Aldi. Tak perlu waktu waktu lama, setelah Iqbaal menelpon Aldi, disebrang sana Aldi dengan sigap mengangkat telpon dari Iqbaal.

"Hallo, Di"

'Hallo. Ngapain sih lo nelpon gue pagi-pagi buta gini?'

"Pala lo pagi pagi buta, ini udah siang bego! Gue cuman mau nanyain, lo ngajak gue hangout kan? Bareng sepupu lo? Kapan?"

'Siang? Anjir, gue baru bangun. Maklumi aje lah..'

'Iya, gue ngajak elo. Cuman kemaren lo kagak bales. Kemana lu?'

"Sorry, sorry. Gue tidur lebih awal. Gak tau kenapa gue rasa cape banget"

'Oke, selow. Tapi bisa gak lo? Nanti malem jam 7? Cafe Land'

"Gue usahain bisa. Nanti gue telpon lagi deh, kalo jadi"

'Sip'

Setelah itu, Iqbaal mematikan sambungan telponnya kepada Aldi. Bicara tentang lelah, Iqbaal jadi kembali memikirkan mengapa ia mencium gadis es itu? Ah, tidak tidak. Gadis itu sekarang tidak benar-benar es. Gadis itu sekarang ibaratkan sebuah es yang berada di tengah-tengah suhu derajat yang panas dan juga suhu derajat yang dingin. Terkadang dingin namun terkadang juga hangat.
Mengingat tentang (nama kamu), Iqbaal teringat akan ucapan Vionna. Gadis kecil di panti yang meminta ia kembali lagi mampir ke panti bersama (nama kamu) pada hari minggu, tepatnya hari ini.
Rencananya Iqbaal mulanya akan pergi ke rumah gadis itu siang nanti. Namun setelah ia berpikir kembali, apakah gadis itu akan biasa-biasa saja saat melihatnya nanti? Iqbaal sekarang akan berpikir dua kali. Tak mungkin jika (nama kamu) akan biasa saja saat nanti melihatnya. Kejadian itu, sungguh. Sebenarnya Iqbaal tak menginginkannya, namun dorongan itu. Argh! Semua ini membuat kepalanya kembali berpikir keras.
Suara decitan pintu terdengar jelas ditelinga Iqbaal. Omanya, ia masuk kedalam kamarnya.

"Iqbaal kamu udah bangun?"

"Eh, oma. Iya, Iqbaal baru bangun. Kenapa oma?"

"Enggak kenapa-napa. Cuman kakak kamu waktu semalam kesini"

"Teh Ody?"

"Iya. Dia bilang mau nginep. Soalnya rumahnya lagi direnovasi"

"Oh gitu. Yaudah deh, aku mau mandi dulu"

⚫⚫⚫⚫⚫
(Nama kamu) kini tengah mengambil sebuah piring dari lemari yang berada di dapurnya. Ia baru saja membeli sebuahnasi kuning dari penjual yang berada di pinggir jalan yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Setelah Ia mengambil sebuah piring lengkap dengan sendoknya, ia segera pergi ke kamarnya. Tentunya ia tak akan pernah menempati meja makan itu, tahu sendiri (nama kamu) tidak akan pernah bisa satu meja dengan Bertha. Dengan langkah yang santai (nama kamu) menaiki anak tangga dengan satu per satu. Setelah sampai di kamarnya, ia segera pergi ke balkon yang berada di luar kamarnya. Ya, jika makan, pilihan (nama kamu) selalu jatuh pada balkon di kamarnya. Mengapa? Alasan pertama ia bisa menghindari Bertha ataupun Ayahnya jika ingin mengetahuinya. Alasan kedua karena udara disini sejuk, dan tidak ada yang bisa mengganggunya kecuali Kiki. Alasan ketiga adalah ia bisa melihat siapa yang masuk dan keluar dari gerbang rumahnya serta jalan. Ketiga alasan itu yang menjadi pilihan (nama kamu) untuk lebih memilih makan di balkon.
Saat ia sedang menikmati nasi kuning yang dibelinya, ada sebuah panggilan masuk. Nomor tersebut tidak dikenal. Dengan sigap (nama kamu) segera mengangkat telpon tersebut, siapa tahu penting bukan?

"Hallo"

'Hallo. (Nam), lo inget gue, kan?'

Ah, ya. Suara itu. Saudara perempuan tersayangnya yang sedang menimba ilmu di Jerman. Jujur, ia baru mengingat saudaranya yang berada jauh di negeri orang itu.

"Inget lah"

'Gimana sama om Bara, (nam)?'

"Baik mungkin"

'Kenapa mungkin? Emang om Bara lagi dimana?'

"Ada. Gue gak mau tau dia"

'Oh.. Iya, gue lupa. Sorry (nam). Lo masih kecewa berat? Ya ya ya, gue ngerti kok'

BERSAMBUNG !!!
Semoga story ini bisa beredar luas di kalangan para pengguna wattpad, terutama para pengguna wattpad yang menggemari seorang Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan😊 buat yang udah setia jadi readers, setia ngevote, Dan buat yang ngasih first comment aku ucapin makasih banget. Berkat kalian ngasih vote, dan selalu baca story aku, aku jadi lebih semangat buat lanjut in story ini sampai selesai. Aku gak tau bisa sampe lebih banyak yang baca? Sekali lagi aku ucapin makasih sebanyak-banyaknya☺ Dan baca story yg satunya lagi yaaa More Than Anything . Readersnya masih dikit lho-_- wkwkwkwk

💈Mrs.Unknown

Coldgirl And Badboy × IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang